tirto.id - Kentang menjadi sumber berkarbohidrat tinggi di samping padi dan ketela. Kentang juga kerap dijadikan bahan baku untuk pembuatan berbagai jenis makanan.
Apalagi, rasa kentang juga lezat dan kaya zat gizi sehingga banyak orang menjadikannya pilihan untuk bersantap.
Tanaman bernama ilmiah Solanum tuberosum L ini merupakan sayuran perdu semusim dan memiliki umbi yang sekaligus menjadi alat perkembangbiakannya.
Tanaman kentang dapat hidup di dataran tinggi dan dataran rendah. Idealnya untuk budi daya kentang sebaiknya ditanam pada lahan dengan ketinggian 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut.
Dikutip dari GDM, peluang bisnis dari budi daya kentang terbuka lebar. Sebagian kebutuhan kentang di Indonesia didatangkan dengan mengimpor dari negara lain. Jika mampu membudidayakan sendiri di tingkat lokal, maka ceruk pasar kentang masih dapat dipenuhi.
Cara budi daya kentang
Budi daya kentang termasuk mudah untuk dijalankan. Situs Dinas Pertanian Pemkab Buleleng menjabarkan cara budi daya kentang melalui langkah-langkah berikut:
1. Penyiapan dan pengolahan lahan
Langkah pertama untuk budi daya kentang adalah penyiapan lahan penanaman. Siapkan lahan dengan luas secukupnya dan lakukan penggemburan dengan mencangkul atau membajaknya dengan kedalaman lebih dari 30cm. Pada keadaan tertentu, mungkin perlu 2-3 kali pembajakan tanah agar benar-benar gembur.
Biarkan selama sepekan dan buat bedengan setelah itu. Lebar bedengan 80cm dan tinggi 10cm, lalu panjangnya menyesuaikan lahan. Jarak antar bedengan sekira 40cm sebagai akses air agar tidak merendam bedengan.
2. Pemberian pupuk dasar
Usai lahan siap maka selanjutnya perlu diberi pupuk dasar yang ditabur di atas bedengan. Jenis pupuk yang bagus yaitu pupuk kandang matang berdosis 20-30 ton per hektar lahan. Dapat pula diberi pupuk NPK sebanyak 300-350kg per hektar lahan.
Pupuk yang sudah ditabur lalu ditutup tanah untuk mencegah tergerus saat hujan. Biarkan lahan 10-15 hari sebelum ditanami bibit kentang.
3. Menyiapkan bibit dan cara menanamnya
Gunakan bibit dari umbi yang sehat, tidak berpenyakit, dan bisa dipanen pada usia wajar. Bibit sebaiknya dari umbi tua yang tampak kokoh, beratnya 30-45/50 gram atau 45/50-60 gram, besar rata-rata 30-35 mm atau 45-50 mm, dan punya 3-5 mata tunas. Jenis varietas yang dapat dipilih seperti Granola, Cipanas, Atlantik M, Repita, Amabile dan Maglia.
Ciri-ciri bibit umbi yang baik sebagai berikut:
- Umbi memiliki tunas dan kuat, serta sudah melalui proses penyimpanan bulan usai panen
- Tunas sudah tumbuh sekira 2cm dan jumlahnya 3-5 tunas di setiap umbi
- Permukaan umbi mulus dan tidak ada kecacatan
Setelah memilih umbi, lakukan penanaman dengan membuat garitan di bedengan. Bibit dimasukkan ke garitan dengan jarak tanam tiap ubi 20-30cm. Timbun kembali garitan dengan tanah sampai meninggi 15-20cm.
Pemeliharaan tanaman
Fungsi dari memelihara tanaman yaitu mengusahakan agar tanaman kentang dapat tumbuh secara optimal. Pemeliharaan ini meliputi:
- Penyiangan rumput dan gulma dilakukan sekaligus dengan perbaikan bedengan saat usia tanam 1 dan 2 bulan. Saat tanaman mulai rimbun tidak perlu disiangi lagi.
- Penyiraman perlu dilakukan saat tanah tampak kering dan berikan air secukupnya tanah tanpa menggenang.
- Setiap 20 hari sekali lakukan pemupukan susulan dari waktu tanam dengan menaburkan pupuk di lubang tanam umbi. Jenis dan dosis pupuk yang disarankan yaitu Urea 500kg/h, ZA 150kg/h, KCL 100kg/h, dan SP36 400kg/h.
- Saat kentang berbunga, sebaiknya dipangkas agar mencegah terganggunya pembentukan umbi. Adanya bunga dapat menimbulkan efek perebutan unsur hara.
Pengendalian hama penyakit
Jenis hama penyakit yang dapat merusak tanaman kentang yaitu orong-orong, trips, ulat grayak, penggerek umbi, kutu daun, ulat tanah, ulat penggulung daun, bercak daun, layu bakteri, busuk daun, busuk umbi, layu fusarium, dan lainnya. Lakukan pengendalian hama semenjak masih pada tanda-tanda awal serangan.
Masa Panen
Masa panen kentang umumnya setelah usia 80-120 hari sesuai varietasnya. Panen perlu dilakukan saat usianya tidak terlalu muda atau terlalu tua untuk memperoleh kualitas paling baik.
Pemanenan dilakukan dengan mengeruk tanah memakai tangan sehingga mencegah risiko kerusakan umbi.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo