tirto.id - Kekurangan alat pelindung diri (APD) dan sulitnya mendapatkan rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 diungkap oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bantul Yogyakarta dokter Sagiran.
Senin (30/3/2020) ia mengunggah tautan video itu. Sagiran mengungkap terdapat seorang pasien PDP di RS Nur Hidayah tempatnya bekerja dalam kondisi kritis ditolak oleh 23 rumah sakit rujukan Corona COVID-19.
Ia juga mengungkapkan soal kekurangan APD bagi tenaga medis. Kepada reporter Tirto, Selasa (31/3/2020), Sagiran menuturkan setelah melakukan pendataan terhadap semua anggotanya, para dokter membutuhkan ratusan APD.
"Sampai pagi ini sejak tadi malam saya mendata terdeteksi ada 73 titik yang mendaftar. Mereka adalah anggota IDI Bantul yang beberapa praktik di tempat lain. Jadi 73 titik itu membutuhkan 726 APD," ujar Sagiran.
Data tersebut, kata Sagiran, telah coba ia sampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dan juga Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di kabupaten.
"Saya sudah mengkonsultasikan data tersebut. Dan dijawab kami juga kurang," kata Sagiran.
Sesuai pesan Pengurus Besar IDI, semua dokter agar melakukan pelayanan. Namun, kata dia, jika tidak tersedia APD yang memadai, maka akan sangat berbahaya bagi para dokter dalam penanganan COVID-19.
Khususnya, kata dia, bagi rumah sakit yang tak menjadi rujukan namun merawat PDP. Seperti di tempatnya bekerja RS Nur Hidayah yang tak bisa menolak ketika ada pasien sakit datang, dan belakangan baru diketahui memiliki gejala COVID-19.
Hal itu kemudian menjadi masalah sebab RS Nur Hidayah yang bukan merupakan RS rujukan COVID-19 tak mendapatkan distribusi APD dari pemerintah.
"Giliran kami butuh merujuk, kami telpon 23 RS rujukan mereka menolak. Alasannya sini penuh lah, meminta rontgen atau apa," kata Sagiran.
Belakangan tiga pasien PDP yang sempat ia tangani di RS Nur Hidayah dan sempat ditolak RS rujukan akhirnya dapat dirujuk ke RSUP Sardjito. Rujukan itu pun baru dapat diterima setelah ia minta bantuan IDI Yogyakarta.
"Saya telpon ke Ketua IDI wilayah, baru kemudian ketua IDI wilayah telpon ke RSUP Sardjito [dan pasien rujukan diterima]," kata dia.
Ketua IDI Yogyakarta Joko Murdiyanto kepada Tirto, Rabu (1/4/2020) mengatakan ia tak menyangkal bahwa memang terjadi kekurangan APD dan ada beberapa PDP yang kesulitan mendapatkan RS rujukan Covid-19.
Hal ini terjadi karena memang situasi yang luar biasa. Yogyakarta, maupun Indonesia menurutnya belum memiliki pengalaman dalam mengatasi bencana non alam, khusunya pandemi.
"Sehingga kalau kemudian kalau di beberapa tempat masih kedodoran saya kira kita paham semua. Kita belum punya pengalaman untuk itu," katanya.
"APD yang saya amati menang kurang. Kenapa kurang. Banyak faktornya. Karena ledakan luaran biasa, ini pandemi global sehingga semua negara perlu APD sehingga APD di Indonesia kurang itu saya maklum," ujarnya.
Namun demikian hal itu tidak dapat dimaklumi untuk kemudian bekerja tanpa APD. Bagi dokter dan tenaga medis kata dia APD ibarat senjata yang harus dibawa ketika perang. Sehingga APD harus tetap diusahakan.
Sementara mengenai adanya sejumlah PDP yang kesulitan mendapatkan RS rujukan, hal ini kata akan terjadi jika jumlah pasien terus bertambah, sementara data dari pemerintah kurang baik.
"Barang kali [ketersediaan ruang] datanya belum bagus. Tapi kapasitas luar biasa jadi kurang siap karena terjadi ledakan," ujarnya.
Jika data yang dimiliki pemerintah terkait ketersediaan ruang isolasi baik, maka antisipasi ledakan pasien dapat diantisipasi.
"Berapa banyak PDP dan berapa banyak rumah sakit yang bisa merawat. Itu kan bisa ketemu. Kalau datanya bagus. IDI sedang mengadvokasi itu. Semoga tidak terjadi lagi (sulit dapat RS Rujukan)," katanya.
Sos ...sos..sos...
— Gus Wiro (@GusWiro) March 30, 2020
Tolongin ini Batul lho ..APD seadanya neh dr sagiran ... RS pada full semua ICU nya pic.twitter.com/uFjmqVnCvs
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DIY, Berti Murtiningsih, Senin (30/3/2020) kepada wartawan menyatakan distribusi APD ke fasilitas kesehatan dilakukan satu pintu melalui Instalasi Farmasi Dinkes DIY.
"[Distribusi] disesuaikan dengan jumlah pasien yg dirawat," kata Berty yang juga merupakan Juru Bicara Pemda DIY untuk penanganan COVID-19.
Ia menyebut bahwa stok APD yang tersedia saat ini dan sampai sepekan ke depan masih aman. Dan nantinya akan ada tambahan stok untuk pekan berikutnya.
Sementara itu terkait dengan jumlah ruang isolasi di 23 rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk oleh pemerintah, Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastuti saat dikonfirmasi Tirto, Selasa (31/3/2020) mengatakan Dinkes masih melakukan verifikasi ulang.
"Kami sedang cocokkan data yang kami punya dengan data dari masing-masing RS saat ini. Kadang ada ruang isolasinya, tapi mungkin kurang optimal. Nanti kalau sudah terverifikasi, saya sampaikan," kata Pembajun.
Pemudik Terus Berdatangan
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pernyataan pers yang disampaikan Kamis (26/3/2020) mengatakan dalam dua hari terakhir terjadi lonjakan kasus Corona di DIY setelah diketahui banyak warga Yogya pulang kampung dari berbagai daerah.
"Hari ini terdata lebih dari 1.000 orang yang perlu kita pantau. Ini dalam waktu 2 hari sangat tinggi karena mayoritas semua adalah pendatang yang kembali karena wilayah yang dia tinggali dinyatakan merah," kata Sultan.
Pada Senin (30/3/2020) dalam siaran pers resmi Sultan menyatakan tak mempersoalkan para pemudik yang berdatangan ke Yogyakarta. Ia menyebut mereka hanya perlu dipantau dengan ketat.
"Mosok arep muleh ora oleh (masa mau pulang tidak boleh), boleh saja silakan kami tidak melarang. Hanya perlu diatur dan bisa dikontrol dan mendisiplinkan diri," kata Sultan.
Konsekuensi dengan datangnya pemudik ini pemerintah daerah harus melakukan pengawasan terhadap setiap pemudik. Terutama pemudik yang berasal dari daerah zona merah persebaran Corona. Oleh sebab itu, Sultan meminta agar pemerintah pusat membuka data soal zona merah Corona.
"Saya sampaikan ke presiden daerah mana yang zona merah. Supaya kami ini masyarakat yang mau pergi maupun akan datang dari awal sudah bisa diantisipasi kalau dia dari wilayah merah," kata dia.
Sultan menambahkan, “Tapi kan pemerintah tidak mau menjawab [zona merah] itu mana saja. Sedangkan bagi kami itu untuk menyusun kebijakan.”
Hingga Senin (30/3/2020), pemudik terus berdatangan ke Yogyakarta. Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY, Birawa Yuswantana mengatakan telah ada puluhan ribu pemudik masuk ke Yogyakarta melalui jalur darat dan udara.
"Dalam beberapa hari ini terjadi arus pendatang atau arus mudik masuk ke DIY . Di mana sampai hari (Senin,30/3/2020) ini data yang sudah terkumpul ada 70.875 orang," kata Biwara dalam keterangan resminya.
=====
Informasi seputar COVID-19 bisa Anda baca pada tautan berikut:
1. Ciri-Ciri Corona & Gejala COVID-19, Apa Beda dari Flu & Pneumonia?
2. Gejala Coronavirus Selain Demam dan Batuk: Tak Mampu Mencium Bau
3. Pentingnya Jaga Jarak di Tengah Pandemi COVID-19
4. 8 Cara Mencegah Penularan Virus Corona pada Lansia
5. Cara Deteksi Dini Risiko Covid-19 Secara Online
6. Update Corona Indonesia: Daftar Laboratorium Pemeriksaan COVID-19
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz