tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia mencapai sebesar 5,51 persen baik secara tahunan year on year (yoy) maupun secara year to date (ytd) atau periode Januari-Desember 2022. Inflasi tahunan ini terjadi akibat adanya peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 107,66 pada Desember 2021 menjadi 113,59 pada Desember 2022.
Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan, inflasi terbesar sepanjang 2022 ini terjadi pada kelompok transportasi yakni 15,25 persen dengan andil inflasi 1,84 persen. Diikuti oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,83 persen dengan andil inflasi 1,51 persen.
"Komoditas penyumbang inflasi yoy diantaranya adalah komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan kontrakan rumah. Itu adalah memberikan andil besar terhadap inflasi tahunan," kata Margo dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Senin (2/1/2023).
Dilihat berdasarkan komponennya, tekanan inflasi harga bergejolak mengalami pelemahan dari bulan-bulan sebelumnya. Sebaliknya peningkatan inflasi komponen inti dan harga diatur pemerintah mendorong lebih tinggi dibanding sebelumnya.
Adapun inflasi harga bergejolak pada Desember 2022 berada di angka 5,61 persen dari sebelumnya di 5,70 persen pada November. Kemudian inflasi inti berada di 3,36 persen dari sebelumnya hanya 3,30 persen di November dan harga diatur pemerintah naik jadi 13,34 persen.
Secara tahunan, lanjut Margo pada Desember 2022 seluruh kota IHK mengalami inflasi. Adapun inflasi tahunan tertinggi di Kota Baru 8,65 persen, sedangkan terendah di Kota Sorong dengan nilai 3,26 persen.
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, optimistis inflasi 2022 bisa berada di bawah target pemerintah yakni 6 persen secara year to date (ytd). Adapun inflasi tahun kalender pada Januari - November 2023 baru mencapai 4,82 persen.
"Untuk inflasi year to date 4,82 persen (Januari - November). Ditargetkan pemerintah akan berada di 6 persen. Kelihatannya masih memenuhi target ditetapkan pemerintah," kata dalam konferensi pers, di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Dia mengatakan, secara tren inflasi sampai dengan akhir tahun memang polanya akan mengalami pelambatan. Ini terlihat dari inflasi pada Oktober dan November yang turun masing-masing 5,71 persen (yoy) dan 5,42 persen (yoy) dibandingkan pada September yang sebesar 5,95 persen.
"Jadi kalau kita lihat tren inflasi bulanan saya sempat dikasih gambaran tertinggi terjadi ketika pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. Itu selalu tertinggi," jelasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin