tirto.id -
Wahyu menerangkan, produksi gula BUMN saat ini tercatat sekitar 1,16 juta ton yang terdiri dari: produksi gula PTPN Group sebanyak 856 ribu ton dari PT RNI 271 ribu ton, serta 35,5 ribu ton PT Gendhis Multi Manis (GMM).
Gula tersebut masing-masing dihasilkan dari area tebu yang ditebang seluas 224 ribu hektar, terdiri dari 172 ribu hektar area tebu PTPN Group, 46,2 ribu hektar area RNI dan 5,5 ribu hektar lahan GMM. Hingga akhir tahun, produksi gula BUMN diproyeksikan mencapai 1,19 juta ton atau meningkat dibanding tahun lalu yang hanya 1,16 juta ton.
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi gula di Indonesia angka tersebut masih terlampau kecil.
Sebagai gambaran, kebutuhan gula nasional sepanjang 2016 mencapai 5,7 juta ton. Sebanyak 2,9 juta ton di antaranya merupakan kebutuhan industri. Sisanya sebanyak 2,8 juta ton merupakan konsumsi masyarakat.
Kendati demikian, dikatakan Wahyu, "Dalam 5 tahun ke depan, sesuai dengan roadmap gula BUMN, produksi gula BUMN diproyeksikan dapat meningkat menjadi 3,2 juta ton."
Hal ini membuat Indonesia melirik beberapa negara untuk impor gula agar kebutuhan dalam negeri bisa tercapai. Senin lalu, misalnya, Menteri BUMN Rini Soemarno menyebut adanya peluang kerja sama perdagangan komoditas gula bersama Malaysia. Hal itu ia sampaikan usai menerima lawatan Menteri Perdagangan Dalam Negeri Hal Ehwal Pengguna (PDHNEP) Malaysia, Datuk Seri Saiffudin Nasution Ismail, Kemarin (26/11/2018).
Salah satu peluang kerjasama tersebut, dikatakan Rini, adalah impor dari surplus gula produksi Malaysia sekitar 1,5 juta ton.
"Surplus produksi gula domestik Malaysia bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri. Namun kami terlebih dahulu akan mempelajari secara lebih detail dan komprehensif mengenai potensi kerjasama tersebut," ujarnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri