tirto.id - Pendidikan seks anak usia dini menjadi penting karena mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi di masyarakat mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak-anak.
Akan tetapi yang terjadi di lapangan justru orang tua bersikap apatis dan kurang berperan aktif dalam memberikan pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya.
Pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah. Sehingga, inisiatif orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak sejak dini dinilai penting.
Fase Psikoseksual Anak
Menurut Simund Freud, pakar psikolog yang dikutip dari buku Ibu, dari Mana Aku lahir (2010) oleh Alya Andika, tahapan perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi empat Fase, yaitu:
1. Fase Pragential
Saat anak belum menyadari fungsi dan perbedaan alat kelamin antara laki-laki dan perempuan. Masa ini dibagi menjadi dua, yaitu masa oral (0-2 tahun) dan masa anal (2-4 tahun).
2. Fase Phallus
Saat anak sudah menyadari perbedaan seks antara dirinya dengan temannya yang berbeda jenis kelamin. Anak pun mulai suka membandingkan alat kelamin miliknya dengan temannya yang lain.
3. Fase Laten
Anak juga akan mengalami fase laten yang umumnya berlangsung pada usia 6-10 tahun. Minat seksual berkembang menjadi berbagai bentuk sublimasi dari kemampuan psikis anak.
Fase ini terbagi menjadi dua, yaitu bagian awal dan bagian akhir. Di bagian awal anak tidak lagi memperhatikan sensasi yang dirasakan alat kelaminnya.
Sedangkan di bagian akhir anak mulai merasakannya kembali. Ini dikarenakan anak mulai beranjak mengenal dorongan seksual dan ketertarikan pada lawan jenis.
4. Tahap Genital
Tahap genital dimulai dari usia sekitar 12 atau 13 tahun, di mana anak sudah memasuki usia remaja.
Pada masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak, dan anak sudah mulai tertarik dengan lawan jenis.
Manfaat dan Tujuan Pendidikan Seks untuk Anak
Anak-anak perlu diberikan pendidikan seks sedini mungkin dengan materi dan cara penyampaian pendidikan seks yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga pendidik seks yang paling baik adalah orang tua.
Tujuan dan manfaat pendidikan seks anak usia dini adalah untuk mengenalkan pada anak-anak tentang bahaya atau kejahatan seksual yang ada disekitar mereka.
Selain itu juga membekali anak cara menjaga dirinya dan orang lain, serta mengetahui tindakan apa yang harus dilakukannya bila mendapat kejahatan seksual atau ancaman seksual.
Sementara, menurut Halstead (Roqib, 2008: 276) secara garis besar pendidikan seks yang diberikan sejak dini memiliki tujuan sebagai berikut:
- Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber, dan kehamilan.
- Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan.
- Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual.
- Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.
- Mendorong hubungan yang baik.
- Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual (sexual intercourse).
- Mengurangi kasus infeksi melalui seks.
- Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.
Contoh Materi Pendidikan Seks Anak Sesuai Usia
Nurhayati Syaifuddin (dalam Roqib, 2008: 277) menyatakan bahwa pendidikan seks untuk anak usia dini adalah dengan teknik atau strategi sebagai berikut:
- Membantu anak agar ia merasa nyaman dengan tubuhnya.
- Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih sayang dari orang tuanya secara tulus.
- Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan di depan umum seperti anak selesai mandi harus mengenakan baju kembali di dalam kamar mandi atau di dalam kamar.
- Anak juga diberi tahu tentang hal-hal pribadi, tidak boleh disentuh, dan dilihat orang lain.
- Mengajar anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan.
- Memberikan penjelasan tentang proses perkembangan tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat yang sederhana, bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu sesuai tingkat kognitif anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada anak seperti “adik datang dari langit atau dibawa burung”.
- Penjelasan disesuaikan dengan keingintahuan atau pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada binatang.
- Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya sendiri.
- Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh dan fungsinya. vagina adalah nama alat kelamin perempuan dan penis adalah alat kelamin pria, daripada mengatakan dompet atau burung.
- Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau pembicaraan seks adalah pribadi.
- Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada orang tua untuk setiap pertanyaan tentang seks.
- Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks dengan memberikan pemahaman kepada anak tentang susunan keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial dan ajaran agama yang terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan.
Editor: Yulaika Ramadhani