tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan defisit APBN 2020 akan melonjak melampaui target Rp307,2 triliun. Hal itu terjadi seiring perluasan ruang defisit yang kini bisa melewati 3 persen guna mengantisipasi dampak pandemi Corona atau Covid-19.
“Defisit diperkirakan mencapai 5,07 persen dari PDB. Meningkat dari Rp307,2 triliun menjadi Rp853 triliun,” ucap Sri Mulyani dalam rapat dengar pendapat virtual bersama Komisi XI DPR RI, Senin (6/4/2020).
Sri Mulyani menyatakan angka defisit ini diperoleh berdasarkan perubahan proyeksi pendapatan dan belanja negara tahun 2020. Dari sisi pendapatan, awalnya pemerintah menargetkan sebanyak Rp2.233,2 triliun. Namun, dengan adanya pandemi COVID-19, pemerintah menurunkan proyeksi pendapatan hingga Rp472,3 triliun menjadi Rp1.760,9 triliun.
Penurunan ini merupakan kompensasi dari serangkaian keringanan perpajakan yang akan diberikan pemerintah, untuk mengurangi tekanan akibat dampak COVID-19. Pada sisi lain harga komoditas juga tidak sedang mendukung terlebih mengikuti tren harga minyak yang anjlok hingga di bawah 30 dolar AS per barel.
Dari sisi belanja, pemerintah memperkirakan akan ada lonjakan, yang sebagian besar digunakan untuk mengantisipasi dan menangani dampai pandemi COVID-19. Antara lain, peningkatan sektor Kesehatan, perlindungan sosial masyarakat terdampak maupun dukungan langkah Work From Home dan social distancing. Belanja ini juga mencangkup jaminan sosial dan kebutuhan melindungi dunia usaha.
Belanja APBN 2020 ditargetkan hanya berkisar Rp2.540,4 triliun. Namun pada masa pandemi nilainya diperkirakan naik Rp73,4 triliun atau menjadi Rp2.613,8 triliun.
Kendati demikan, Sri Mulyani menyatakan bahwa hal ini masih sebatas outlook alias belum tentu pasti terjadi. Ia bilang data-data ini masih bisa berubah seiring perkembangan.
“Ini adalah outlook. Basisnya asumsi yang kami kembangkan. Setiap minggu dan setiap bulan kami akan update outlook APBN,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti