tirto.id - Indonesia masih tercatat sebagai importir sayuran dengan jumlah yang cukup besar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor sayuran pada November 2018 mencapai 97 juta dolar AS. Angka ini naik 140,9 persen dibandingkan Oktober yang tercatat senilai 40,5 juta dolar AS.
Kepala BPS, Suhariyanto menyampaikan, impor sayuran terbanyak berasal dari Cina, dengan total 94 ton atau 81 juta dolar AS.
Di samping itu, Indonesia juga tercatat masih mengimpor sayuran dari Ethiopia dengan jumlah 3 ton atau senilai 3,04 juta dolar AS. Ada pula sayuran yang berasal dari Australia, yakni sebanyak 1,4 ton atau senilai 1,4 juta dolar AS serta Selandia Baru sebesar 44 ton.
"Secara kumulatif atau Januari-November 2018, impor sayur mencapai 732.715 ton dengan nilai impor mencapai 602 juta dolar AS," ujar Suhariyanto dalam konferensi Pers di kantor BPS, Senin (17/12/2018).
Sayangnya, pria yang akrab disapa Kecuk itu tak merinci jenis sayuran apa saja yang diimpor dari masing-masing negara tersebut. Namun, ada 5 jenis sayuran yang tercatat masih diimpor oleh Indonesia.
Pertama, kata Kecuk, adalah bawang putih senilai 78 juta dolar AS. Jumlah ini naik 243,59 persen dibandingkan periode Oktober 2018 dengan nilai 22,7 juta dolar AS.
Kedua, impor kacang-kacangan yang tercatat 5,1 juta dolar AS, tumbuh 39,73 persen dibandingkan periode Oktober yang mencapai 3,6 juta dolar AS.
Ketiga, adalah impor kentang potong sebesar 1,9 juta dolar AS, meningkat 78,27 persen dibandingkan periode Oktober yang senilai 1,1 juta dolar AS.
Keempat, adalah komoditas bawang bombai dengan total impor sebesar 5,9 juta dolar AS, tumbuh 4,75 persen dibanding Oktober yang nilainya sebesar 5,7 juta dolar AS.
Kelima, bawang putih potong, kering serta dalam bentuk bubuk yang nilainya mencapai 1,5 juta dolar AS, naik 40,23 persen dari bulan Oktober yang tercatat sebesar 1,1 juta dolar AS.
Sementara komoditas sayuran lain-lain, tercatat sebesar 4,9 juta dolar AS. Angka ini mengalami penurunan 21,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,2 juta dolar AS.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto