tirto.id - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto mencatat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sebesar 72,91 pada 2022 atau naik 0,86 persen dibandingkan 2021 yang angkanya 72,29. Angka tersebut telah mendekati rata-rata pertumbuhan IPM pada kondisi sebelum pandemi COVID-19.
Setianto mengatakan, tidak ada provinsi di Indonesia yang berstatus IPM dengan kategori rendah atau di bawah angka 60.
"Sebagai catatan, sudah tidak ada lagi provinsi dengan status pembangunan atau IPM di bawah 60 atau kategori rendah. Provinsi Papua IPM-nya 61,39 pada 2022. Capaian ini menempatkan Papua dengan tujuh provinsi lainnya dalam status sedang," kata Setianto dikutip Antara, Jakarta, Selasa (15/11/2022).
Indikator pembentuk IPM yakni umur harapan hidup saat lahir sebesar 71,85 tahun. Hal itu berarti bayi yang baru lahir diperkirakan akan dapat bertahan hidup hingga usia 71,85 tahun.
Untuk rata-rata lama sekolah 8,69 tahun, sementara harapan lama sekolah 13,10 tahun. Sedangkan pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan sebesar Rp11.479.000.
Peningkatan IPM pada 2022 didorong oleh peningkatan pada semua indikator pembentuk, baik umur harapan hidup yang meningkat 0,28 tahun atau 0,39 persen, angka harapan sekolah meningkat 0,02 tahun atau 0,15 persen, dan rata-rata lama sekolah meningkat 0,15 tahun atau 1,76 persen.
Pengeluaran per kapita mengalami peningkatan Rp323 ribu atau 2,90 persen dibandingkan 2021.
"Jika dilihat secara spasial, terdapat tiga provinsi yang status pembangunan manusianya meningkat dari sedang menjadi tinggi, yaitu Lampung, Sulawesi Tengah, dan Maluku," ujar Setianto.
Sementara provinsi dengan capaian IPM tertinggi adalah DKI Jakarta dengan IPM sebesar 81,65 atau masuk kategori sangat tinggi. Provinsi DKI Jakarta bersama dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut merupakan dua provinsi dengan IPM di atas 80 atau sangat tinggi.
Setianto menyampaikan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi mendukung pembangunan manusia menjadi lebih baik. Terkait dengan penanganan pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia, ia mengatakan cukup baik dan berjalan dengan baik.
Cakupan vaksinasi misalnya telah semakin meluas, tingkat kematian semakin rendah, terjadi kebijakan untuk melonggarkan kegiatan masyarakat, serta adanya Surat Keputusan Bersama tiga menteri terkait dengan sekolah tatap muka.
"Ini bisa kita lihat dengan pelonggaran-pelonggaran dan cakupan vaksinasi yang meluas, dimana hal ini menyebabkan beberapa indikator makro Indonesia di kuartal III-2022 ini masih mengalami peningkatan 5,72 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu," tandas Setianto.
Editor: Anggun P Situmorang