Menuju konten utama

Debat Soal Kesemerawutan Tanah Abang yang Kembali Mencuat

Soal penataan Pasar Tanah Abang, semua pihak punya solusi masing-masing. Mulai dari Ahok, Djarot, Walikota Jakpus, Lulung hingga Sandiaga Uno punya cara berbeda.

Debat Soal Kesemerawutan Tanah Abang yang Kembali Mencuat
Pejalan kaki memadati jalan area Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Jumat (12/5). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Sejak awal Mei, Pasar Tanah Abang kembali disorot karena kesemrawutannya. Para pedagang kaki lima (PKL) kembali berjualan di pinggir jalan berekses membikin jalan macet. Soal kesemrawutan ini memang sudah dikeluhkan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya Basuki Tjahaja Purnama jauh-jauh hari.

Upaya Ahok untuk merelokasi PKL ke Blok G, tidak terlaksana sepenuhnya. Ahok mengakui bahwa Blok G yang dia bangun itu tidak memiliki fasilitas memadai dan fasilitas parkir sehingga para PKL kembali berjualan di jalan. Soal Ahok yang pusing mengatasi PKL di Tanah Abang diakui Mantan Plt Gubernur, Sumarsono. "Menurut saya, Pak Ahok pusing juga karena Blok G tidak memenuhi syarat," ucapnya di Balai Agung, pada 11 Februari lalu.

Momentum kesemrawutan Pasar Tanah Abang biasanya lazim terjadi menjelang dan saat bulan puasa terjadi. Pemprov DKI Jakarta mengaku sudah berupaya meminimalisir kekacauan ini di antaranya dengan menambah personel satpol PP. "Kalo minta 100 ya kita kasih 100. Kita ingin tertib dan masing-masing saya minta kepada siapapun juga dan pedagang di sana, tolong kita saling hargai hak dan kewajiban masing-masing," kata Djarot di Balai Kota, (15/5).

Djarot menyatakan akan menindak tegas PKL Tanah Abang yang kembali beroperasi. "Jangan mereka berpikir gubernurnya sudah ganti, belum. Buktinya toh (tetap ditindak), jadi jangan macam-macam," kaya Djarot, di Jakarta Barat, (13/5).

Sementara itu, Wali Kota Jakarta Pusat, Mangara Pardede dikutip dari Antara menilai pihaknya per hari biasa menurunkan 300 Satpol PP. Berbeda dengan Djarot, Mangara menilai penambahan satpol PP tidak akan berdampak signifikan di Tanah Abang karena kekacauan disebabkan 400.000 penumpang kereta api keluar dari Stasiun Tanah Abang. Sesuai hukum pasar, di mana ada keramaian, maka di situ ada PKL berkumpul.

Mangara menuturkan solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan membangun jembatan penghubung (skybridge) antara stasiun dan Blok G Tanah Abang. Skybridge itu nantinya bisa dipakai PKL untuk berjualan, tidak membludak di pinggir jalan. Konsep ini sama seperti SkyBridge Cihampelas di Kota Bandung.

Gaduh-gaduh soal Pasar Tanah Abang ini membuat Anggota DPRD Jakarta, Abraham Lunggana angkat suara. Saat relokasi PKL yang dilakukan Ahok pada 2015 lalu, Lulung ada di garda terdepan membela para PKL. Apa yang dilakukan Ahok dinilai Lulung memang akan menuai kegagalan.

"Relokasi dong, jadi kalau menggusur Tanah Abang, kenapa targetnya selama tiga tahun ini dan masih ada orang dagang, karena tempo hari itu tidak ada relokasi. Enggak ada solusi," kata Lulung di Taman Amir Hamzah, Matraman, Jakarta Pusat (21/5).

Lulung menilai selama ini Pemrov tidak pernah melakukan komunikasi yang baik kepada para PKL sebelum melakukan penggusuran. Sehingga, menurutnya, para PKL itu pun merasa digusur secara sepihak dan pada akhirnya kembali berdagang lagi sejak setelah Pilkada DKI memenangkan pasangan Anies-Sandiaga. "Kalau ada di blok G itu tidak berhasil, ajak ngomong dong pedagangnya. Jangan gusur terus. Kalau gusur terus, pedagang enggak diajak ngomong, jadinya pekerjaan rumah lagi," kata Lulung.

Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Sandiaga Uno menyatakan salah satu cara mengatur PKL tanpa harus mengorbankan mereka, adalah dengan melakukan rekayasa lalu lintas. "Mungkin dari pengaturan jamnya, bahwa mereka boleh di jam tertentu terus dipindahkan," kata Sandiaga.

Sandiaga menyebut konsep ini semacam car free day. Menurutnya, cara semacam itu juga akan mampu mengubah pola konsumen dan telah terbukti efektif di beberapa negara.

"Mungkin nanti ditutup jalannya untuk jam-jam tertentu. Sehingga nanti pembelanja juga pola tersebut. Semacam car free day. Dan itu sudah dicoba di London dan di Istanbul. Terbukti sangat efektif," katanya.

Ia menyebut konsep ini akan dapat memengaruhi pola konsumen di Tanah Abang juga. Karena, menurutnya, konsumen selalu mengikuti perilaku pedagang. Untuk itu, dirinya yakin, bila nanti telah diterapkan, problematika PKL di Jakarta, khususnya di Tanah Abang, akan terselesaikan tanpa mengorbankan rakyat kecil.

Selain itu, Sandiaga menyebut juga masih memiliki cara lain untuk mengatasi perkara PKL liar, termasuk dengan menggunakan teknologi digital. "Terobosan-terobosan melalui teknologi dan digital. Itu yang sekarang sudah menjadi tren di kota-kota besar dunia," katanya.

KEPADATAN LALIN DI TANAH ABANG

Foto: Pejalan kaki memadati jalan area Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Jumat (12/5). tirto.id/Arimacs Wilander

Baca juga artikel terkait PKL LIAR atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Hukum
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan