tirto.id - Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE), Piter Abdullah mendorong, agar Bank Indonesia menaikan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Agustus mendatang. Kenaikan itu penting untuk merespon kenaikan suku bunga The Federal Reserve Amerika Serikat (AS).
Piter menyebut suku bunga The Fed yang tinggi menyebabkan aliran modal asing global masuk ke surat berharga di AS, termasuk dari Indonesia. Keluarnya modal asing ini, akan menyebabkan nilai tukar Rupiah otomatis melemah.
"Kondisi ini dapat dihindari apabila BI menaikkan suku bunga acuan mengikuti kenaikan suku bunga The Fed," ujarnya kepada Tirto, Jumat (29/7/2022).
Hal senada disampaikan Direktur Center Of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira. Menurutnya, aliran modal keluar dan pelemahan Rupiah bisa diredam jika bank sentral Indonesia dapat merespon dengan menaikan suku bunganya sebesar 50 basis poin.
"Kalau relatif lebih stabil. Bola ada ditangan BI, jadi tergantung arah kebijakan moneternya," ujarnya dihubungi terpisah.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan, Bank Indonesia (BI) akan mengerek suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate Rate (BI7DRRR) sebanyak 100 basis poin atau 1 persen hingga akhir 2022. Perkiraan itu mempertimbangkan kondisi ekonomi global.
"Kemungkinan ada kenaikan BI rate sebesar 100 bps hingga akhir tahun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, di Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Saat ini suku bunga acuan BI masih ditahan berada di level 3,5 persen. Jika proyeksi Sri Mulyani tersebut terbukti, suku bunga BI di tahun ini akan mencapai 4,5 persen.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang