Menuju konten utama

Bulog Terlilit Utang, Buwas Minta Porsi Penjualan Komersil Jadi 50%

Buwas menyatakan akan memperkuat peran lembaganya sebagai BUMN pangan dengan memperbesar porsi penjualan beras secara komersial, daripada untuk penugasan pada 2020.

Bulog Terlilit Utang, Buwas Minta Porsi Penjualan Komersil Jadi 50%
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di gedung parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (20/6/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.

tirto.id - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas menyatakan akan memperkuat peran lembaganya sebagai BUMN pangan dengan memperbesar porsi penjualan beras secara komersial, daripada untuk penugasan pada 2020.

Buwas menjelaskan saat ini porsi penjualan beras untuk komersial sebesar 20 persen, sementara beras untuk penugasan pemerintah sebesar 80 persen. Pada 2020 mendatang, Bulog ini porsi untuk penjualan beras komersial bertambah menjadi 50 persen.

“Tahun depan keinginan saya bisa 50:50 karena kita kan dananya dari komersial. Kalau kita gunakan komersial 50 persen, paling tidak berarti Bulog bisa mendapatkan keuntungan,” kata Buwas saat konferensi pers di Gedung Bulog Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, “Kalau hanya 20 persen komersial, itu terlalu kecil untuk membiayai operasional Bulog,” kata Buwas.

Buwas menjelaskan strategi Bulog untuk memperkuat bisnis komersial ini sejalan dengan berkurangnya penugasan dari pemerintah dalam penyediaan beras bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Selain itu, Bulog juga bisa memperoleh keuntungan dan mencicil pembayaran utang perusahaan.

Terhitung hingga September 2019, Bulog masih memiliki utang atau pinjaman yang diselesaikan sebesar Rp28 triliun untuk pengadaan sejumlah komoditas, termasuk beras.

Menurut Buwas, pengadaan beras CBP (cadangan beras pemerintah) yang menggunakan dana pinjaman dari bank menjadi alasan beban utang perusahaan terus bertambah.

Di sisi lain, Bulog tidak lagi menyalurkan beras Rastra dan tidak melakukan kegiatan operasi pasar, karena penjualan beras CBP harus melalui keputusan rakortas.

Akibatnya, kata Buwas, stok beras Bulog tidak bergeser, namun bunga pinjaman tetap berjalan.

"Bulog tidak bisa dihindari dengan utang karena memang Bulog membeli beras, baik CBP maupun komersial kita pinjam uang dari bank, bunganya pun komersial. Kalau komersial tidak masalah, karena terus kita jual. Yang masalah beras CBP," kata Buwas.

Perum Bulog pun terus melakukan sejumlah inovasi bisnis, beberapa di antaranya yakni memodernisasi gudang beras yang dimilikinya secara bertahap di seluruh Indonesia, memproduksi beras bervitamin (berfortifikasi) dan terakhir merambah bisnis e-commerce dengan meluncurkan toko pangan online "panganandotcom".

Sejumlah kerja sama bisnis dengan berbagai BUMN dan pihak swasta Iainnya telah dilakukan seperti penyediaan natura karyawan BNI dan BRI, penjualan sembako ke Grab Kios serta sinergi bersama Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dalam memasok beras ke ritel modern.

Mantan Kepala BNN itu menyatakan, Perum Bulog juga memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp2 triliun untuk mendukung penguatan komersial seperti pembangunan CAS (Control Atmosphere Storage), gudang modern kedelai, dan gudang modern beras. tahun depan rencananya akan dilakukan pembangunan CDC (Corn Drying Center), serta MRMP (Modern Rice Milling Plan).

Baca juga artikel terkait BULOG

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Abdul Aziz