tirto.id - Penjualan kendaraan pada kuartal I/2019 tercatat masih melambat. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kendaraan yang terjual sepanjang periode tersebut hanya mencapai 253.863 unit.
Wholesales atau penjualan dari pabrik ke dealer itu turun 13,1 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di 2018 yang tercatat 292.031 unit. Sementara penjualan Januari-April 2019 jumlahnya mencapai 337.321 unit, atau turun 14,4 persen ketimbang periode sama pada tahun lalu.
Angka tersebut masih jauh dari target penjualan yang dipatok Gaikindo tahun ini, yakni sebanyak 1,1 juta unit. Turunnya penjualan, menurut Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, merupakan imbas dari situasi politik nasional, yakni pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden serentak pada 17 April 2019.
“Sebelum itu, kami sudah melihat Pileg dan Pilpres 17 April 2019 merupakan agenda politik nasional yang sangat penting, dinamikanya akan berpengaruh terhadap penjualan mobil di pasar domestik,” kata Nangoi.
Meski demikian, ia optimistis penjualan akan kembali membaik di kuartal selanjutnya. Gaikindo juga tidak akan merevisi target karena penjualan pada setengah tahun pertama biasanya hanya sekitar 40 hingga 43 persen.
Sementara sisanya, yakni sekitar 60 hingga 57 persen penjualan, terjadi sepanjang semester kedua dan diklaim lebih tinggi. “Jika melihat proyek infrastruktur secara luas, seharusnya [penjualan] kami tidak turun,” kata Nangoi.
Terlebih, Gaikindo telah memajukan jadwal pameran mobil GIIAS 2019 dari Agustus ke Juli, atau lebih cepat dua pekan, agar dinamika pasar mobil nasional dapat kembali terdorong.
Direktur Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Eni Sri Hartati menilai, melambatnya penjualan kendaraan bermotor dipengaruhi oleh rendahnya konsumsi masyarakat.
Menurut Eni, inflasi memang masih terkendali di angka 2,4 persen hingga Maret lalu. Namun, kata dia, perlu diingat, hal itu juga dapat menjadi indikator daya beli masyarakat yang turun, sehingga harga-harga juga ikut diturunkan.
Konsumsi rumah tangga, kata Eni, juga tidak terlalu meyakinkan. Kendati masih tumbuh positif pada kuartal pertama kemarin, angkanya lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat 5,08 persen.
“Memang perbaikan infrastruktur jalan akan memberikan insentif buat membeli kendaraan. Tapi balik lagi, berapa peningkatan daya belinya. Infrastruktur, kan, dari sisi potensi, kalau potensi itu tidak diimbangi oleh kemampuan daya beli, kan, percuma saja tidak akan terealisasi sebagai penjualan,” kata Eni.
Sementara itu, Ketua 1 Gaikindo Jongkie D Sugiarto menilai, mulai berkurangnya proyek infrastruktur juga dapat berpengaruh pada perlambatan wholesales pada tahun ini.
Sebab, kata Jongkie, pada 2018, Gaikindo mencatat realisasi penjualan kendaraan sebanyak 1,15 juta unit. Capaian moncer itu ditopang oleh pertumbuhan penjualan kendaraan komersial.
Penjualan truk, misalnya, dapat tumbuh 27 persen karena adanya lonjakan permintaan dari sektor infrastruktur, pertambangan dan perkebunan, serta logistik. Sebaliknya, pada kuartal pertama tahun ini, kendaraan komersial seperti truk, pikap, dan kabin ganda masih melambat masing-masing sebesar 13 persen, 12 persen, dan 23 persen.
Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, penjualan kendaraan hingga April memang terasa sedikit melambat. Penjualan ritel Toyota sendiri hanya tercatat sebanyak 26.600-an unit, atau turun sekitar 4 persen dibandingkan Maret.
Meski demikian, data Gaikindo menunjukkan Toyota masih menjadi pemimpin pasar dengan total penjualan 77.26 unit (wholesales) dan 76.082 unit (retail). Dengan angka tersebut, merek di bawah TAM menguasai 30,4 persen pasar wholesales dan 29,3 persen pasar retail.
Daihatsu dan Mitsubishi Motors membuntuti di posisi ke-2 dan ke-3. Total wholesales Daihatsu tercatat 50.699 unit sementara retailnya mencapai 47.490 unit (retail)--atau menguasai 20,0 pasar wholesales dan 18,3 persen pasar retail.
Sementara wholesales Mitsubishi Motors tercatat 35.580 unit atau menguasai 14,0 pasar. Namun, penjualan retailnya mencapai 34.100 unit, masih berada di bawah Honda atau berada di posisi ke-4.
Wholesales Honda sendiri berada di posisi keempat dengan penjualan 28.845 unit. Sedangkan secara retail, Honda berada di posisi ke-3 dengan total penjualan 40.197 unit.
Soerjopranoto memperkirakan, konsumen membutuhkan waktu sekitar 6 bulan sambil melihat perkembangan kondisi politik atau hingga pelantikan presiden dan wakil terpilih pada Oktober mendatang. Namun, ia memprediksi realisasi penjualan tahun ini hanya akan sedikit lebih rendah dari 2018.
“Kalau hitungam matematika berdasarkan pencapaian Januari-April, market akan sekitar 1,030-1,040 juta. Cuma secara pribadi, saya memperkirakan market masih berada di atas 1,040 juta,” kata dia saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (15/5/2019).
Hal tersebut lantaran perlambatan penjualan telah diantisipasi oleh para agen pemegang merek (APM) dengan merilis beragam produk baru, baik all new ataupun facelift.
“Hal ini dikarenakan agresivitas ATPM untuk memperkenalkan produk-produk baru, coba cek Januari-April sudah berapa produk baru yang diperkenalkan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” kata dia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Abdul Aziz