Menuju konten utama

Sinopsis 14 Peaks: Nothing Is Impossible, Film Pendakian 14 Puncak

Film 14 Peaks: Nothing Is Impossible mengisahkan sebuah proyek pendakian 14 puncak gunung tertinggi di dunia.

Sinopsis 14 Peaks: Nothing Is Impossible, Film Pendakian 14 Puncak
Ilustrasi Himalaya. foto/istockphoto

tirto.id - "When you're in the mountain, if you give up, you die," begitu quotes pada pembukaan film dokumenter berjudul 14 Peaks: Nothing Is Impossible.

Film ini mengisahkan tentang pendakian 14 puncak gunung dengan ketinggian di atas 8000 meter dari permukaan laut (mdpl). Sebelum film ini rilis, 14 puncak itu dapat didaki sesingkat-singkatnya dalam 8 tahun.

Namun, Nirmal Purja (Nims Purja), seorang pendaki dalam film dokumenter ini membuat proyeknya sendiri untuk pendakian keempat belas puncak itu dalam waktu 7 bulan.

Film bergenre petualangan dan olahraga ini mulai ditayangkan di Netflix pada akhir November 2021. Sebelum itu, dokumenter garapan Torquill Jones tersebut ditayangkan perdana di festival film DOC NYC.

Daya pikat film ini salah satunya pada sajian music scoring pada tiap adegan pendakiannya yang memberi kesan dramatis. Maka itu, film ini menyabet nominasi "Best Original Score - Documentary" di ajang Hollywood Music in Media Awards.

Selain Purja, film ini juga diproduseri oleh Elizabeth Chai Vasarhelyi dan Jimmy Chin. 2 nama terakhir merupakan penggarap Free Solo (2018), film dokumenter yang meraih Academy Award for Best Documentary Feature 2019.

Film 'Free Solo' mengisahkan perjalanan Alex Honnold, pemanjat tebing Amerika, untuk mendaki El Capitan tanpa bantuan peralatan keselamatan yang biasa digunakan pemanjat tebing.

Sinopsis Film 14 Peaks: Nothing Is Impossible

Film 14 Peaks: Nothing Is Impossible berkisah tentang seorang pendaki asal Nepal, Nirmal Purja (Nims Purja). Dia terinspirasi oleh pengalaman mendakinya selama menjadi pemandu dan kemudian membuat proyek pendakian 14 puncak gunung bernama "14/7: Possible Project".

Proyek itu dimaksudkan untuk mendaki 14 puncak gunung tertinggi di dunia dalam kurun 7 bulan. Puncak-puncak itu berada di ketinggian lebih dari 8000 meter yang diselimuti salju dan membentang dari China sampai Pakistan.

Adapun gunung-gunung yang sudah ditaklukkan oleh Nirmal Purja adalah Annapurna, Dhaulagiri, Kangchenjunga, Everest, Lhotse, Makalu, Nanga Parbat, Gasherbrum I, Gasherbrum II, K2, Broad Peak, Cho Oyu, Manaslu, dan Shishapangma.

Nims Purja memulai pendakian bersama timnya pada bulan April 2019. Sekitar 6 bulan kemudian, atau pada akhir Oktober 2019, ia berhasil menaklukkan puncak ke-14, yakni ujung Gunung Shishapangma di wilayah Tibet yang dikuasai China.

Film ini diawali dengan paparan bahwa masyarakat suku Sherpa di Nepal kerap kali tidak dihormati meski mereka punya jasa besar untuk aktivitas pendakian di Pegunungan Himalaya.

Dunia luar menganggap suku Sherpa sebagai orang-orang yang sekedar mencari penghidupan dari jasa memandu pendaki gunung. Anggapan ini yang hendak dibantah oleh film 14 Peaks: Nothing Is Impossible.

Hanya segelintir orang Sherpa yang tercatat namanya kala memandu pendaki dari negara barat sekalipun mereka juga sama-sama mempertaruhkan nyawa.

Padahal, orang-orang Sherpa selama ini berperan sebagai pembimbing, pendukung, sekaligus pemberi motivasi ke banyak pendaki di Himalaya.

Orang-orang Sherpa membimbing pendaki untuk menyiapkan perbekalan, memasang tali dan tangga, persiapan lintasan tali di depan, dan mengantar ke batas ketinggian sebelum berpisah di titik puncak gunung.

Nims Purja ingin mengubah kesan bahwa orang-orang Sherpa hanya tukang angkat barang atau pemandu, melalui proyek "empat belas puncak dalam tujuh bulan"-nya.

Bukan tanpa alasan Nims Purja membuat proyek pendakiannya begitu singkat. Masyarakat Nepal adalah orang-orang yang mewarisi gen untuk hidup di dataran tinggi.

Orang-orang Sherpa yang tinggal di lereng-lereng pegunungan Himalaya mempunyai gen superatlet yang dapat mengatur hemoglobin dalam darah sehingga tubuh mereka dapat efisien dalam menggunakan oksigen.

Banyak momen tak terduga dialami Nims Purja selama pendakian, seperti upaya menolong nasib pendaki yang berakhir meregang nyawa di pangkuannya.

Film ini turut menggambarkan bagaimana solidaritas pendaki dunia mendukung proyek Nims ketika Pemerintah China hendak menutup pendakian di wilayah Tibet.

Baca juga artikel terkait FILM DOKUMENTER atau tulisan lainnya dari Auvry Abeyasa

tirto.id - Film
Kontributor: Auvry Abeyasa
Penulis: Auvry Abeyasa
Editor: Addi M Idhom