tirto.id - Sehari setelah pertemuan 11 jam yang membahas konflik perbatasan antara komandan senior militer India dan Cina, Beijing menyambut baik kesepakatan tersebut demi "menenangkan situasi".
Dikutip dari Reuters, India dan Cina juga mengatakan, akan terus mengadakan pembicaraan "untuk perdamaian dan ketenangan" di sepanjang Line of Actual Control, garis demarkasi yang memisahkan wilayah yang dikuasai India dan Cina atau LAC.
Dalam menjelaskan pertemuan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) mengatakan bahwa, "Pertemuan ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak ingin mengendalikan dan meringankan situasi melalui ‘dialog dan konsultasi’."
Beijing, dengan tegas menampik anggapan Menteri Union General, sekaligus mantan jenderal AD India Vijay Kumar (V K) Singh, yang mengatakan bahwa ada lebih dari 40 tentara Cina telah terbunuh dalam pertempuran di Ladakh.
"Saya bisa memastikan kepada Anda sekalian, bahwa itu pasti adalah berita palsu," kata juru bicara MFA, dikutip dari The Hindu, Rabu (24/6/2020).
Akan tetapi, pernyataan Beijing mengenai "dialog dan konsultasi" untuk menenangkan situasi berbanding terbalik dengan fakta bahwa mereka telah mengerahkan pasukan besar-besaran Cina di sepanjang perbatasan di Ladakh.
Pengerahan pasukan secara besar-besaran
Sejak bentrokan 15 Juni, melansir Bussines Standard, Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA) telah mengerahkan sejumlah besar pasukan, kendaraan lapis baja, dan artileri di sepanjang LAC, dari Depsang hingga Galwan di Ladakh Utara ke Hot Springs, Pangong Tso, dan Chushul di Ladakh Pusat, serta Demchok dan Chumar di Ladakh Selatan.
Lebih jauh, ahli strategi India menilai, Cina telah meningkatkan pasukan mereka setidaknya 30 persen sejak 15 Juni, di sepanjang perbatasan Ladakh.
Di Ladakh Utara misalnya, PLA telah memulai patroli mereka di area Depsang, wilayah utara Galwan, tempat di mana India seharusnya berpatroli hingga Patroli Point (PP) 10, 11, 12, dan 13. Kini, mereka dihentikan oleh pihak Cina, yang telah membangun jalur yang melewati PP ini dan memperluas 15-17 kilometer ke wilayah teritorial India.
Upaya ini bisa dibilang termasuk “penetrasi lebih dalam lagi” ke wilayah India di Jeevan Nullah (PP13), serta satu upaya untuk dapat menyeberangi area bottleneck di Raki Nullah (PP12).
Sementara di Lembah Galwan, Cina telah mendirikan sebuah kamp militer sekitar 1 kilometer di dalam teritorial India, sebelah barat LAC yang berada di dekat PP14, lokasi di mana bentrokan 15 Juni terjadi.
Di sisi lain, India tidak memiliki kamp atau pos di lembah Sungai Galwan karena sebelumnya kedua belah pihak telah sepakat untuk mendemiliterisasi lembah tersebut, yang mana India juga setuju untuk mundur 5-7 kilometer dari LAC.
Sementara pasukan India hanya berpatroli di dekat PP14, patroli Cina telah mencapai di sepanjang Sungai Galwan, terutama yang lebih dekat ke LAC. Demikian pula di PP15, yang berjarak 25 kilometer di sebelah selatan PP14, Cina telah menerobos sekitar 2 kilometer dari sisi LAC India dan telah membangun dua lintasan di wilayah teritorial India.
Meskipun patroli Cina belum sampai di PP16, konfrontasi terus berlanjut di sektor Hot Springs, yang mencakup wilayah PP17 (Gogra Heights),PP18, dan PP19 (Kongka La).
Lebih jauh ke selatan, Cina juga telah memperkuat posisi defensif mereka di tepi utara Sungai Pangong Tso, wilayah Finger Heights yang mereka rebut pada 18 Mei lalu, setelah sebelumnya menyusut 8 km dari Finger 8 ke Finger 4.
Akibat hali ini, menurut ahli strategi India, mereka berpotensi menghadapi prospek yang mengkhawatirkan dengan ancaman ganda terhadap Ladakh Utara.
Pertama, langkah Cina menuju persimpangan sungai Galwan-Shyok adalah “titik tekanan” untuk jalur Darbuk-Shyok-Daulat Beg Oldi, sementara kedua, penetrasi PLA ke Dataran Depsang di Jeevan Nullah dan Raki Nullah dapat mencekik akses India ke Karakoram Pass.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yantina Debora