Menuju konten utama

Cara Mendekatkan Diri dengan Pasangan Setelah Bertengkar

Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dicoba untuk berdamai dengan pasangan setelah bertengkar.

Cara Mendekatkan Diri dengan Pasangan Setelah Bertengkar
Ilustrasi Pacaran [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Selisih paham dan pertengkaran merupakan hal yang wajar dalam hubungan. Meskipun terdengar sepele, pertengkaran bisa menjadi masalah besar apabila pasangan tidak segera berdamai. Saat bertengkar, pasangan mungkin melakukan hal-hal yang menyakiti satu sama lain sehingga menyebabkan mereka saling menjauh.

Seiring berjalannya waktu, pertengkaran bisa menciptakan jarak bagi pasangan. Mungkin, salah satunya sudah mencoba berbicara untuk menyelesaikan persoalan, namun malah berakhir dengan salah paham dan kembali bertengkar. Untuk menghindari keadaan tersebut, setiap tindakan memerlukan banyak pertimbangan.

"Jika menanggapi tanpa mempertimbangkan pilihan dengan hati-hati, keadaan bisa menjadi lebih buruk" ungkap Marty Babits dari Institute for Contemporary Psychotherapy Kota New York dalam Psychology Today.

Masa setelah pertengkaran adalah kondisi yang rentan. Sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan khusus dalam menghadapi emosi pasangan yang barangkali sulit ditebak. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dicoba untuk berdamai dengan pasangan setelah bertengkar.

  • Tenangkan diri

Mengutip Psych Alive, luangkan waktu setidaknya lima menit untuk menenangkan diri setelah pertengkaran. Menenangkan diri selama beberapa saat dapat membantu pikiran lebih rasional. Melanjutkan percakapan dalam keadaan marah hanya menimbulkan lebih banyak masalah.

Sebagai contoh, kalimat yang sebenarnya netral atau sederhana bisa dipandang negatif apabila disampaikan dalam keadaan marah. Alhasil, pertengkaran yang harusnya usai malah justru berlanjut. Jika perasaan marah tidak kunjung surut, namun pasangan mencoba berinteraksi, katakan dengan jelas pada pasangan.

Sebagai contoh, "saya masih kesal, saya tidak mencoba mengabaikan kamu. Saya hanya perlu lebih banyak waktu untuk menenangkan diri." Ini merupakan salah satu upaya untuk menghindari silent treatment.

  • Introspeksi setiap tindakan

Dalam kasus pertengkaran, setiap orang yang terlibat harus mengintrospeksi diri masing-masing. Pikirkan apakah ada tindakan yang menyebabkan pertengkaran, dan jika merasa itu adalah tindakan yang salah, maka jangan malu untuk minta maaf.

Jika memang terbukti bersalah dan pasangan belum siap menerima maaf, perbaiki hal penyebab pertengkaran tanpa pasangan meminta. Seperti merapikan kembali handuk yang sudah digunakan atau telepon tukang ledeng yang anda janjikan datang sebelum pertengkaran terjadi.

  • Minta maaf atas pertengkaran yang terjadi

Banyak orang enggan meminta maaf karena merasa kalah. Namun yang harus ditekankan, minta maaf setelah pertengkaran bukan lagi soal siapa yang benar atau siapa yang salah. Terdapat fakta bahwa dua orang yang terlibat pertengkaran mungkin telah menyakiti satu sama lain dengan perkataan atau tindakannya. Maka minta maaf di sini berarti bertanggungjawab atas sisi argumen yang telah dilakukan

  • Gunakan kata "kita"

Menggunakan kata "kita" daripada "aku" atau "kamu" dalam percakapan. Penggunaan kata "kita" dalam situasi berdamai menegaskan bahwa dua orang terlibat dan dua orang pula yang harus mengakhirinya. Menggunakan kata ini mengartikan posisi yang seimbang, tidak ada yang lebih dominan dan semuanya sama-sama penting.

Menurut Mount Vernon Therapy, hal ini memberikan kesan bahwa Anda juga peduli pada perasaan pasangan, bukan hanya dengan diri sendiri. Sebagai contoh, daripada mengucapkan kata "bisakah kamu berhenti berargumen?" lebih baik mengucapkan "bisakah kita berhenti berargumen?"

  • Ubah keadaan defensif menjadi reseptif

Sikap defensif yang dimaksud adalah menangkis setiap pernyataan pasangan dan melakukan serangan balik. Sikap ini tentunya menyebabkan pertengkaran semakin rumit. Daripada berfokus pada sikap defensif, reaktif, atau melakukan serangan balik, bersikaplah reseptif. Maksudnya dengan mendengarkan dan mencoba memahami orang pasangan.

Kuncinya adalah menguasai diri tetap dalam keadaan tenang dan rasional. Dalam kondisi ini, Anda dapat menyesuaikan diri dengan pasangan dan mampu mengembangkan sikap yang lebih ingin tahu dan penuh kasih terhadap pasangan.

Baca juga artikel terkait HUBUNGAN KEKASIH atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Alexander Haryanto