tirto.id - Pemerintah terus mendorong lahirnya Sumber Daya Manusia (SDM) andal untuk kebutuhan industri dalam mempercepat pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Dorongan ini dilakukan lewat kerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) melalui Memorandum of Understanding (MoU) antar kedua negara.
Kepala BPSDMI Kemenperin, Arus Gunawan menerangkan, dalam MoU tersebut menekankan pengembangan SDM industri melalui berbagai pengembangan. Di antaranya disepakati kerja sama pelatihan antara Ulsan College dan Kocham bersama Balai Diklat Industri Kemenperin dan PIDI 4.0, kerja sama pendidikan antara Ulsan College dan Politeknik Kemenperin, sertifikat kompetensi, program pendidikan untuk ASN Kemenperin, program akademik jangka pendek khusus atau program budaya, hingga penelitian dan publikasi bersama.
Kerja sama juga mencakup pengembangan tenaga kerja dan kerja sama ketenagakerjaan di Indonesia dan Korea Selatan, pertukaran informasi dan materi yang menjadi kepentingan bersama, termasuk kunjungan benchmarking dan pertukaran tenaga ahli, modul pembelajaran, kurikulum, teknologi, dan tenaga teknis terkait transformasi industri 4.0.
“Penandatanganan MoU ini adalah langkah awal yang tentunya perlu ditindaklanjuti dengan rencana teknis yang disepakati oleh tim teknis kedua pihak agar terlaksana,” kata Arus dalam keterangan persnya, Senin (12/12/2022).
Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kemenperin, Andi Rizaldi, mengapresiasi kerja sama tersebut. MoU Perkembangan Eco-Industrial Park (EIP) Model Korea di Indonesia menurutnya dapat mempercepat transformasi Industrial Estates di Indonesia menuju Eco-Industrial Park.
Kementerian Perindustrian sendiri menaungi 11 Politeknik, dua Akademi Komunitas, sembila Sekolah Menengah Kejuruan, serta tujuh Balai Diklat Industri yang setiap tahun menghasilkan ribuan SDM kompeten dan siap kerja.
“Kami harapkan dari MoU ini akan dilahirkan banyak kesempatan penyerapan tenaga kerja baik di Indonesia dan Korea Selatan serta peningkatan keahlian teknologi dan manajemen Indonesia dari benchmarking Korea Selatan,” kata Arus.
Sebelumnya, dengan Kemenperin, kerja sama Korea Selatan dan Indonesia berupa kerja sama strategis di bidang pengembangan pusat teknologi alat-alat permesinan di Bandung, Jawa Barat dengan Korea Institute for Advancement of Technology (KIAT), aktivitas kerjasama terkait industri 4.0 dengan NRC, pembangunan smart factory dan test bed di PIDI 4.0 dengan KITECH, ILJOO GnS dan Gachon University.
“Dalam lingkup berbagai kerjasama tersebut telah ada beberapa kerjasama yang sedang berjalan di BPSDMI Kemenperin diantaranya kerjasama terkait pengembangan pusat ekosistem startup di PIDI 4.0 yang didukung oleh STEPI serta pengenalan ICT practical enterprise di Indonesia untuk pendidikan vokasi yang didukung KRIVET, keduanya merupakan afiliasi lembaga riset NRC,” jelas Arus.
Untuk diketahui, Indonesia dan Korea Selatan memiliki sejarah panjang dalam kerja sama antarnegara. Pada 2023 mendatang, kerja sama kedua negara tersebut telah berlangsung tepat 50 tahun.
Investasi Korea Selatan di Indonesia dalam kurun waktu 2017-2021 menunjukkan bahwa Korea Selatan telah menjadi investor terbesar ketiga sebesar 8,18 miliar dolar AS. Pada kunjungan Presiden Indonesia bulan Juli 2022 ke Korea Selatan, juga telah ditandatangani kesepakatan 6,37 miliar dolar AS dan akan menyerap lebih dari 58 ribu tenaga kerja.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang