tirto.id - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat sebanyak 118 pelaku usaha telah menerima Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Industri Kecil dan Menengah (KITE IKM) hingga per Maret 2023. Dari jumlah tersebut terbanyak berasal dari Jawa Tengah dengan total 76 IKM.
Direktur Fasilitas Kepabeanan DJBC, Padmoyo Tri Wikanto mengatakan, total ekspor yang berhasil dicapai dari 118 pengguna KITE IKM mencapai 31,49 juta dolar AS. Sedangkan nilai impornya hanya 8,04 juta dolar AS, sehingga masih terdapat surplus sekitar 23,4 juta dolar AS atau setara Rp351 miliar (kurs Rp15.000/dolar AS).
"Kalau dari nilai ekspor berlanjut ke kinerja ekspor impor. Kalau impor kan keluar duit, ekspor dapat duit. Jadi surplus," kata dia dalam media briefing, di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Fasilitas KITE IKM adalah fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor yang diberikan kepada industri kecil dan menengah. Perusahaan penerima fasilitas KITE IKM mendapatkan fasilitas pembebasan dari kewajiban membayar bea masuk, pajak pertambahan nilai (PPN), maupun pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Selain itu, proses impor dan ekspornya juga diberikan kemudahan-kemudahan lain seperti prosedur impor yang sederhana, pemeriksaan fisik secara selektif, penangguhan ketentuan pembatasan impor, serta kemudahan proses impor dengan disediakan aplikasi khusus.
"Fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor satu insentif fiskal yang bea cukai punya. Kita mau semua cepat, kita mau semua praktis, tidak berbiaya tinggi, murah dan kita bangun dan mudah-mudahan bisa dirasakan oleh pelaku usaha," jelas dia.
Jika dilihat dari bidang industrinya, mayoritas penerima KITE IKM terbanyak yakni furniture 33 pelaku usaha. Diikuti IKM barang kerajinan 24, dan IKM industri tekstil.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang
