tirto.id - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan mahalnya harga avtur telah mengakibatkan tutupnya sejumlah penerbangan perintis di daerah.
Bahan bakar pesawat yang disalurkan Pertamina itu dianggap terlalu mahal dan menambah beban operasional maskapai penerbangan perintis.
"Soal mahalnya avtur, di Jakarta itu perbedaan 25 persen [dari harga pasar]. Karena ada PPN perbedaan 15 persen. Sedangkan di daerah itu lebih mahal. Maka kami sudah pengundangan wamen BUMN untuk menindaklanjuti itu," jelas Budi Karya saat Rapat dengan Komisi V, DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (25/11/2019).
Hingga saat ini, beberapa langkah yang bisa dilakukan Kemenhub adalah melakukan kajian re-balancing harga avtur. "Kami sudah minta pertamina melakukan re-balancing beberapa titik yang kritis tersebut," imbuhnya.
"Kami akan memberikan kesempatan kepada operator avtur lainnya. di beberapa titik. jadi saya minta menteri bumn memberikan toleransi dan kita putuskan untuk memberikan suplai," terangnya.
Tak hanya harga avtur, kata Budi Karya, beban operasional maskapai perintis juga makin berat lantaran load factor yang rendah pada beberapa rute.
Beberapa rute dengan penumpang yang sepi di antaranya Manado, Naha, Melangguane Kabupaten Kepulauan Talaud, Miangas, Kao-Manado, Marowali-Kendari, Manado-Morotai, Ampana, Palu.
Untuk masalah ini, Kemenhub telah meminta pemerintah daerah memberikan kepastian soal kepastian penumpang dan kemudian melakukan usulan perintis 2020 dan 2021.
"Artinya Pemda juga menjamin 20 atau 30 persen sehingga maskapai mendapat kepastian daerah-daerah tersebut operator tidak terlalu bermasalah khususnya Sulawesi Utara," pungkas Budi Karya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana