tirto.id - Grab, layanan transportasi berbasis aplikasi global mendapatkan suntikan dana sebesar 2 miliar dolar AS dari Didi Chuxing (Cina) dan SoftBank Group Corp dari Jepang dalam pendanaan Grab tahap terbaru.
Grab menggalang pendanaan untuk menumbuhkan layanan pembayaran mereka, serta berkompetisi dengan Uber Technologies Inc. Grab telah menerima pendanaan 500 juta dolar AS sebelumnya, sehingga total yang diterima mencapai 2,5 miliar dolar AS baik dari investor yang telah ada maupun yang baru. Jumlah ini merupakan pendanaan tunggal terbesar dalam sejarah start-up di Asia Tenggara.
Salah satu pendiri dan CEO Grab, Anthony Tan mengatakan Asia Tenggara memegang kunci penting bagi start-up teknologi yang mengincar pasar bernilai lebih dari 600 juta dolar, dengan demografi kelas menengah, muda dan melek internet.
Dilansir dari Reuters, perusahaan yang bermarkas di Singapura itu saat ini Grab menguasai 95 persen pangsa pasar pemesanan taksi melalui pihak ketiga, dan 71 persen dalam pemesanan kendaraan pribadi di Asia Tenggara.
Grab akan melanjutkan upayanya untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar dan berinvestasi di GrabPay, solusi pembayaran mobile yang dimilikinya. Grab kini beroperasi di tujuh negara di Asia Tenggara, dengan jumlah pengemudi 1,1 juta orang.
Baca juga:
- Sengitnya Persaingan Pasca "Perkawinan" Didi dan Uber
- Go-Jek, Unicorn Pertama Indonesia yang Siap Mendunia
“Dengan dukungan mereka [Didi dan Softbank], Grab akan menjadi pasar yang tidak terkalahkan dalam ride sharing dan akan menggunakannya untuk membuat GrabPay menjadi solusi pembayaran di Asia Tenggara," kata Anthony Tan, Senin (24/7/2017).
Anthony Tan optimistis dukungan kedua mitra barunya tersebut akan membuat Grab menjadi memimpin pasar pada industri ride-sharing sekaligus membangun Grabpay sebagai solusi pembayaran pilihan utama bagi masyarakat Asia Tenggara.
- Baca juga: Grabpay yang Dihindari Para Driver
Grab telah membeli start-up sistem pembayaran asal Indonesia, Kudo, dan mengatakan bahwa pihaknya mencari lebih banyak akuisisi untuk mendukung pertumbuhan yang cepat.
“Heterogenitas sistem perbankan, beberapa pesaing di masing-masing negara, dan beberapa peraturan untuk dipenuhi merupakan hambatan bagi kesuksesan,” kata analis dari Canalys, Rushabh Doshi.
Namun, kata Rushabh, mengingat tidak ada solusi pembayaran tunggal yang dapat bekerja di semua pasar Asia, maka hal ini menjadi peluang yang bagus bagi Grab untuk membangun pangsa pasar melalui model bisnis ride-sharing, dan kemudian memperpanjang pembayaran ke bisnis tambahan lainnya.
Grab bersaing dengan layanan serupa, seperti Uber, dan Go-Jek di Indonesia. Beberapa bulan lalu, Tencent Holdings Ltd dikabarkan berinvestasi sekitar 100 juta - 150 juta dolar AS ke Go-Jek.
Pesaing Grab, Gojek sudah melangkah ke fintech terlebih dahulu. Go-Jek mendapatkan dana tambahan senilai 550 juta dolar AS, atau setara Rp7,2 triliun, pada 4 Agustus 2016. Pendanaan baru Go-Jek berasal dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets. Mereka bergabung dengan Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures, dan Formation Group yang telah lebih dahulu menanamkan investasinya.
Dana segar tersebut akan dipakai untuk mengembangkan operasi perusahaan, secara khusus pada layanan yang dimilikinya, termasuk sistem pembayaran (Go-Pay), pengiriman makanan (Go-Food), pengiriman barang (Go-Send), serta layanan transportasi reguler (Go-Ride dan Go-Car).
Tahun lalu, Go-Jek juga mengakuisisi PonselPay milik PT MVCommerce, layanan uang elektronik (e-Money) yang memudahkan pengguna dalam menerima bank transfer seperti pembelian, jasa, pinjaman, dan lain sebagainya. Segala transaksi itu bisa dilakukan tanpa harus membuka rekening di bank.
Dalam menjalankan sistem, PonselPay menggunakan perusahaan telekomunikasi sebagai perantara untuk melakukan pembayaran. Platform ini bersifat terbuka dan dapat digunakan oleh semua orang yang memiliki ponsel. Meski belum banyak yang mengenal nama PonselPay, tetapi ia memiliki lisensi e-Money yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Jadi jelas sekali bahwa akuisisi PonselPay ini mendukung fitur Go-Pay.
Pada mulanya, Go-Pay hanya bisa dipakai untuk membayar jasa para sopir, baik ketika mereka berperan sebagai ojek ataupun kurir. Kini, Go-Pay bahkan bisa dipakai untuk membayar makanan yang dibeli lewat Go-Food. Saldo Go-Pay tak hanya bisa diisi lewat transfer bank, tetapi juga bisa lewat para sopir.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti