tirto.id - Densus 88 Antiteror menangkap dua terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur, Hari Setiawan dan Beni Luqman Hakim, Kamis (22/8/2019). Keduanya merupakan pemimpin kelompok tersebut.
Penangkapan pertama dilakukan terhadap Hari Setiawan alias Abu Zufar (39).
"Dia amir (pemimpin) JAD Madura dan Koordinator Bidang Hisbah," ucap Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Senin (26/8/2019).
Ia ditangkap di Dusun Batu Lengger, Desa Bira Tengah, Kecamatan Sukobanah, Sampang, Jawa Timur, pukul 15.06 WIB.
Keterlibatan Heri yakni pada 2014 di Desa Sengkaling, Malang, Jawa Timur, ia melakukan dauroh (pelatihan) bersama dengan Samsul Arifin alias Abu Umar, Sutrisno alias Pak Tris, Nurkholis alias Nur. Mereka memiliki mentor yaitu Abu Fida alias Abu Gar dari Ambon.
Samsul Arifin diringkus Densus 88 Antiteror pada 14 Mei 2018, Sutrisno serta Nurkholis pada 17 Mei 2018 dan Abu Fida pada 19 Februari 2016.
Pada 2015, Hari dauroh di Dau, Kabupaten Malang. Hari juga dauroh di Lamongan bersama dengan Sutrisno, Widodo (ditangkap 14 Mei 2018) dan Zaenal Anshori (7 April 2016). Dedi menyatakan Heri juga ikut dalam pertemuan Amir JAD wilayah Jawa Timur pada 12 Mei 2018.
"Pertemuan di Islamic Center Balong Bendo daerah Sidoarjo. Itu dilakukan satu hari sebelum tragedi Bom Surabaya," jelas Dedi.
Heri juga diduga mengetahui rencana aksi teror JAD Probolinggo untuk menyerang polisi.
Selanjutnya Densus ringkus Beni (31) di Jalan Raya Blimbing, depan apotek Kimia Farma, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sekitar pukul 18.20 WIB.
"Dia sebagai amir JAD Lamongan," kata Dedi.
Pada tahun 2015, dia melakukan i'dad (persiapan diri dan senjata) di Gunung Panderman, Kota Batu, Malang, bersama Romly (ditangkap 19 Februari 2016) dan Abu Fida. Beni juga ikut dalam pertemuan Amir JAD wilayah Jawa Timur.
Kini keduanya masih dalam pemeriksaan Densus 88 Antiteror.
"Kami terus kembangkan perkara kelompok tersebut, Densus lakukan langkah preventif dan memitigasi serangan teror," ujar Dedi.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Nur Hidayah Perwitasari