tirto.id - Produk impor pakaian dari China masih menjadi primadona di tanah air. Ariani (35) pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat mengakui lebih banyak menjual produk impor dibandingkan dengan produk lokal.
"Toko saya ini kebanyakan pakaian dari impor China, sisanya ada yang lokal tapi pakaian impor China lebih laris di toko saya,” tutur Ariani saat ditemui Tirto, Kamis (30/3/2023).
Ariani menjual gamis hingga pakaian muslim untuk laki-laki. Dia menuturkan langganannya lebih memilih untuk membeli pakaian dari negeri tirai bambu walaupun harga yang dibanderol lebih mahal. Alasannya, karena bahannya lebih tebal dan halus serta kualitas desain menarik mata para ibu-ibu.
"Kualitas kalau dari saya masih menang dari China, mereka walaupun bahannya tebal, tapi kalau dipakai bisa lebih adem jika dibandingkan dengan produk lokal,” jelasnya.
Pakaian impor asal China dipatok oleh Ariani dengan harga mulai dari Rp130.000 hingga Rp200.000 per setel. Sedangkan, untuk produk lokal dibanderol dengan harga mulai dari Rp70.000 hingga Rp150.000. Tidak hanya produk dari China, Ariani juga menjual pakaian berasal dari Thailand.
"Saya stok pakaian yang impor setengah, ada sekitar 100 setel saya simpan, dan untuk yang lokal saya juga simpan 100, tetapi terkadang ada yang kurang kalau stok lokal,” ucapnya.
Ariani mengklaim para pedagang di Pasar Tanah Abang lebih banyak menjual pakaian impor sebanyak 60 persen dibandingkan yang lokal. Alasannya, karena produk kualitas pakaian impor lebih baik.
"Saya sempat ngobrol-ngobrol dengan para pedagang pakaian disini, sebagian besar mereka lebih memilih pakaian impor. Jadi, kalau saya total ada 60% pedagang yang menjual pakaian impor,” bebernya.
Tidak hanya Ariani yang mengakui produk pakaian impor lebih laku dibandingkan lokal. Azizah (40), pedagang pakaian anak-anak mengakui dagangannya lebih banyak menjual produk impor. Harga pakaian anak-anak yang dibanderol Azizah pun beragam. Mulai dari Rp50.000 hingga Rp150.000 tergantung ukuran.
“Untuk baju anak-anak yang impor itu saya suka karena, mereka kualitasnya bagus dan desainnya lucu. Apalagi anak-anak pasti suka, lalu juga kualitas sablonnya juga enggak murahan dan beda dari produk lokal,” tutur Azizah.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin