tirto.id - Panggung debat pamungkas Pilgub Jawa Tengah 2024 pada Rabu (20/11/2024) berlangsung dengan tema besar “Membangun Sosial Budaya, Pendidikan, Kesehatan, dan Perlindungan untuk Masyarakat yang Sejahtera dan Toleran.”
Debat terakhir ini menunjukkan perbedaan pendekatan kedua pasangan yang beradu gagasan terkait isu-isu strategis, dari ketenagakerjaan hingga pengembangan budaya.
Pasangan nomor urut 1, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi cenderung mengedepankan insentif dan kolaborasi dengan sektor swasta. Sementara, pasangan nomor urut 2, Ahmad Luthfi-Taj Yasin, lebih menitikberatkan pada pendekatan langsung dengan program gratis dan pelibatan pemerintah daerah.
Babak pertama debat dimulai dengan pertanyaan tentang pengangguran, isu krusial bagi Jawa Tengah. Moderator menggarisbawahi tren penurunan angka pengangguran pada 2024 yang belum cukup untuk mengatasi jumlah besar pencari kerja di provinsi ini.
Pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin mengumbar janji program gratis. Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, mengimingi masalah anggaran.
Dalam sesi pertama debat yang membahas masalah kesejahteraan dan ketenagakerjaan misalnya, Andika Perkasa beberapa kali menyebut insentif yang bakal diberikan pada badan-badan usaha dan swasta. Menurutnya, persoalan pengangguran bisa diselesaikan dengan insentif fiskal yang berfokus pada perusahaan yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak.
Mantan Panglima TNI itu mengatakan pemerintah perlu melakukan relaksasi seperti dengan mengurangi beban-beban perusahaan, baik yang sifatnya pajak, retribusi, maupun perizinan.
“Saya mengusulkan, kita juga perlu memberikan insentif, khususnya kepada usaha-usaha yang menyerap tenaga kerja sehingga mereka memiliki ruang fiskal maupun anggaran untuk melakukan ekspansi,” kata Andika.
Ketegangan mulai muncul ketika kedua paslon berbicara soal pemutusan hubungan kerja (PHK). Data terbaru mencatat 14 ribu pekerja di Jawa Tengah terkena PHK hingga September 2024.
Ahmad Luthfi menekankan pentingnya link and match kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Mereka juga menawarkan program pangan dan sekolah gratis, serta pembentukan desk ketenagakerjaan yang akan melindungi buruh, termasuk buruh perempuan. Serta meningkatkan UMKM dengan pendampingan modal dan penjualan.
Cawagub Taj Yasin menawarkan solusi peningkatan jumlah Balai Latihan Kerja (BLK) untuk mempercepat pelatihan ulang bagi pekerja terdampak. Di sisi lain, Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi, mengkritik bahwa upaya ini harus disertai dengan kolaborasi sektor swasta agar efektif.
Adu Pendapat Calon Wakil Gubernur
Perbedaan arah kebijakan dan prioritas masing-masing pasangan calon nampak jelas ketika para paslon menjawab pertanyaan panelis terkait layanan pendidikan bagi penyandang disabilitas.
Angka penyandang disabilitas yang terus meningkat menyoroti keterbatasan jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) dan tenaga pendidik. Ahmad Luthfi-Taj Yasin menjanjikan pembangunan Sekolah Luar Biasa (SLB) baru, peningkatan kompetensi guru, serta pelatihan dan sertifikasi di setiap kecamatan.
Sementara, Andika-Hendi kembali menawarkan insentif bagi perusahaan yang mendirikan SLB atau penitipan anak bagi difabel. Andika Perkasa mengatakan dengan fasilitas tersebut, keluarga difabel dapat lebih ringan dan penyandang disabilitas memiliki ruang untuk bersosialisasi.
Andika mengatakan, apabila pendirian sekolah luar biasa ini hanya ditumpukan pada pemerintah provinsi maupun swasta saja mungkin tidak akan cukup.
Andika mengatakan, “Saya mengusulkan kita memberikan insentif kepada pengusaha, corporate, atau perusahaan sedemikian rupa sehingga mereka, harapan kami dengan insentif-relaksasi tadi, mereka punya keinginan untuk mendirikan sekolah luar biasa juga.”
Pemberian insentif juga diusulkan dalam bahasan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Jawa Tengah. Dengan skor IPK Jateng mencapai 60,89 (di atas rata-rata nasional), dimensi ekonomi budaya justru mencatat angka rendah.
Andika Perkasa menilai rendahnya skor dimensi ekonomi budaya akibat kurangnya implementasi program di masa lalu dari kepemimpinan sebelumnya, dimana Taj Yasin pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah periode 2018-2023.
Andika-Hendi menuding ide Gus Yasin selama ini tidak terimplementasi dengan baik. Bahkan menyebutnya berhalusinasi. Sehingga menurutnya, perlu insentif bagi pelaku usaha yang melibatkan kesenian dalam bisnis mereka.
Misal, bagi pelaku usaha seperti restoran dan kafe yang mempromosikan kesenian lokal. Ia menyebut pentingnya gotong royong sebagai nilai budaya yang harus digelorakan.
“Kenapa indeks terkait pembangunan kebudayaan Jawa Tengah ini rendah, cenderung turun? Mohon maaf, angkanya 46,35, jadi dalam bayangan saya ide-idenya zaman Gus Yasin itu tidak terimplementasi dengan baik,” kata Hendrar Prihadi.
Namun, Ahmad Luthfi menimpali bahwa masalah ekonomi budaya di Jawa Tengah karena rendahnya minat anak muda terhadap budaya lokal. Mereka berjanji memasukkan budaya lokal ke dalam kurikulum pendidikan dan mendorong keterlibatan pelaku budaya dalam pembangunan ekonomi.
Pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin banyak menjanjikan program-program gratis. Ia menyebut-nyebut masyarakat miskin ekstrem, yang layak mendapat perhatian lebih untuk porsi program tersebut.
Seperti halnya dalam isu kesehatan, Ahmad Luthfi-Taj Yasin mengatakan akan membuat program kesehatan gratis dan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin, serta rumah sakit dan puskesmas keliling.
Andika-Hendi merespons dengan pendekatan yang lebih realistis, menyoroti pentingnya fokus anggaran dan penyediaan layanan dasar seperti ambulans gratis. Ia memberi contoh penerapan di Kota Semarang.
“Enggak usah banyak dokter, cukup kita kasih 12 ambulans. Ambulansnya di telepon, datang gratis. Teman-teman yang di Semarang mungkin pernah merasakan begitu,” kata Hendi.
Namun, saat Hendi menyebut layanan ambulans gratis di Semarang sebagai contoh, Gus Yasin dengan cepat menanggapi bahwa itu adalah kewenangan kota, bukan provinsi. Adu argumen ini memancing sorakan dari pendukung masing-masing.
"Mas Hendi lupa bahwa Mas Hendi ini mencalon gubernur, bukan wali kota. Bahwa yang disampaikan oleh Mas Hendi itu adalah kesehatan dengan biaya UHC (Universal Health Coverage). Itu kewenangan kota, Mas. Kita ini mencalonkan wakil gubernur, bukan wali kota,” sindir Taj Yasin.
Debat antar calon wakil gubernur juga memanas saat Taj Yasin menanggapi pertanyaan Hendi terkait larangan study tour bagi pelajar. Yasin menyebut Hendi tendensius dalam bertanya. Taj Yasin mengatakan, “Dari awal sampai sekarang Mas Hendy selalu bertanya kok rasa-rasanya tendensius terus ya.”
Meski begitu, Gus Yasin memberikan klarifikasi bahwa larangan sebenarnya hanya pada pungutan liar, bukan aktivitas study tour itu sendiri.
Hendi tak membenarkan tuduhan Yasin. Ia kemudian menyampaikan kendala yang sering dialami siswa SMA negeri di Jawa Tengah, terutama di awal masa pendidikan mereka.
Salah satu masalah terbesar adalah kesulitan mendapatkan seragam sekolah, yang ia sebut masih menjadi beban finansial bagi banyak keluarga.
“Jadi begini tuh tinggal dijawab aja, ke depan saya begini begitu. Karena menurut saya pengalaman adalah guru yang terbaik. Jadi bagaimana kemudian studi tour itu bisa diperlakukan asal tidak ada yang merasa terpaksa, tidak ada pungutan liar dan lain-lain,” timpal Hendi.
Debat pun berlanjut di topik lain. Di bidang pariwisata, Ahmad Luthfi-Taj Yasin menggagas wisata ramah muslim dan pengembangan wisata religi bekerja sama dengan negara-negara Timur Tengah.
Sementara itu, Andika-Hendi fokus pada pelatihan pemandu wisata profesional dan peningkatan kualitas bandara bertaraf internasional untuk menarik wisatawan mancanegara.
Dalam pernyataan penutup, Ahmad Luthfi menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto, dan pihak-pihak lain, termasuk rival mereka.
“Kami bangga disandingkan dengan kalian, Mas Andika-Hendi,” ucap Luthfi.
Sebaliknya, Andika-Hendi memilih pendekatan emosional, berkomitmen untuk "tertawa dan menangis bersama rakyat." Pernyataan ini seolah menegaskan bahwa mereka akan hadir dalam setiap dinamika masyarakat Jateng.
Penulis: Dina T Wijaya
Editor: Bayu Septianto