tirto.id - Menyusul kejadian pembacokan atau klithih, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta mewajibkan pihak sekolah mendeteksi perilaku para siswa.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY Kadarmanta Baskara Aji mengimbau kepada sekolah di Kota Pelajar untuk memilah para siswa yang berpotensi melakukan aksi klithih untuk mendapatkan pembinaan.
"Jika sekolah menemukan siswa berpotensi melakukan klithih dan tidak bisa menangani sendiri, bisa diserahkan kepada kami, kemudian kami akan berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)," kata Aji seperti diwartakan Antara, Kamis (16/3/2017).
Aji berpendapat pendeteksian itu ditempuh sebagai upaya memutus mata rantai aksi klithih.
Selain itu, Aji mengimbau kepada sekolah untuk meningkatkan komunikasi dengan orang tua siswa. "Kalau pendidikan keluarga dan sekolah tidak nyambung, akan ada gap yang bisa membuat anak lepas kontrol," ujar Aji.
Imbauan itu ia sampaikan karena sejumlah aksi klithih bertalian dengan terputusnya hubungan antara pendidikan sekolah dan pendidikan keluarga.
Oleh karena itu, kata Aji, jika anak akan keluar malam hingga lebih dari jam 10, harus dilarang."Apalagi, peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu di tengah malam,” beber Aji.
Aksi klithih kembali terjadi di Kota Pelajar pada Ahad sekitar pukul 01.00 WIB. Siswa SMP Piri 1 Yogyakarta Ilham Bayu Fajar (17) tewas dibacok dan ditusuk benda tajam oleh gerombolan remaja berstatus pelajar SMP.
Polisi berhasil membekuk para pelaku pembacokan terhadap Ilham.
Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Pol. Ahmad Dofiri menilai aksi nekat para pelaku berkaitan dengan jauhnya pengawasan dan peran orang tua dalam pendidikan anak.
Menurut Dofiri, hampir seluruh tersangka yang terlibat dalam kasus itu memiliki latar belakang keluarga "broken home". "Ada yang orang tuanya sudah berpisah, dan ada yang tinggal dengan orang lain," kata Dofiri.
Lantaran itu, Dofiri meminta seluruh orang tua memberikan perhatian dan pengawasan penuh kepada anak-anaknya. "Jadi, untuk memecahkan masalah klitih ini tidak semata-mata dengan razia dan patroli, tetapi perlu peran bersama semua pihak, baik orang tua maupun sekolah," kata Dofiri.
Penulis: Agung DH
Editor: Maya Saputri