tirto.id - Lobi-lobi Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino di Doha, Qatar pada Rabu, 29 Maret 2023 waktu setempat, tidak membuahkan hasil. Keputusan FIFA tetap bulat membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah atau penyelenggara Piala Dunia U-20.
Dengan perasaan sedikit kecewa, Erick mengaku sudah berjuang semaksimal mungkin agar penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tetap berjalan di Tanah Air. Namun, posisi Indonesia yang menjadi salah satu anggota FIFA, harus tunduk pada kewenangan dan keputusan yang diberikan.
“Saya sudah berjuang maksimal. Kita harus menerima keputusan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu," ujar Erick dari Doha, Qatar dalam keterangan tertulis.
Jauh sebelum keputusan FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah, pemerintah sudah jor-joran merogoh kocek hingga miliaran untuk menyambut pesta olahraga internasional ini. Salah satu persiapan yang dilakukan ialah melaksanakan revitalisasi sejumlah stadion yang akan digunakan untuk Piala Dunia U-20.
Anggaran penyelenggaraan Piala Dunia U-20 masuk dalam pagu anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga. Menteri Pemuda Olahraga yang saat itu masih dijabat Zainuddin Amal meminta tambahan bujet untuk kementeriannya dari Rp1,66 triliun menjadi Rp3,07 truliun. Salah satu alasan tambahan pagu anggaran adalah alokasi untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20.
Di luar anggaran tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat itu ditugaskan untuk melaksanakan renovasi dua stadion utama dan 15 lapangan latihan sepakbola yang tersebar di 5 provinsi yakni Jawa Tengah, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatra Selatan. Adapun, dua stadion utama yang direnovasi oleh Kementerian PUPR adalah Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar, Bali dan Stadion Manahan, Solo di Jawa Tengah.
Sementara itu, 15 lapangan latihan yang dipersiapkan di antaranya tiga lapangan di Palembang, Sumatra Selatan yakni Lapangan Atletik, Baseball, dan Panahan di Jakabaring; tiga lapangan di Sumedang dan Bandung, Jawa Barat yakni Lapangan IPDN, UNPAD, Sidolig.
Kemudian, empat lapangan di Solo, Jawa Tengah yakni Lapangan Sriwedari, Banyu Anyar, Sriwaru, dan Kota Barat; satu lapangan di Madura, Jawa Timur yakni Stadion Gelora Bangkalan; empat lapangan di Bali yakni Lapangan Ngurah Rai, Kompyang Sudjana, Gelora Trisakti Legian, dan Gelora Samudra Kuta.
Berdasarkan laporan Ditjen Cipta Karja Kementerian PUPR, pelaksanaan renovasi dua stadion utama dan 15 lapangan latihan dibagi menjadi tiga paket pekerjaan dengan anggaran APBN keseluruhan sebesar mencapai Rp418 miliar. Perinciannya, Paket 1 (klaster Bali) akan dikerjakan oleh kontraktor PT PP, Tbk dengan nilai kontrak sebesar Rp152,9 miliar.
Paket 2 (klaster Solo) dikerjakan oleh PT Nindya Karya Wilayah II dengan nilai kontrak sebesar Rp78,8 miliar, sedangkan Paket 3 (klaster gabungan Bandung, Bangkalan dan Palembang) dikerjakan PT Nindya Karya Wilayah II dengan nilai kontrak sebesar Rp83 miliar. Bertindak sebagai konsultan manajemen konstruksi PT Virama Karya.
Dampak dari Sisi Ekonomi
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto mengatakan, dampak kerugian batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 bukan hanya dari sisi pemerintah saja. Namun juga dari sisi ekonomi lainnya yang juga signifikan.
Misalnya penjualan tiket, potensi iklan dari sponsor-sponsor perusahaan Indonesia, UMKM penjual/peritel kaus dan berbagai asesoris/merchandise bola, perhotelan, transportasi, hingga ke pengisi pertunjukan saat opening dan closing ceremony.
"Apalagi, kerugian pastinya juga dialami oleh para pengelola hotel, yang pastinya mereka menunggu momen ini dari jauh-jauh hari. Karena momen itu, kan, dimanfaatkan juga oleh mereka para pengelola hotel, agar hotelnya bisa ramai," kata Eko kepada reporter Tirto, Kamis (30/3/2023).
Eko menilai dampak kerugian paling berasa akan dialami UMKM. Terlebih sebagian dari mereka sudah banyak yang membuat karya atau pernak-pernik untuk memeriahkan acara Piala Dunia U-20 tersebut.
Padahal, kalau acara berjalan dan terselenggara bisa menjadi penggerak berbagai sektor dari yang kecil sampai besar. Bahkan, itu bisa jadi pemantik ekonomi Indonesia biar bisa melaju jauh dan merupakan kabar atau angin segar bagi para pengusaha.
"Tapi sayang acaranya pupus dan efek negatifnya berganda. Ini malah mematikan para UMKM," katanya.
Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES), Suroto mengatakan, dalam konteks argumentasi kerugian ekonomi tentu menjadi pertimbangan terakhir bagi pemerintah. Ini karena berdampak terhadap ekonomi masyarakat yang secara langsung atau tidak akan mendapatkan keuntungan dari perhelatan yang akan digelar.
"Dalam konteks ekonomi, justru yang terpenting sebetulnya bukan pada soal event yang akan digelar, tapi bagaimana dampak strategis ekoniminya pasca pembatalan," kata Suroto kepada Tirto.
Dia menyebut dampak strategis dari pembatalan ini juga akan berdampak kepada hubungan dagang atau ekonomi Indonesia dengan negara lain. Walaupun demikian, dia meyakini yang terjadi justru hubungan ekonomi akan muncul sebagai alat diplomasi selanjutnya untuk memoderasi ketegangan.
"Bagaimana diplomasi ekonomi digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan jalinan hubungan politik agar lebih baik. Sebut saja misalnya hubungan China dan Amerika Serikat yang erat dalam urusan dagang namun bermusuhan secara politik," katanya.
Hilangnya Potensi Pariwisata
Dari sisi potensi pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengakui bahwa batalnya drawing FIFA U-20 akan berdampak pada target jumlah wisatawan. Pihaknya saat ini bahkan masih menghitung potensi kerugian dari sektor tersebut
"Jadi ini pasti akan sangat berdampak negatif terhadap pencapaian target wisatawan mancanegara dan pergerakan wisatawan," kata Sandiaga usai rapat internal di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (27/3/2023).
Sandiaga menuturkan, Piala Dunia U-20 menjadi salah satu event andalan dan event berkelas Indonesia. Penyelenggaraan ini juga menjadi salah satu pilar sport tourism yang membawa kunjungan wisatawan dalam jumlah besar.
Indonesia Tourism Strategist, Taufan Rahmadi mengamini bahwa gagalnya perhelatan Piala Dunia U-20 di Indonesia akan berdampak terhadap sektor pariwisata dalam negeri. Sebab akan ada potensi kunjungan yang hilang dari para pecinta sepakbola dunia luar negeri yang ingin meyaksikan timnya bertanding.
"Yang bisa dilihat bahwa diperkirakan jumlah pengunjung dari luar negeri itu bisa lebih dari 55.000 pengunjung spectator dari luar negeri," katanya kepada Tirto.
Akibat dari gagalnya kunjungan penonton tersebut, maka dampaknya dirasakan industri hotel yang tadinya akan menjadi tempat mereka menginap. Dampak tersebut juga merembet kepada sektor UMKM, transportasi, dan juga kuliner. Sehingga mereka pasti akan kehilangan potensi pendapatan.
“Jangan lupa juga bahwa Piala Dunia umur 20 ini diselenggarakan juga di daerah-daerah. Tentunya ketika batalnya kegiatan ini pun berdampak kepada potensi devisa pendapatan daerah, yang tadinya yang akan diraih oleh masing-masing daerah yang ketepatan tempat pertandingan ini," jelasnya.
Salah satu yang tidak bisa dikesampingkan dari dampak gagalnya Piala Dunia U-20 ini adalah potensi dari pergerakan ekonomi yang disebabkan oleh penonton. Sebab berkaca pada penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Colombia sebelumnya, jumlah penonton tembus mencapai 1,2 juta lebih selama pertandingan berlangsung.
“Di mana tadinya Indonesia optimis untuk memecahkan rekor penonton terbanyak. Ini dengan gagalnya menjadi tuan rumah, maka Indonesia akan kehilangan potensi devisa baik di pusat ataupun di daerah dari jumlah penonton yang akan diperkirakan berjumlah lebih dari 1,2 juta," jelasnya.
Secara hitungan kasar, Taufan bahkan memperkirakan kerugian ditaksir Indonesia dari batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 ini berkisar mencapai 200 juta dolar AS hingga 500 juta dolar AS. Asumsi itu dihitung jika rata-rata pengunjung luar negeri menginap bisa sampai di atas satu minggu atau bahkan mungkin 14 hari.
“Ini belum termasuk kerugian dari sisi branding, kerugian dari potensi investasi yang sudah masuk atau yang akan masuk yang tentunya bisa menembus di angka 10 sampai 15 triliun dolar AS lebih potensi dari kerugian," pungkas dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz