Menuju konten utama

Cerita Lengkap Kerusuhan Gangster di Haiti & Kondisi WNI di Sana

Kerusuhan meletus di Haiti sejak Kamis (29/2/2024). Simak cerita lengkap kerusuhan gangster di Haiti, serta kondisi warga negara Indonesia (WNI) di sana.

Cerita Lengkap Kerusuhan Gangster di Haiti & Kondisi WNI di Sana
Ilustrasi Kerusuhan. foto/Istockphoto

tirto.id - Kerusuhan yang melibatkan gangster tengah melanda Haiti, negara di Kepulauan Karibia sebelah selatan Amerika Serikat (AS). Bagaimana cerita lengkap kerusuhan di Haiti dan kondisi WNI di sana?

Kekerasan dan baku tembak terjadi di ibu kota Haiti, yaitu Port-au-Prince, sejak Kamis (29/2/2024). Dilansir dari Reuters, bentrokan tersebut melibatkan geng, polisi, dan warga sipil.

Pemerintah kemudian mengumumkan keadaan darurat 72 jam pada Minggu (3/3/2024) menyusul aksi penyerbuan penjara di Port-au-Princu oleh geng bersenjata. Sekitar 3.600 narapidana melarikan diri.

Cerita Lengkap Kerusuhan Gangster di Haiti

Kerusuhan diketahui meletus di Haiti ketika Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, sedang pergi ke luar negeri. Henry tengah melakukan perjalanan ke Nairobi, Kenya, untuk membicarakan penempatan pasukan keamanan multinasional PBB ke Haiti.

Pemimpin geng yang terlibat di kerusuhan Haiti mengklaim bahwa aksi tersebut merupakan bentuk demontrasi kepada pemerintah. Protes dilancarkan untuk mendorong PM Haiti, Ariel Henry, mengundurkan diri.

Jimmy Cherizier, pemimpin aliansi geng di Haiti sekaligus mantan petugas polisi, menyerukan persatukan untuk menggulingkan PM Ariel Henry. Ia juga berencana menangkap kepala polisi dan menteri pemerintah negara tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh ABC News.

Gerakan kelompok geng bersenjata semula menyerang kantor polisi. Selama pengepungan, sedikitnya 4 petugas polisi tewas. Aksi ini rupanya dianggap sebagai cara mengalihkan fokus otoritas setempat.

Ketika perhatian pihak keamanan tertuju pada serbuan di kantor polisi, serangan terkoordinasi kemudian menyasar penjara-penjara di Haiti pada Sabtu (2/3/2024) malam. Satu penjara ada di ibu kota, sedangkan satu lainnya di dekat Croix des Boquets.

Serangan ke penjara menyebabkan sekitar 3.600 narapidana meloloskan diri dari jeruji besi. Padahal, penjara-penjara tersebut dihuni oleh sejumlah tahan kelas berat, seperti anggota geng yang didakwa melakukan pembunuhan Presiden Haiti, Jovenel Moise, tahun 2021 lalu.

Berdasarkan laporan Reuters ketika mengunjungi salah satu penjara yang diserbu, petugas kepolisian tampak tidak ada di penjara. Pintu utama penjara juga terlihat masih terbuka.

Meski ada ribuan narapidana yang berhasil kabur, seorang pekerja sukarela penjara menyebut bahwa sekitar 99 tahanan memilih tetap berada di sel. Mereka diketahui takut terbunuh dalam baku tembak.

Sementara itu, dalam beberapa hari terakhir, hampir 15.000 orang terpaksa meninggalkan rumah setelah pecahnya kerusuhan di Port-au-Prince. Situasi ini menyebabkan kondisi keamanan di Haiti kian genting.

Gangster memang telah menguasai Haiti selama bertahun-tahun. Eskalasi kekerasan mulai meningkat sejak tahun 2021, tepatnya usai Presiden Moise terbunuh di rumahnya.

Belum ada presiden baru untuk menggantikan Presiden Moise. Pemilu juga belum digelar sejak 2016. Di sisi lain, PM Ariel Henry yang berkuasa mulai 2021 berjanji akan mundur pada awal Februari 2024.

Pemilu sejatinya akan segera digelar untuk mencari pemimpin baru Haiti. Hanya saja, Henry mengatakan bahwa keamanan negara menjadi prioritas yang harus dipulihkan sebelum pemilu diadakan.

Kondisi WNI di Haiti Setelah Terjadi Kerusuhan

Kabar mengenai warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Haiti saat kerusuhan meletus mulai menemui titik terang. Informasi itu dilaporkan oleh Kedutaan Besar RI Havana sekaligus Haiti.

Sebanyak 7 WNI diketahui bekerja sebagai spa terapis di Port-au-Prince. Keadaaan mereka dikabarkan dalam keadaan aman. Tempat kerja para WNI itu juga masih relatif jauh dari wilayah konflik.

Nana Yuliana, Dubes Indonesia di Havana, menyatakan bahwa geng kriminal bersenjata sekarang menguasai 80 persen ibu kota Haiti, Port-au-Prince. KBRI pun mewanti-wanti agar para WNI waspada atas situasi terkini.

Selama kondisi politik dan keamanan di ibu kota Haiti mengkhawatirkan, para WNI diharapkan tetap berada di dalam rumah. Nana Yuliana juga meminta para WNI menghubungi hotline KBRI bila terjadi hal-hal membahayakan.

Rencana untuk melakukan evakuasi WNI juga diungkapkan oleh KBRI Havana. Jalur evakuasi dapat dibuka via darat ke negara tetangga, yaitu Republik Dominika.

Wacana evakuasi menjadi bagian dari upaya KBRI untuk mendorong para WNI keluar dari Haiti. Mereka diharapkan memperoleh pekerjaan di negara Karibia lain agar dapat lebih aman.

Baca juga artikel terkait URGENT atau tulisan lainnya dari Ahmad Yasin

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Yasin
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Iswara N Raditya