Menuju konten utama
Ketua Komisi X DPR RI:

Dampak Gagalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia bagi Timnas Muda

Gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menjadi pertanda buruk bagi perkembangan sepak bola Indonesia, terutama dampak ke timnas muda.

Dampak Gagalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia bagi Timnas Muda
Persiapan venue Piala Dunia U-20 di kompleks Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (10/2/2023). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/YU

tirto.id - Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB Syaiful Huda mengungkapkan bahwa dicoretnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA menjadi pertanda buruk bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Para pemain Timnas Indonesia menjadi kehilangan kesempatan untuk bertemu dan belajar langsung dengan pemain asing lain yang bertandang ke Indonesia.

Meski alasan yang dikeluarkan oleh FIFA tidak menjelaskan detail, hanya menyebutkan "situasi terkini" di Tanah Air, tetapi melihat dari sisi faktor keamanan dan belum ada perubahan signifikan atas pengelolaan sepak bola di Indonesia.

"Kita semua prihatin dengan keputusan FIFA karena para pemain tim nasional Indonesia kemungkinan besar gagal mendapatkan kesempatan untuk menikmati pengalaman bermain dengan pemain-pemain terbaik dunia yang lolos final Piala Dunia U-20,” kata Syaiful Huda dalam keterangannya pada Kamis (30/3/2023).

Bagi Huda, ajang tuan rumah Piala Dunia U-20 tidak hanya sekedar menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Namun, menjadi proses pembinaan para pemain muda.

Menurut Huda, Timnas U-20 Indonesia bisa belajar bagaimana menjadi pemain bola yang lebih baik dari sisi skill, attitude, hingga solidaritas di lapangan.

“Tak hanya itu para pemain muda Indonesia juga berkesempatan memberikan perlawanan terbaik kepada tim yang lebih diunggulkan di depan publik mereka sendiri,” jelasnya.

Di antara orang yang paling kecewa, menurut Huda, atas gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 adalah pemain muda sepak bola Indonesia. Selain itu, para pendukungnya juga ikut kecewa karena sudah siap menjadi penonton pertandingan yang mulanya akan dihelat pada Mei hingga Juni mendatang.

"Saya kira wajar mereka kecewa karena sudah lama berlatih dan harapan untuk tampil di depan publik sendiri pupus begitu saja,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia juga harus merugi karena gagal menjadi tuan rumah. Proses bidding hingga asesmen mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit dari APBN dan kini gagal untuk balik modal.

“Belum lagi biaya besar telah dikeluarkan oleh negara mulai dari proses bidding, mendatangkan Presiden FIFA ke Indonesia, hingga memperbaiki stadion-stadion yang rencananya menjadi venue putaran final Piala Dunia U-20,” ungkapnya.

Huda juga menyimpulkan setelah melihat penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terhadap keikutsertaan Tim Nasional Israel. Maka sepak bola Indonesia tak bisa lepas dari campur andil kebijakan politik.

“Ini juga harus menjadi catatan penting bagi Kemenpora dan PSSI agar serius melakukan perbaikan pengelolaan sepak bola di Tanah Air,” jelasnya.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA U20 2023 atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Olahraga
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Maya Saputri