Menuju konten utama

Bukan Lagi Tentara, Edy Rahmayadi Diminta Memperbaiki Sikap

Edy Rahmayadi memang harus memperbaiki sikapnya karena dia bukan lagi tentara. Dia kini adalah pejabat publik, jabatan sipil.

Bukan Lagi Tentara, Edy Rahmayadi Diminta Memperbaiki Sikap
Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi. FOTO/Dok PSSI

tirto.id - Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara sekaligus Ketua Umum PSSI sekaligus Ketua Dewan Pembina dan pemilik PSMS Medan, kembali disorot warganet. Namanya terpampang di trending topic Twitter.

Muasalnya adalah wawancara dengan Produser Eksekutif Kompas Petang Aiman Wicaksono yang disiarkan langsung Senin (24/9/2018) kemarin. Ia enggan menjawab inti pertanyaan Aiman, dan malah memberi pernyataan dengan nada geram.

Aiman bertanya: "Anda kan sekarang menjabat Gubernur Sumatera Utara, apakah Anda merasa terganggu ketika tugas Anda, tanggung jawab Anda menjadi gubernur kemudian juga menjadi Ketua Umum PSSI?"

Ada jeda dua detik sebelum mantan Pangkostrad TNI AD ini menjawab: "Apa urusan Anda menanyakan itu? Bukan hak Anda bertanya kepada saya."

Beberapa saat setelah bicara itu, ia langsung menyudahi sesi wawancara.

Sebelum kejadian itu, Edy juga mendapat sorotan karena kehadirannya di tribun penonton kala PSMS Medan melawan Persela Lamongan, Jumat (21/9/2018). Dari video yang beredar, Edy terlihat memarahi suporter yang menyalakan flare.

Jauh sebelum itu, Edy tercatat lebih dari sekali memberi pernyataan keras yang tak menjawab inti pertanyaan, termasuk kepada jurnalis Tirto pada 13 Oktober 2017. Ketika itu kami bertanya: "Sejak 2016 ada setidaknya sembilan suporter sepak bola tewas baik di dalam maupun luar stadion. Apa tanggapannya?"

Edy, yang saat itu masih menjabat Panglima Kostrad, menjawab begini: "Tanggapannya saya mau mundur saja jadi umum PSSI! Kamu [saja yang] jadi ketua PSSI. Mudah-mudahan tidak ada yang tewas, deh."

infografik current issue edy rahmayadi

Perbaikan Sikap

Sikap Edy yang tak bersahabat itu ditanggapi sejumlah parpol pengusungnya di Pilgub Sumatera Utara 2018. Ketua DPP Nasdem Bidang Media dan Komunikasi Willy Aditya merasa Edy memang perlu memperbaiki sikap.

"Sebenarnya soal ini tidak terkait dengan Nasdem sebagai pengusung Pak Edy. Karena soalnya adalah soal suporter. Namun demikian, saya kira Pak Edy perlu memperbaiki sikapnya. Bagaimana pun beliau adalah pejabat publik," kata Willy kepada Tirto, Selasa (25/9/2018).

Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menilai sikap demikian adalah karena Edy bekas tentara. "Mungkin di militer caranya seperti itu," ujar Ubedilah kepada Tirto. Namun karena dia kini seorang pejabat publik, ujar Ubedilah, gaya tersebut perlu diubah.

"Pada situasi tertentu di era sekarang gubernur atau siapa pun pejabat publik harus terbuka menjawab pertanyaan," tambahnya.

Hal yang sama diungkapkan Suko Widodo, pengamat komunikasi dari Universitas Airlangga.

Menurutnya gaya komunikasi Edy adalah "komunikasi dengan tujuan untuk mengendalikan (controlling style)." Cara komunikasi macam ini, kata Suko, biasanya dipakai dalam tradisi militer. Dan lagi-lagi, karena Edy bukan lagi tentara, cara yang seperti itu sebaiknya ditanggalkan.

"Mestinya [sebagai pejabat publik] tidak begitu," ujar Widodo. "Tapi, seringkali tekanan masalah membuat naluri defensif dengan memperlihatkan pesan yang sifatnya instruktif."

Namun Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono punya pendapat lain. Arief merasa Edy tak perlu berubah. Menurutnya, Edy memang punya sifat tak basa-basi. Ia juga menyebut sikap itu adalah tanda kalau Edy tak mementingkan citra diri.

Partai Gerindra juga pengusung Edy di Pilgub Sumut 2018.

"Kalau di Medan kan memang orang ngomong tembak langsung. Artinya enggak pakai pencitraan. Lebih baik seperti itu," kata Arief Kepada Tirto. "Pak Edy bukan ketus atau apa. Memang itu gaya kepemimpinan dan budayanya," tambahnya.

Baca juga artikel terkait EDY RAHMAYADI atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Rio Apinino