Menuju konten utama

Daftar Gunung Erupsi Selama Januari 2021: Merapi, Semeru, Sinabung

Sejumlah gunung api di Indonesia mengalami erupsi selama Januari 2021, termasuk Merapi, Semeru, hingga Sinabung dan Ili Lewotolok.

Daftar Gunung Erupsi Selama Januari 2021: Merapi, Semeru, Sinabung
Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (27/1/2021). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan pada tanggal 27 Januari 2021 telah terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 1200 meter ke arah hulu Sungai Krasak. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.

tirto.id - Bulan Januari 2021 diwarnai dengan beragam kejadian bencana alam, seperti banjir, longsor, dan gempa, hingga erupsi gunung api.

Erupsi adalah peristiwa keluarnya magma ke permukaan bumi. Bentuk erupsi bisa berbeda-beda untuk setiap gunung berapi, demikian penjelasan di laman Badan Geologi.

Di sisi lain, meskipun erupsi juga sering disebut sebagai dengan letusan, dan memiliki makna yang sama, secara umum fenomena aktivitas vulkanik ini dibedakan menjadi dua berdasar prosesnya.

Keduanya adalah erupsi efusif dan eksplosif. Kategori yang terakhir lebih sering dikaitkan dengan istilah gunung meletus karena erupsi terjadi bersamaan dengan letusan. Sementara istilah yang pertama merujuk pada erupsi yang ditandai dengan keluar lava tanpa diikuti ledakan.

Sebagai informasi, Indonesia saat ini memiliki 127 gunung api aktif, terbanyak di dunia. Dari 127 gunung api aktif tersebut, baru 69 di antaranya yang dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), demikian data laman Magma Indonesia.

Berikut daftar sejumlah gunung api di Indonesia yang mengalami erupsi selama Januari 2021, dan gambaran singkat aktivitasnya.

Erupsi Gunung Merapi

Aktivitas Gunung Merapi selama bulan Januari 2021 cenderung meningkat. Meski demikian, status Gunung Merapi saat ini masih Siaga atau Level III.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menerangkan, Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi bersifat efusif sejak 4 Januari lalu hingga hari ini.

Menurut dia, fase erupsi bersifat efusif yang dikenal juga sebagai tipe Merapi adalah istilah untuk menyebut erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran.

Data BPPTKG menunjukkan, dalam sepekan terakhir atau 22-28 Januari 2021, Merapi terpantau mengeluarkan guguran lava pijar sebanyak 230 kali.

Jarak luncur guguran lava pijar Merapi selama sepakan tersebut paling jauh adalah 1.500 meter (1,5 km) dari puncak dan mengarah ke barat daya, atau hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.

Pada periode yang sama, Gunung Merapi tercatat mengeluarkan awan panas guguran sebanyak 71 kali dengan jarak luncur paling jauh adalah 3.500 meter (3,5 kilometer) dari puncak.

Puluhan guguran awan panas terpantau mengarah ke Kali Boyong dan terekam dalam seismogram dengan aplitudo maksimal 70 mm dan durasi terlama 240 detik.

"Pada tanggal 25 Januari 2021 volume kubah lava 2021 terukur sebesar 157.000 m3. Kemudian pada tanggal 28 Januari 2021 berkurang menjadi 62.000 m3, terutama akibat aktivitas guguran dan awan panas yang terjadi pada tanggal 26 dan 27 Januari 2021," demikian kata Hanik dalam siaran resmi BPPTKG, yang dirilis pada Jumat (29/1/2021).

Hanik menegaskan, jarak luncur awan panas Gunung Merapi masih dalam radius bahaya, seperti rekomendasi BPPTKG–PVMBG-Badan Geologi, sebelumnya.

Menurut Hanik, potensi bahaya erupsi Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya, radius sejauh 5 km dari puncak Merapi di alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih (sektor barat daya).

Hanik menambahkan, erupsi berupa letusan eksplosif masih berpeluang terjadi di Gunung Merapi, dengan lontaran material vulkanik diperkirakan menjangkau radius 3 km dari puncak.

Erupsi Gunung Semeru

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan, terjadi erupsi Gunung Semeru, Jawa Timur, pada Minggu, (16/1/2021) pukul 17:24 WIB. Sebelum kejadian ini, erupsi terakhir di Semeru terjadi pada 23 Desember 2020.

Menurut PVMBG tinggi kolom abu akibat erupsi itu tak teramati. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi kurang lebih 1 jam 11 menit 27 detik.

Awan panas guguran Gunung Semeru tersebut memiliki jarak luncur 4 kilometer ke arah tenggara (Besuk Kobokan) dan berlangsung mulai pukul 17:24 hingga pukul 18.35 WIB.

Meski mengalami erupsi dengan jarak luncur awan panas mencapai 4 kilometer, tetapi hingga saat ini status Gunung Semeru masih tetap Level II (Waspada).

Pada 16 Januari lalu, Gunung Semeru juga mengeluarkan guguran lava dengan jarak luncur antara 500-1.000 meter dari Kawah Jonggring Seleko ke arah Besuk Kobokan.

Mengutip pemberitaan Antara, erupsi Semeru pada 16 Januari 2021 memicu hujan abu di kawasan 5 kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kelimanya: Kecamatan Candipuro, Kecamatan Pasrujambe, Kecamatan Senduro, Kecamatan Gucialit, dan Kecamatan Pasirian.

PVMBG juga memastikan bahwa potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru adalah berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

Kemudian potensi ancaman bahaya lainnya berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Apabila terjadi hujan, dapat terjadi lahar dingin di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak Semeru.

Dalam status Level II (Waspada) masyarakat/pengunjung/wisatawan diimbau tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah/puncak Gunung Semeru dan jarak 4 km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.

Selain itu, masyarakat diminta agar selalu mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Radius dan jarak bahaya dalam rekomendasi itu akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya erupsi Semeru, demikian dikutip dari laman BNPB.

Erupsi Gunung Sinabung

Mengutip data laman Magma Indonesia, Gunung Sinabung tercatat mengalami erupsi sebanyak 27 kali selama bulan Januari 2021. Catatan itu berdasarkan pemantauan hingga Jumat (29/1/2021).

Rentetan erupsi Sinabung, yang berlokasi di wilayah KabKota Karo, Sumatera Utara, sudah terjadi sejak 3 Januari 2021. Erupsi itu melanjutkan kejadian serupa di Sinabung pada tahun lalu. Selama Desember 2020, Sinabung tercatat mengalami erupsi setidaknya 5 kali.

Sedangkan pada 3 Januari 2021, erupsi Gunung Sinabung terjadi pada pukul 09:34 WIB dengan tinggi kolom abu teramati setinggi ± 1000 m di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat laut. Erupsi hari itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 55 mm dan durasi 143 detik.

Selama 3 Januari lalu muncul 2 erupsi di Sinabung. Erupsi selanjutnya terjadi pukul 12:16 WIB, tetapi visual letusan tidak teramati. Erupsi kali itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 181 detik.

Beberapa hari berikutnya, masih di bulan Januari 2021, Sinabung kembali mengalami beberapa kali erupsi. Dalam sehari, gunung ini bisa mengalami lebih dari satu kali erupsi. Rata-rata, tinggi kolom abu akibat erupsi Sinabung selama Januari 2021, teramati setinggi 500-1000 meter di atas puncak.

Terbaru, Gunung Sinabung mengalami erupsi pada Kamis, 28 Januari 2021, pukul 23:59 WIB. Visual letusan tidak teramati, sementara di seismograf erupsi ini terekam dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 147 detik.

Gunung Sinabung saat ini masih bertatus Siaga (Level III). Larangan aktivitas masyarakat sudah diberlakukan di desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 km dari puncak Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara.

Erupsi Gunung Ili Lewotolok

Gunung Ili Lewotolok mengalami 2 kali erupsi selama bulan Januari 2021, demikian mengutip data dari laman Magma Indonesia. Erupsi gunung yang berlokasi di KabKota Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu pada bulan ini berlangsung di tanggal 3 dan 8 Januari 2021.

Erupsi Gunung Ili Lewotolok pada Minggu, 3 Januari 2021, terjadi pukul 08:30 WITA dengan tinggi kolom abu teramati setinggi ± 1000 m di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 70 detik.

Lima hari kemudian, pada Jumat (8/1/2021), Gunung Ili Lewotolok kembali mengalami erupsi saat pukul pukul 08:20 WITA dengan tinggi kolom abu teramati setinggi ± 1000 m di atas puncak.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat. Erupsi Ili Lewotolok itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 25 detik.

Gunung Ili Lewotolok saat ini masih berstatus Siaga (Level III). Area bahaya yang terlarang untuk aktivitas masyarakat adalah sejauh 3 km dari puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok. Kawasan bahaya lain adalah di area sektoral arah Tenggara sejauh 4 km dari puncak Gunung Ili Lewotolok hingga ke pantai.

Baca juga artikel terkait GUNUNG MERAPI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH