tirto.id - Gempa Cianjur yang terjadi pada Senin, 21 November 2022 sekitar pukul 13.21 WIB menjadi salah satu penelitian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam penelitian awalnya, BMKG menduga bahwa penyebab gempa adalah pergerakan dari sesar Cimandiri.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab Cimandiri merupakan sesar yang mengarah ke timur dimulai dari Teluk Pelabuhan Ratu dan terus menuju Lembah Cimandiri, Cipatat Rajamandala, Gunung Tangkuban Parahu – Burangrang sampai ke timur laut menuju Subang. Sesar Cimandiri juga telah menjadi penyebab gempa di Cianjur yang terjadi pada tahun 1844 dan 1982.
Namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata ditemukan bahwa penyebab gempa Cianjur adalah sesar Cugenang yang baru diketahui keberadaannya setelah bencana tersebut terjadi. Sesar Cugenang sendiri menurut BMKG memanjang sekitar 9 kilometer dan melintasi 8 desa di kecamatan Cugenang dan satu desa di kecamatan Cianjur.
Dalam konferensi pers pada Kamis (8/12/2022), Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG mengatakan bahwa memang mulanya sesar Cimandiri diduga menjadi penyebab gempa Cianjur. Namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut barulah diketahui bahwa sesar penyebab gempa adalah sesar baru Cugenang.
Dwikorita juga mengatakan bahwa area sesar aktif Cugenang harus dikosongkan dari pembangunan pemukiman karena rentan terjadi kembali gempa. Menurutnya 9 kilometer tersebut adalah panjang dari patahan tersebut, sementara lebar dari sesar Cugenang adalah sekitar 300-500 meter.
Lantas lokasi mana saja yang termasuk dari sesar Cugenang? Simak penjelasannya berikut ini.
Sesar Cugenang Cianjur dan Lokasi Jalurnya
Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian sesar atau patahan. Sesar atau patahan adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif dari satu blok batuan terhadap blok batuan lainnya.
Ukuran bidang sesar bisa bermacam-macam mulai dari sentimeter hingga puluhan kilometer. Untuk sesar ukuran yang besar sendiri terjadi karena pergerakan lempeng yang menimbulkan gaya tektonik dan pergeseran tersebutlah yang bisa menyebabkan terjadinya gempa bumi pada daerah di atas sesar.
Sesar Cugenang adalah patahan aktif yang baru ditemukan oleh BMKG setelah terjadi gempa Cianjur berskala 5,6. Mereka melakukan analisis seperti focal mechanism, citra satelit dan foto udara, serta penelitian langsung ke lapangan dengan memperhatikan pola retakan/rekahan permukaan tanah, sebaran kerusakan bangunan, serta kelurusan morfologi.
Dalam konferensi pers BMKG, Dwikorita menjelaskan bahwa berdasarkan hasil survei, sesar Cugenang memanjang ke arah barat laut-tenggara yang meliputi 9 desa yaitu Ciherang, Ciputri, Cibeureum, Nyalindung, Mangunkerta, Sarampad, Cibulakan, Benjot, serta Nagrak.
Jalur yang dilalui oleh sesar Cugenang harus dikosongkan dari area pemukiman sebab ditakutkan akan terjadi deformasi dan kerusakan bangunan jika sewaktu-waktu terjadi gempa kembali mengingat bahwa ini adalah patahan aktif.
Gempa Cianjur sendiri menurut laman Pemerintah Kabupaten Cianjur (9/12) telah menghancurkan kurang lebih 13.544 rumah dengan kondisi rusak berat, 15.983 untuk yang sedang, serta sekitar 26.734 rusak ringan. Selain rumah, bangunan sekolah yang terkena dampak dari gempa Cianjur adalah sekitar 540 unit, tempat ibadah 279, fasilitas kesehatan 18, dan gedung kantor 17 unit.
Penulis: Fajri Ramdhan
Editor: Dipna Videlia Putsanra