Menuju konten utama

Bos PLN Sebut 60 Persen Listrik EBT Akan Dibangun Swasta

60 persen dari total pembangkit listrik yang ada rencananya bakal dibangun oleh pengusaha swasta. Simak selengkapnya.

Bos PLN Sebut 60 Persen Listrik EBT Akan Dibangun Swasta
President Director PLN Darmawan Prasodjo menjadi pembicara dalam sesi diskusi State-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (18/10/2022). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.

tirto.id - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengatakan, sampai tahun 2040 Indonesia ditarget memiliki pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) depan kapasitas hingga 30 gigawatt (GW). Dengan besarnya target itu, 60 persen dari total pembangkit listrik yang ada rencananya bakal dibangun oleh pengusaha swasta.

Pihak swasta yang dimaksud dapat berasal dari perusahaan penyedia teknologi maupun lembaga pembiayaan baik dari dalam maupun internasional.

"Dalam perencanaan ke depan, 60 persen dari pembangkit (listrik) yang ada adalah berbasis pada investasi swasta nasional bekerjasama dengan technology provider, international financing," kata Darmawan dalam acara Repnas National Conference & Awarding Night, di Menara Bank Mega, Senin (14/10/2024).

Bos PLN itu mengakui, untuk mendorong transisi energi guna mencapai target nol emisi bersih (net zero emission), PLN sebagai perusahaan penyedia listrik negara tak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan dukungan berbagai pihak, salah satunya swasta.

Karena itu, dengan dibukanya peluang investasi swasta dalam pembangunan pembangkit listrik EBT ini, Darmawan mengaku tengah berupaya membangun iklim investasi di bidang ketenagalistrikan. Ini sebagai upaya mewujudkan keadilan baik bagi investor maupun PLN.

"Fairness ini kalau ada yang berinvestasi di ekosistem ini ya pertama harus bisa recover the investment back," ujarnya.

Dalam hal ini, investasi pembangkit listrik berbasis EBT diharapkan dapat mengembalikan modal yang telah ditanamkan oleh para investor. Namun pada saat yang sama, investasi swasta juga harus tetap memperhatikan nilai keekonomian dari listrik EBT yang diproduksi melalui kerja sama dengan swasta, sehingga tak memberatkan masyarakat.

"Kalau rate of return-nya 3 persennya, (cost of fund) 9 persen, ya lebih baik investasi duitnya ditaruh saja di bawah plateau. Nggak perlu investasi-investasi udah pasti rugi. Kalau rate of return nya 40 persen, ya terlalu tinggi. Rate of return nya yang fair lah, yang moderate, yang disini adalah kerjasama yang win-win menguntungkan negara dan ekosistem kondusif untuk jadi bagian pembangunan bangsa," tegas Darmawan.

Sebaliknya, dia juga akan memetakan risiko-risiko apa saja yang mungkin timbul dari dari kolaborasi antara PLN dengan swasta ini. Dengan demikian, kedua belah pihak dapat menantisipasi risiko-risiko tersebut.

"Semua risiko harus dipetakan dengan baik dan each of the risk has to be addressed and managed properly," sambung Darmawan.

Sementara itu, untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT ini, PLN juga akan mengembangkan transmisi hijau sepanjang 70 ribu km sampai tahun 2040. Pembangunan transmisi hijau ini dimaksudkan agar PLN lebih mudah dalam menyambungkan lokasi pembangkit listrik hijau dengan pusat permintaan listrik.

"Mismatch ini kita selesaikan. Kita sambungkan green enabling transmission line, selama 10 tahun panjangnya pendek saja 35 ribu km sirkuit transmission line. Kalau sampai 2040 ini 70 ribu km transmission line-nya. Hanya untuk menyambungkan mismatch antara lokasi sumber daya ke epicentrum of demand," jelas Darmawan.

Baca juga artikel terkait PLN atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang