tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menelusuri keberadaan Sesar Mataram di Daerah Istimewa Yogyakarta.
BMKG akan berkolaborasi dengan para peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM.
"Dalam waktu dekat BMKG bekerjasama dengan UGM dalam hal ini FMIPA, Fisika, dan Geofisika UGM bersama-sama dalam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) melakukan penelitian di daerah yang diduga (Sesar Mataram) dari hasil penelitian terdahulu," kata Staf Stasiun Geofisika Kelas I Sleman, Ayu K Ekarsti dikutip dari Antara, Rabu (22/1/2023).
Tim dari BMKG dan UGM akan memantau kondisi di bawah permukaan tanah yang disebutkan oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dilintasi Sesar Mataram.
Ayu mengatakan metode penelitian BMKG di antaranya menggunakan kajian ilmu geofisika dengan seismograf sebagai alat ukurnya.
"Nantinya akan dianalisis oleh teman-teman untuk melihat bagaimana profil bawah permukaanya. Saat ini sedang proses penggodokan penentuan lokasi titik ukur," kata dia.
Berdasarkan pendekatan data kegempaan, BMKG Yogyakarta belum pernah menemukan aktivitas kegempaan di lokasi sesar yang keberadaanya diklaim oleh peneliti BRIN.
Menurut Ayu, keberadaan sesar aktif dapat diidentifikasi saat daerah yang diduga dilintasi itu pernah terjadi gempa bumi.
"Kalau dari kacamata BMKG, kami belum menemukan adanya kegempaan di lokasi tersebut, mungkin nanti dengan menggunakan pendekatan lain atau dengan kacamata geodesi atau pengukuran geofisika bisa lebih memperkuat apakah hasil temuan itu memang benar atau tidak," kata dia.
Dalam keterangan terpisah, Pakar Geofisika FMIPA UGM Wiwit Suryanto mendukung penuh rencana BMKG menggelar penelitian lanjutan atas hasil studi BRIN terkait Sesar Mataram.
Menurut dia, munculnya sesar atau patahan-patahan baru di wilayah DIY mungkin dipicu oleh gempa-gempa yang terjadi sebelumnya.
"Bumi ini kan dinamis, patahan yang dulu tidak aktif, juga bisa menjadi aktif," kata Wiwit.
Sementara itu, Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY Lilik Andi Aryanto menunggu hasil kajian resmi dari BMKG Yogyakarta terkait keberadaan sesar aktif baru tersebut.
Hasil kajian dari BMKG akan menjadi dasar BPBD DIY untuk menyusun peta risiko bencana gempa bumi yang baru. Hal itu dilakukan apabila Sesar Mataram telah dipastikan berada di DIY.
Penelitian oleh BMKG dan UGM menindaklanjuti temuan Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja. Dia menyebutkan selain terdapat Sesar Opak yang menyebabkan gempa pada 2006, di wilayah Yogyakarta terdapat sesar aktif yang sebelumnya belum terpetakan.
Berdasar data pemutakhiran sesar aktif yang dilakukan BRIN, Danny menyebutkan sesar yang membentang dari timur ke barat tersebut baru dipetakan pada 2021 dengan nama Sesar Mataram.
Ia mengatakan pada Sesar Mataram bagian timur sebelumnya dikenal sebagai Sesar Dengkeng.
"Tapi baru diketahui bahwa Sesar Dengkeng ini masih menerus ke arah barat melewati tengah-tengah Kota Yogyakarta," ujar Danny dalam acara lokakarya nasional "Perkembangan Terkini Pemutakhiran Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Indonesia" di Jakarta, pada 29-30 November 2022 yang juga disiarkan akun Youtube Kementerian PUPR.
Meski belum ada studi yang lebih rinci, Danny mengatakan Sesar Mataram terlihat berasosiasi dengan offset stream berdasarkan studi survei geolistrik dan pemetaan berdasarkan morfologi.