tirto.id - Temulawak atau dalam bahasa ilmiah disebut Curcuma zanthorrihiza L., adalah jenis tanaman rempah asli dari Indonesia. Temulawak banyak ditemukan di daerah Jawa dan Madura.
Temulawak sering disebut Koneng Gede di Jawa Barat dan Temu Lobak di Madura dan kerap dijadikan sebagai bahan utama untuk membuat jamu karena manfaatnya.
Bagian yang paling sering dimanfaatkan di Indonesia adalah rimpang temulawak untuk jamu. Rimpang mengandung 48-59,64 persen zat tepung, 1,6-2,2 persen kurkumin, dan 1,48-1,63 persen minyak asiri.
Temulawak juga bisa meningkatkan kerja ginjal serta anti-inflamasi. Manfaat lainnya adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, mengurangi kolesterol, mengobati anemia, anti-oksidan, mencegah kanker serta anti-mikroba.
Syarat Tumbuh Temulawak
Syarat tumbuh temulawak adalah sebagai berikut:
1. Iklim
Temulawak tumbuh dengan baik di lahan yang teduh serta terlindungi dari matahari. Di habitatnya tanaman ini dapat tumbuh subur di bawah pohon bambu atau jati. Namun, temulawak juga bisa ditemukan di tempat yang panas seperti tanah tegalan.
Suhu udara yang baik untuk budidaya temulawak antara 19-30°C. Temulawak membutuhkan curah hujan antara 1.000-4.000 mm per tahun.
2. Media Tanam
Akar temulawak dapat beradaptasi di berbagai jenis tanah. Baik tanah kapur, pasir atau setengah pasir atau tanah berat yang berliat.
Untuk budidaya temulawak secara maksimal dibutuhkan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik.
3. Ketinggian Tempat
Temulawak tumbuh pada ketinggian tempat 5-1000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimal 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di temulawak adalah dari tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl. Temulawak paling tepat ditanam di dataran yang sedang.
Tahapan BudidayaTemulawak
Menurut Dinas Pertanian Provinsi DIY, berikut ini beberapa tahapan budidaya temulawak, antara lain:
1. Pembibitan
a. Persyaratan Bibit
Rimpang untuk pembibitan dari tanaman tua sehat usia 10-12 bulan.
b. Penyiapan Bibit
Bongkar tanaman induk dan bersihkan akar dan tanah yang menempel. Pisahkan rimpang induk dan rimpang anak. Rimpang induk dibagi jadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam, selama 4-6 hari. Kemudia rimpang dapat langsung ditanam.
Simpan rimpang anak di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru.
2. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan Lahan
Lahan dapat berupa tegalan, kebun atau pekarangan. Persiapan lahan untuk menanam temulawak dilakukan 30 hari sebelumnya.
3. Pembukaan Lahan
Lahan dibersihkan dari tanaman dan gulma yang mengganggu pertumbuhan. Lalu Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah jadi gembur.
4. Pembentukan Bedengan
Lahan dibuat seperti bedengan dengan lebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak 30-40 cm. Lahan juga bisa dibentuk petakan agak lebar dan dikelilingi parit untuk keluar masuk air. Terutama jika temulawak ditanam di musim hujan.
5. Pemupukan Organik (sebelum tanam)
Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sekitar 1-2 kg. Kebutuhan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton.
6. Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanaman
Temulawak ditanam secara monokultur dan dilakukan di awal musim hujan. Kecuali jika memiliki sarana pengairan yang memadai. Karena pada fase awal pertumbuhan adalah tanaman membutuhkan banyak air.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Buat lubang tanam di atas bedengan atau petakan dengan ukuran 30 x 30 cm dan kedalaman 60 cm. Jarak antar lubang adalah 60 x 60 cm.
c. Cara Menanam
Setiap satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam, dengan posisi mata tunas mengarah ke atas. Kemudian bibit ditutup dengan tanah sedalam 10 cm.
d. Masa Tanam
Masa tanam temulawak adalah di awal musim hujan, untuk masa panen pada musim kemarau selanjutnya. Tujuan penanaman di awal musim hujan adalah untuk menyuplai air yang cukup untuk tanaman muda. Dimana tanaman muda sangat memerlukan air di awal pertumbuhannya.
7. Panen
a. Ciri dan Usia Panen
Rimpang dapat dipanen setelah tanaman berusia 9-10 bulan. Tanaman yang telah siap dipanen ditandai adanya daun dan bagian tanaman yang menguning dan mengering, rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
b. Cara Panen
Tanah disekitar rumpun dicangkul. Kemudian rumpun diangkat dengan akar dan rimpangnya.
c. Masa Panen
Panen dapat dilakukan di akhir masa tumbuh yaitu pada musim kemarau. Waktu panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah.
Tetapi jika tidak bisa panen di musim kemarau tahun pertama, lebih baik panen di musim kemarau berikutnya. Panen di musim hujan dapat merusak serta mengurangi kualitas rimpang. Karena bahan aktif lebih rendah dari kadar air.
d. Perkiraan Hasil Panen
Tanaman yang sehat dan dipelihara dengan baik dan tepat, dapat menghasilkan rimpang segar sekitar 10-20 ton per hektar.
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Dipna Videlia Putsanra