Menuju konten utama

Jadi Penopang Perekonomian, Kemenperin Pacu IKM Naik Kelas

Andi Rizaldi menilai, posisi industri kecil menengah (IKM) saat ini perlu didorong agar mereka bisa naik kelas.

Jadi Penopang Perekonomian, Kemenperin Pacu IKM Naik Kelas
Dirjen IKMA Reni Yanita bersama Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Andi Rizaldi saat meninjau UMKM di Kasablanka Hall. tirto.id/Dwi Aditya Putra

tirto.id - Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Andi Rizaldi menilai, posisi industri kecil menengah (IKM) saat ini perlu didorong agar mereka bisa naik kelas. Apalagi, IKM terbukti berhasil penopang perekonomian nasioal di tengah beragam tantangan krisis global.

"Selama ini, IKM terbukti berhasil menjadi salah satu penopang perekonomian nasioal di tengah beragam tantangan krisis global," kata Rizaldi dalam Gebyar IKMA 2022 di The Kasablanka Hall, Jumat (9/12/2022).

Menurutnya UMKM sangat penting untuk mendukung membangun ketahanan pangan dan mendorong terciptanya industri yang inklusif dan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan komitmen negara-negara G20 untuk memajukan agenda pemulihan global yang kuat, inklusif, dan tangguh.

"Ini juga bisa mendukung upaya pembangunan berkelanjutan yang menghasilkan lapangan kerja dan pertumbuhan, serta sejalan dengan upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s)," jelasnya.

Dalam upaya mendukung UMKM, Kementerian Perindustrian melalui Ditjen IKMA secara reguler mengadakan kompetisi yang berhasil melahirkan IKM unggulan dan dapat menjawab tuntutan perubahan ekonomi global. Tahun ini Ditjen IKMA bahkan kembali mencetak 27 IKM unggulan melalui serangkaian seleksi dan pembinaan.

"Penganugerahan penghargaan bagi para IKM unggulan tersebut merupakan salah satu upaya Kemenperin mendorong terciptanya industri yang inovatif, inklusif dan adaptif sehingga mampu menjawab perubahan yang terjadi di masyarakat,” ucapnya.

Kementerian Perindustrian melalui program One Village One Product (OVOP) juga mendorong agar produk IKM di sentra-sentra industri di daerah dapat berdaya saing di tingkat global, dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Komoditi yang dinilai dalam program OVOP yaitu makanan dan minuman, kain tenun, kain batik, anyaman, dan gerabah.

Dari 68 IKM unggulan daerah yang diusulkan oleh kabupaten/kota pada tahun ini, serta evaluasi atas 51 IKM OVOP tahun 2018, Kemenperin menetapkan 30 IKM OVOP Bintang 1, 39 IKM OVOP Bintang 2, dan 7 IKM OVOP Bintang 3.

“IKM OVOP diharapkan dapat mendorong ekonomi lokal, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Reni Yanita pada kesempatan yang sama.

Selain itu, Ditjen IKMA juga menggelar akselerasi bisnis bagi IKM pangan yang mempunyai inovasi produk dan/atau proses dan berbahan baku utama sumber daya lokal agar siap menjadi industri pangan yang marketable, profitable, dan sustainable melalui program IFI.

Program IFI 2022 telah menjaring 2.091 pendaftar dan dilanjutkan dengan kurasi inovasi bagi 40 peserta untuk mengikuti food camp. Para peserta food camp mendapatkan pembinaan secara intensif dengan para pakar dan praktisi bidang pangan, kemudian dikurasi lagi menjadi 20 peserta terpilih yang berhak mengikuti food business scale.

“Melalui IFI diharapkan akan bisa menjawab tujuan SDG’s untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi yang lebih baik, serta mempromosikan pertanian berkelanjutan,” kata Reni.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI KECIL MENENGAH atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang