Menuju konten utama
Hari Sumpah Pemuda

Contoh Cerita Sejarah Sumpah Pemuda 1928 untuk Belajar Siswa

Contoh cerita Sumpah Pemuda 1928 bisa dijadikan salah satu tugas untuk belajar siswa dalam memperingati peristiwa bersejarah tersebut.

Contoh Cerita Sejarah Sumpah Pemuda 1928 untuk Belajar Siswa
Mahasiswa seni rupa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar melakukan aksi membuat mural di depan kampus Unismuh Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (28/10/2019). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/foc.

tirto.id - Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, guru atau pendidik bisa memberikan tugas kepada peserta didik dengan tema peristiwa bersejarah itu, misalnya dengan membuat cerita sejarah/menceritakan ulang Sumpah Pemuda.

Hari Sumpah Pemuda tahun ini akan diperingati pada Sabtu tanggal 28 Oktober 2023. Ikrar tentang persatuan secara tanah air, bangsa, dan bahasa bagi bangsa Indonesia kini sudah mencapai umurnya yang ke-95.

Adapun tema yang diusung dalam peringatan tahun ini adalah “95 Tahun Sumpah Pemuda, Bersama Majukan Indonesia”. Berdasarkan tema tersebut, dapat kita lihat bagaimana nilai-nilai Sumpah Pemuda masih dibutuhkan hingga saat ini.

Terkekang dalam masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, para pemuda dan pemudi Indonesia pada waktu itu dengan berani menyatakan rasa persatuan. Saat ini, rasa persatuan masih sangat penting bagi generasi muda Indonesia.

Makna tersebut juga tersemat dalam logo peringatan ke-95 Sumpah Pemuda. Anda dapat merayakannya dengan membagikan logo tersebut. Bukan hanya itu, sekolah juga boleh memberikan tugas untuk mengingatkan siswa-siswa perihal Sumpah Pemuda.

Contoh Cerita Sejarah tentang Sumpah Pemuda

Indonesia merupakan negara dengan kelompok suku, agama, dan ras yang beragam. Perjalanan bangsa ini cukup rumit lantaran sempat menghadapi kolonialisme Belanda. Disebut-sebut bahwa Indonesia mengalami penjajahan sepanjang 350 tahun atau satu setengah abad lamanya.

Berbagai perjuangan telah dilewati semasa pendudukan tersebut, kemunculan korban pun tak dapat dihindari. Sebagai masyarakat Indonesia yang tertindas, pemikiran tentang perlawanan yang kian tak membuahkan hasil membuat pemuda-pemuda geram.

Persatuan para pemuda terpelajar hadir sebagai solusi menghadapi kenyataan pahit tersebut. Lebih dari itu, diadakan gerakan politik untuk mempersatukan diri di bawah nama “Indonesia” dalam Sumpah Pemuda.

Pernyataan ini diawali oleh pertemuan sejumlah organisasi pemuda Indonesia. Pertama kali pada 1926 silam, digelar Kongres Pemuda I atau disebut juga Kerapatan Besar Pemuda.

Kala itu, terdapat organisasi bernama Jong Java, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Kaum Theosofi, dan lain-lain.

Kendati sudah melakukan pertemuan, hasil terkait persatuan masih belum mencapai final. Oleh sebab itu, diadakan lagi Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928. Tokoh bernama Sugondo Djojopuspito kala itu bertindak sebagai ketuanya.

Sementara itu, ada pengurus lain bernama R.M. Joko Marsaid sebagai wakil ketua, Muhammad Yamin sebagai Sekretaris, Amir Sjarifuddin sebagai Bendahara, dan masih banyak lagi.

Pada 27 Oktober 1928, Kongres Pemuda II diadakan di Gedung Pemuda Katolik (dahulu bernama Gedung Katholikee Jongelingen Bond) Jakarta.

Lalu, pada 28 Oktober 1928 digelar di Gedung Oost Java yang terletak di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Rumusan Sumpah Pemuda pun lahir pada hari kedua tersebut. Ikrar ini dibaca di rumah seorang pemuda keturunan Tionghoa bernama Sie Kok Liong. Sekarang, rumah itu beralamat di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat.

Sebagai kenangan atas momentum Sumpah Pemuda 1928, rumah tersebut kini dipakai sebagai Museum Sumpah Pemuda.

Adapun isi Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut:

  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
  • Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya