tirto.id - Data satelit terbaru dari tahun 2000 sampai 2017 menunjukkan pola penghijauan yang sangat menonjol di Cina dan India serta tumpang tindih dengan lahan pertanian negara lainnya.
Studi yang telah diunggah di Nature Sustainability tersebut menggunakan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) milik Badan Antariksa dan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) yang menggunakan teknologi satelit untuk mendokumentasikan permukaan bumi setiap hari.
Daerah vegetasi hijau yang ditunjukkan satelit dalam studi ini disebabkan oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor langsung yaitu manajemen penggunaan lahan oleh manusia sedangkan faktor tidak langsung seperti perubahan iklim, pemupukan karbon dioksida, pengendapan nitrogen, dan pemulihan dari gangguan yang terjadi secara alami.
Data satelit menunjukkan, secara global sepertiga area vegetasi berwarna hijau dan hanya lima persen yang berwarna coklat. Sebanyak 6,6 persen area vegetasi yang berwarna hijau berada di Cina. Cina menyumbang 25 persen peningkatan upaya penghijauan global.
“Cina dan India, dua negara berkembang, berkontribusi paling besar dalam upaya penghijauan lahan,” ucap Chi Chen selaku ketua tim peneliti seperti dilansir Popular Science.
Penghijauan di Cina berasal dari hutan sebesar 42 persen dan lahan pertanian sebesar 32 persen sedangkan di India sebagian besar berasal dari lahan pertanian sebesar 82 persen dan hutan hanya sebesar 4,4 persen.
Studi ini melihat Cina telah menerapkan beberapa program sekala besar untuk memulihkan dan melindungi hutannya. Sementara di India produksi penggunaan pupuk dan irigasi dalam lahan pertanian membuat negara ini meningkatkan produksi makanannya.
Namun, tidak diketahui sampai berapa lama bumi akan hijau karena terdapat tanda-tanda yang yang menjelaskan tidak akan bertahan lama. Beberapa penelitan baru mengatakan saat planet mulai menghangat dan tanahnya kering, tanaman akan kekurangan air dan menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman.
“Pemupukan karbon dioksida dan perubahan iklim masih penting,” ucap Chen.
Menurut Chen, karbondioksida di atmosfer masih bertanggung jawab atas perubahan warna hijau yang terlihat dalam 17 tahun yang ia dan timnya amati.
Meskipun studi ini juga menunjukkan, pemanfaatan lahan oleh manusia seperti pengelolaan hutan dan lahan pertanian memiliki dampak yang lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Menurut Chen, temuan ini agak menyulitkan bagaimana para ilmuwan menggunakan model komputer untuk mempelajari bumi. Pemupukan karbon dioksida relatif mudah dihitung dengan persamaan meskipun terdapat beberapa gangguan lain.
“Penggunaan lahan oleh manusia agak acak dan sangat sulit diprediksi,” ucapnya.
Editor: Dipna Videlia Putsanra