Menuju konten utama

5 Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Fosil pada Lingkungan

Dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil sangat besar bagi lingkungan dan makhluk hidup. Maka itu, penting untuk mengurangi energi bahan bakar fosil.

5 Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Fosil pada Lingkungan
Contoh bahan bakar fosil: batu bara. Sebuah kapal tongkang bermuatan batu bara berlayar di Perairan Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Senin (24/6/2024). ANTARA FOTO/Jessica Wuysang

tirto.id - Bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari terurainya tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 540 juta hingga 65 juta tahun lalu. Fosil-fosil itu terkubur dalam lapisan sedimen.

Fosil makhluk hidup itu kemudian mengalami peningkatan tekanan dan panas saat lapisan batuan sedimen kerak bumi terus berkembang di atasnya. Setelah melalui proses panjang, fosil-fosil itu mengandung karbon dan hidrogen.

Contoh bahan bakar fosil adalah minyak, batu bara, dan gas bumi. Saat ini, ketergantungan pada pembakaran bahan bakar fosil di dunia untuk memproduksi energi masih relatif besar.

Apa yang Dilepaskan oleh Bahan Bakar Fosil Ketika Dibakar?

Pembakaran bahan bakar fosil merupakan proses membakar batu bara, minyak, gas alam, dan jenis lainnya, untuk menghasilkan energi. Sebanyak 80 persen energi dunia dihasilkan dari bahan bakar fosil.

Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan sejumlah karbon dan zat yang mencemari lingkungan. Lantas, apa saja yang dilepaskan oleh bahan bakar fosil ketika dibakar? Berikut beberapa zat yang dikeluarkan sebagai dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil.

1. Karbon Dioksida

Karbon dioksida adalah emisi yang paling banyak dilepaskan dari pembakaran bahan bakar fosil akibat aktivitas manusia. Karbon dioksida dilepaskan dalam jumlah besar dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas, yang sebagian besar terdiri dari hidrokarbon.

Sumber utama emisi karbon dioksida adalah pembakaran batu bara, kemudian secara berurutan disusul oleh minyak dan gas alam.

2. Karbon Monoksida

Karbon monoksida dihasilkan ketika bahan bakar berbasis karbon tidak terbakar sepenuhnya. Sumber utama emisi karbon monoksida berasal dari kendaraan motor atau mobil.

Jenis transportasi lain yang menggunakan energi bahan bakar fosil, misalnya kapal dan peralatan konstruksi berbahan bakar BBM, juga berkontribusi terhadap emisi karbon monoksida.

3. Sulfur Dioksida

Sulfur dioksida terdapat dalam batu bara dan minyak. Emisi ini dapat dilepaskan saat bahan bakar fosil dibakar maupun melalui proses ekstraksi bensin dari minyak mentah.

Ketika sulfur dioksida larut dalam uap air, akan terbentuk asam sulfat yang dapat berinteraksi dengan gas lain di udara. Proses itu kemudian akan menyebabkan terbentuknya hujan asam. Inilah yang menjadi salah satu dampak bahan bakar fosil yang merugikan.

4. Nitrogen Oksida

Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan nitrogen oksida jika melibatkan suhu yang sangat tinggi, baik di kendaraan bermotor maupun sumber pembakaran bahan bakar lainnya, seperti di industri atau rumah tangga.

Nitrogen dioksida, salah satu bentuk nitrogen oksida, berkontribusi terhadap pencemaran udara dalam bentuk kabut asap di perkotaan. Produksi nitrogen dioksida merupakan salah satu dampak penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan.

5. Timbal

Saat bensin bertimbal digunakan untuk kendaraan, timbal akan mudah ditemukan. Saat ini, sebagian besar polutan timbal dapat ditemukan di udara sekitar pabrik, terutama pabrik yang memisahkan logam dari bijihnya.

6. Particulate Matter

Particulate matter merupakan partikel padat atau tetesan cair yang terdapat di udara. Zat ini dilepaskan ketika bahan bakar fosil dibakar.

Partikel tersebut dapat ditemukan dalam konsentrasi lebih tinggi di daerah yang membakar lebih banyak bahan bakar fosil. Sebut saja pusat kota atau fasilitas pembangkit listrik.

Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Fosil secara Berlebihan untuk Lingkungan

Apakah bahan bakar fosil ramah lingkungan? Ini merupakan pertanyaan yang umum dilontarkan berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil.

Meski punya kelebihan sebagai penghasil energi yang cukup besar, kelemahan bahan bakar fosil adalah dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Berikut dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan untuk lingkungan:

1. Polusi Udara

Salah satu dampak bahan bakar fosil adalah polusi udara. Polusi itu terjadi saat produk-produk, seperti sulfur dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida, dan partikel lain, dilepaskan dari pembakaran bahan bakar fosil. Polusi udara menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit pernapasan, penyakit kardiovaskular, dan kanker.

Anak-anak, ibu hamil, dan orang lanjut usia, berisiko lebih tinggi terkena dampak penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan itu. Polusi udara juga bisa memicu hujan asam, eutrofikasi, kerusakan pada tanaman dan hutan, serta membahayakan satwa liar.

2. Polusi Plastik

Polusi plastik menjadi dampak berikutnya dari penggunaan bahan bakar fosil. Berdasarkan data dari Environmental and Energy Study Institute (EESI) tahun 2021, lebih dari 99 persen plastik terbuat dari bahan bakar fosil.

Sebanyak 300 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahun. Adapun 14 juta ton di antaranya berakhir di lautan, serta membunuh satwa liar dan mencemari rantai makanan.

3. Pencemaran Laut

Ekstraksi, transportasi, dan pemurnian bahan bakar fosil, dapat menyebabkan tumpahan minyak yang membahayakan masyarakat dan satwa liar. Dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil dari aktivitas ini turut merusak habitat, mengikis garis pantai, dan mengakibatkan penutupan pantai, taman, serta perikanan.

Peristiwa tumpahan BP Deepwater Horizon pada 2010 silam merupakan kasus pencemaran laut yang cukup besar karena melepas 134 juta galon minyak ke Teluk Meksiko. Dari peristiwa itu, 11 orang dilaporkan tewas, serta banyak burung, kura-kura, ikan, mamalia laut, dan tanaman mati.

4. Polusi Air

Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan pula polusi air. Polusi ini terjadi saat sulfur dioksida larut ke dalam air dan menghasilkan asam sulfat. Hujan asam pun dapat terpicu akibat aktivitas tersebut, menyebabkan pengasaman sumber air tawar seperti danau dan sungai.

Jika sumber air itu terlalu asam, kehidupan yang ada di dalamnya tidak akan bertahan lama, bahkan mati. Hujan asam juga berpengaruh terhadap tanaman lokal dan tingkat keasaman tanah.

5. Perubahan Iklim

Dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil berikutnya adalah perubahan iklim. Ini tergolong sebagai impak jangka panjang. Pembakaran bahan bakar fosil yang memancarkan karbon dioksida berperan besar atas terjadinya pemanasan global.

Meningkatnya karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer dapat meningkatkan energi panas yang terperangkap di bumi melalui efek rumah kaca. Suhu global yang kian mendidih juga akan memicu kenaikan permukaan laut, penggundulan hutan, perubahan iklim, dan kelangkaan sumber makanan.

Baca juga artikel terkait BAHAN BAKAR FOSIL atau tulisan lainnya dari Ahmad Yasin

Kontributor: Ahmad Yasin
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Fadli Nasrudin