tirto.id - Kasus positif virus Corona atau COVID-19 di DI Yogyakarta meningkat tiga kali lipat dalam sehari per 25 Maret 2020. Berdasarkan data Pemprov DIY, jumlah pasien positif COVID-19 menjadi 18 kasus, 3 di antaranya meninggal dunia dan satu orang dinyatakan sembuh. Jumlah ini naik drastis sejak Pemprov DIY mengumumkan kasus ke-1 pada 15 Maret 2020.
Peningkatan jumlah ini seiringan dengan dimulainya pemeriksaan sampel Corona oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta dan diketahui banyaknya warga Yogyakarta yang pulang kampung.
Juru Bicara Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) untuk penanganan COVID-19 Berty Murtiningsih, pada Rabu (25/3/2020) mengumumkan adanya peningkatan kasus positif Corona di DIY.
“Hasil [pemeriksaan] positif [terinfeksi Corona] 18. Sembuh satu, meninggal tiga," kata Berty kepada wartawan.
Jumlah kasus positif Corona ini mengalami peningkatan tiga kali lipat jika dibandingkan dengan data sehari sebelumnya, Selasa, 24 Maret 2020 yang tercatat baru terdapat enam kasus positif. Enam kasus itu satu di antaranya dinyatakan sembuh dan satu lagi meninggal dunia.
Menurut Pemda DIY lonjakan angka ini merupakan akumulasi dari uji laboratorium sebelumnya belum keluar.
Selain itu, Pemda DIY menyebut lonjakan ini menandakan rumah sakit semakin baik dalam mendiagnosis kasus COVID-19 sehingga sampel yang diuji merupakan sampel yang betul-betul mengarah ke COVID-19.
Data per Kamis, 26 Maret 2020, memang tidak ada penambahan kasus pasien positif di DIY. Namun masih ada sekitar 79 orang dalam proses pemeriksaan sampel.
Uji Sampel Sempat Menumpuk
Kepala BBTKLPP Yogyakarta Irene menyatakan institusi yang ia pimpin bertugas untuk menguji semua sampel atau swab pasien Corona di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah.
"Minimal 80 [sampel masuk per hari] dari Jateng dan DIY. Jadi memang sampelnya banyak," kata Irene kepada reporter Tirto, Kamis (26/3/2020).
Untuk sampel yang diumumkan pada 25 Maret kemarin, kata Irene, merupakan sampel yang masuk ke BBTKLPP pada periode 18 hingga 21 Maret 2020. Ia mengaku bila cairan primer atau reagen yang digunakan untuk melakukan uji sempat habis sehingga sampel menumpuk.
Namun untuk saat ini, kata dia, primer atau reagen sudah tersedia sehingga uji laboratorium semua sampel pasien kasus virus COVID-19 sudah dapat dilaksanakan setiap hari.
"Setiap hari sudah lancar pasokan primer-nya sudah lumayan lancar. Tapi memang sampelnya itu banyak sekali," ujar dia.
Menurut Irene, dalam sehari minimal BBTKLPP Yogyakarta dapat memeriksa 58 sampel. Namun, jika diberlakukan sistem lembur, maka maksimal dalam 24 jam mampu memeriksa 87 sampel.
Uji Lab Perlu Waktu 8 Jam
Irene menjelaskan bagaimana detail uji laboratorium untuk sampel kasus Corona yang masuk. Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat dan cairan yang ia gambarkan sistem kerjanya seperti alat untuk tes golongan darah.
Pertama-tama semua sampel yang masuk ke laboratorium harus dibongkar. Setiap sampel, kata dia, menggunakan wadah lapis tiga yang bertujuan untuk mencegah pencemaran atau kebocoran sampel.
Untuk membongkar setiap sampel yang ada dalam wadah berlapis tersebut tentu, kata dia, perlu kecermatan dan waktu. Setelah dibongkar sampel kemudian dikoding dan dimasukkan ke tabung-tabung kecil.
“Kemudian kami masukkan ke mesin namanya mesin ekstraksi. Ekstraksi itu butuh waktu 1-3 jam sendiri. Ekstraksi selesai kita campuri reagen kemudian kita masukin ke mesin. Sampai di mesin itu dibaca 2 sampai 3 jam," kata dia.
"Jadi satu kali periksa periode untuk dapat hasil itu minimal 8 jam," tambah Irene.
Dalam setiap periode kerja 8 jam tersebut dapat diselesaikan pemeriksaan sebanyak 29 sampel. Artinya dalam sehari 24 jam kerja, maka total yang sampel yang dapat diuji di laboratorium sebanyak 87. Dan kerja 24 jam itu kata dia telah dilakukan.
"Kayak kemarin pas sampel yang hasilnya positif 12 di DIY dan Jateng 19 itu, kan, kami kerjanya 24 jam. Dari jam 6 pagi ke jam 6 pagi. Dapat tiga periode kerja," kata dia.
Artinya dari 87 sampel yang diperiksa dalam 24 jam hasilnya ada 31 sampel yang dinyatakan positif.
Potensi Lonjakan Saat Warga Yogya Pulang Kampung
Di luar faktor teknis mengenai proses pemeriksaan laboratorium sampel kasus Corona, banyaknya warga Yogya yang pulang kampung dinilai berpotensi dapat meningkatkan kasus positif di DIY.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pernyataan pers yang disampaikan Kamis (26/3/2020) mengatakan dalam dua hari terakhir terjadi lonjakan kasus Corona di DIY setelah diketahui banyak warga Yogya pulang kampung dari berbagai daerah.
“Hari ini terdata lebih dari 1.000 orang yang perlu kami pantau. Ini dalam waktu 2 hari sangat tinggi karena mayoritas semua adalah pendatang yang kembali karena wilayah yang dia tinggali dinyatakan merah," kata Sultan.
Meski belum waktu Hari Raya Lebaran tiba, kata dia, namun karena situasi di sejumlah daerah dinyatakan zona merah Corona, maka warga Yogya banyak yang pulang kampung.
Oleh karena itu, kata Sultan, Pemda DIY kemudian membuat kebijakan untuk melakukan pengawasan terhadap para pendatang dari luar daerah yang masuk ke Yogya.
"Kami sepakat dalam rapat tadi mengambil kebijakan bahwa pendatang dari luar Yogya yang masuk ke Yogya harus diisolasi minimal 14 hari," ujarnya.
Pemeriksan terhadap para pendatang tidak dilakukan di jalan-jalan, tetapi pihaknya mengerahkan pihak kelurahan, Babinkamtibmas, dan Babinsa untuk melakukan pendataan terhadap para pendatang.
Mereka akan didata dan diminta untuk mengisolasi diri secara mandiri selama 14 hari. Jika terdapat keluhan medis, maka kemudian akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan dibawa ke rumah sakit.
Hal ini, kata Sultan, penting untuk dilakukan mengingat fakta bahwa sebagian besar kasus positif Corona yang ada di DIY merupakan penularan dari luar daerah.
“Fakta sampai hari ini virus Corona yang ada di Yogya dengan penderita yang makin banyak itu semua adalah produk impor. Dalam arti tertular setelah dia keluar dari Yogya maupun pembawa bibit Corona masuk ke Yogya," kata Sultan.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz