Menuju konten utama

Cerita di Jakarta Dalam Selamat Datang di Ujung Dunia

Lomba Sihir merilis album perdananya, Selamat Datang di Ujung Dunia.

Cerita di Jakarta Dalam Selamat Datang di Ujung Dunia
Artwork Lomba Sihir. (FOTO/Lomba Sihir)

tirto.id - Benci atau suka, Jakarta adalah kota yang menjanjikan banyak cerita. Pahit atau manis, banyak kisah lahir dari kota ini. Kehidupan dan cerita-cerita di sekeliling Jakarta adalah inspirasi bagi band baru, Lomba Sihir yang pada Jumat (26/3) merilis album perdananya, Selamat Datang di Ujung Dunia.

Band beranggotakan Baskara Putra alias Hindia (vokal), Natasha Udu (vokal), Rayhan Noor (gitar, vokal), Wisnu Ikhsantama (bas, vokal), Tristan Juliano (kibor, vokal) dan Enrico Octaviano (drum) mempersebahkan 12 lagu tentang kehidupan Jakarta di album yang sudah dinikmati di seluruh layanan musik digital ini.

“Album ini adalah bagaimana kami, enam anak muda yang tumbuh besar di Jakarta, mencurahkan pahit manis yang kami rasakan di sini,” kata Udu yang bernyanyi solo dan menulis lirik di lagu “Apa Ada Asmara” yang menceritakan upaya pencarian cinta.

Selain soal cinta, kisah-kisah khas Jakarta juga banyak dituangkan jadi lagu. Pengalaman menghadapi tekanan untuk segera menikah hadir di "Semua Orang Pernah Sakit Hati". Frustrasi mengejar karier muncul di "Polusi Cahaya". Amarah pada pemerintah yang tak becus bisa disimak di "Nirrrlaba". Sedang cara bertahan hidup di Jakarta sebanyak 3 SKS dapat didengar di "Hati dan Paru-Paru" yang walau beat-nya ceria tapi punya lirik sinis.

Kota memburu anak yang lugu

Jadilah licik seperti hantu

Sedikit senyum palsu

Bawa luaran baru

Tertawalah walau tak lucu

Irit pakai nurani

Perbanyak basa-basi

Dan perlahan pasti kau kan

Miliki lantai yang tinggi

Kota memburu anak yang lugu

Jadilah licik seperti hantu

Lomba Sihir terdiri dari musisi-musisi yang mengiringi Hindia sejak pertunjukan pertamanya di We The Fest 2019 dan terlibat di pembuatan album Menari dengan Bayangan. Jika Hindia terlalu lekat dengan sosok Baskara, maka Lomba Sihir adalah band setara, yang semua anggotanya berkontribusi secara merata dalam berkarya.

“Perjalanan bersama Lomba Sihir semakin hari semakin melebur. Meski setiap anggota memiliki bandnya masing-masing, entah bagaimana Lomba Sihir selalu berhasil mengeluarkan sisi lain yang super fun,” kata Tristan yang juga mendapat kesempatan bernyanyi bersama Tama di lagu “Cameo”.

Enam kepala di Lomba Sihir terbukti membawa hasil yang lebih berwarna. Setiap lagu di Selamat Datang di Ujung Dunia punya ciri dan karakter berbeda, menunjukkan pengaruh gagrak musik masing-masing pencipta lagu. "Seragam Ketat" punya napas rock. "Ya Mau Gimana?" kental pengaruh musik dansa. Sedangkan musik pop terlihat betul di "Mungkin Takut Perubahan".

“Enam kepala ini punya warna sendiri-sendiri. Itu yang mau kami sampaikan di album ini. Setiap lagunya beda-beda. Itu yang bikin seru,” kata Enrico.

Selamat Datang di Ujung Dunia dikerjakan di studio Soundpole, ditambah sesi rekaman drum di SoundVerve Studio bersama engineer Rama Harto Wiguna. Prosesnya berjalan relatif cepat, yakni dari Januari hingga Februari 2021.

“Ngebut banget bagaimana caranya? Mayoritas dari anak-anak Lomba Sihir kan produser, makanya lagunya kami bagi-bagi proses pengerjaannya,” kata Tama.

Tama, Enrico, Rayhan, dan Tristan berbagi tugas sebagai produser. Sedangkan Tama, Enrico, dan Rayhan keroyokan mengerjakan mixing sebelum hasilnya dikirim ke Marcel James untuk mastering. Menurut Rayhan, ada semacam kejutan dalam penggarapan album ini. Album yang dipikirnya bakal jadi sulit --karena dikerjakan beramai-ramai, dan semua urun suara-- ternyata jadi proses paling dimudahkan sekaligus paling menyenangkan.

"Karena semua di band ini tahu apa yang dikerjakan dan apa yang mau dituju," tutur Rayhan.

Selain keenam anggota Lomba Sihir, Selamat Datang di Ujung Dunia juga melibatkan Mohammed Kamga sebagai pengarah vokal dan pengisi vokal latar di “Selamat Datang” dan “Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 6 (Selamat Jalan)”; Matter Mos yang membantu aransemen lagu “Ya Mau Gimana?”; serta Kusuma Widhiana yang ikut menggubah “Polusi Cahaya” dan bermain piano di lagu itu.

Petra Sihombing, sosok penting di awal perjalanan Lomba Sihir, juga turut menyumbang vokal, gitar, dan lirik di lagu penutup, “Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 6 (Selamat Jalan)”.

Dari segi visual, sampul album Selamat Datang di Ujung Dunia digarap oleh Sun Eater Studio dan menampilkan para anggota Lomba Sihir bersama rekan-rekannya yang memerankan berbagai macam warga yang dapat ditemukan di Jakarta.

Menyusul “Hati dan Paru-Paru” dan “Apa Ada Asmara”, pada bulan April mendatang akan tayang juga

videoklip untuk “Nirrrlaba” yang disutradarai oleh Agung Pambudi dan bekerjasama dengan QUN Films.

“Album ini semacam foto keluarga besar kami ramai-ramai dengan latar belakang Jakarta untuk dikenang oleh kami berenam dan tim kami selama-lamanya,” kata Baskara yang juga menulis mayoritas lirik di Selamat Datang di Ujung Dunia. “Semoga dalam bingkai foto itu, di saat orang lain melihat, mereka juga bisa mengenang sesuatu.” []

Baca juga artikel terkait HINDIA atau tulisan lainnya dari Siaran Pers

tirto.id - Hard news
Penulis: Siaran Pers
Editor: Nuran Wibisono