tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga) bertumbuh 8,71 persen pada kuartal II 2018. Kontribusi dari konsumsi LNPRT itu sebesar 1,21 persen terhadap struktur PDB (Produk Domestik Bruto).
Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran, kenaikan angka konsumsi LNPRT merupakan yang tertinggi pada kuartal II 2018. Setelah konsumsi LNPRT, baru menyusul pertumbuhan ekspor (7,7 persen), PMTB atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (5,87 persen), konsumsi pemerintah (5,26 persen) dan konsumsi rumah tangga (5,14 persen).
“Kegiatan partai politik yang berskala nasional, [seperti] kampanye, pilkada, sampai dengan persiapan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019, membuat konsumsi LNPRT bertumbuh 8,71 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Senin (6/8/2018).
Kendati demikian, Suhariyanto menekankan bahwa berbagai kegiatan yang terkait dengan kontestasi politik itu bukan faktor utama yang mendorong pertumbuhan pada konsumsi LNPRT. Menurut dia, berbagai kegiatan politik itu hanya satu dari berbagai faktor yang mengerek angka konsumsi LNPRT.
“LNPRT itu enggak semata-mata dari politik. Ada [faktor] yang sifatnya pembangunan, selain itu juga pemberian bantuan sosial maupun bantuan bagi yatim piatu,” ujar Suhariyanto.
Apabila dilihat dari strukturnya, aktivitas permintaan akhir memang masih didominasi konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia. Kontribusi konsumsi LNPRT terhadap PDB memang masih kalah besar dibandingkan komponen PMTB, impor barang dan jasa, ekspor barang dan jasa, serta konsumsi pemerintah.
Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai kontestasi politik di tahun ini belum menunjukkan dampak besar pada pertumbuhan.
Bhima memperkirakan penyelenggaraan Pemilu justru lebih berdampak pada sikap banyak investor yang memilih untuk wait and see. Dia mencontohkan Pilkada serentak yang sudah berlangsung pada penghujung kuartal II 2018 lalu hanya berkontribusi 0,01-0,02 persen terhadap PDB.
“Pilkada dalam jangka panjang justru membuat pelaku usaha dan investor menahan diri untuk ekspansi,” kata Bhima.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom