Menuju konten utama

Borok Terselubung Lion Air

Delay Lion Air adalah hal yang biasa. Semua orang sudah paham. Yang tidak banyak diketahui, mengapa maskapai ini seakan tidak pernah berbenah untuk memperbaiki manajemennya?

Borok Terselubung Lion Air
Ratusan calon penumpang memadati Terminal I Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (10/5). Sebanyak 12 rute penerbangan domestik terganggu akibat dampak penundaan (delay) yang dialami oleh pesawat Lion Air. [ANTARA FOTO/Umarul Faruq/foc/16]

tirto.id - Seorang sumber tirto.id berinisial AN pun bercerita banyak tentang bagaimana buruknya manajemen Lion Air selama ini. Ia mengungkapkan, kasus delay yang selama ini marak terjadi merupakan buah dari keruwetan manajemen yang sudah berlangsung sekian lama.

“Kalau kemudian kemarin itu ada kasus yang kemudian muncul seperti ini, ya itu murni karena kelalaian manajemen,” ujar AN, saat berbincang dengan tirto.id.

Menurut AN, slot penerbangan yang tinggi menjadi salah satu pemicu kenapa Lion Air sering mengalami keterlambatan. Pemenuhan slot dan jumlah pilot pada kenyataannya memang tak seimbang. AN mengatakan, dari jumlah 528 rute penerbangan domestik, Lion Air hanya memiliki sekitar 300 pilot yang siap untuk membawa pesawat. Pilot-Pilot itu, kata dia, masih kurang dan tidak sesuai dengan jumlah pesawat yang ada. Soal kekurangan pilot ini sejatinya sudah bukan rahasia. Kementerian Perhubungan pun mahfum soal ketersediaan pilot ini.

Dari data riset pemberitaan media massa yang dilakukan tirto.id, sepanjang Januari hingga 1 Agustus tahun ini tercatat, Lion Air mengalami 54 kali keterlambatan penerbangan. Paling banyak, keterlambatan Lion Air terjadi pada bulan Mei. Ada 18 keterlambatan terjadi sepanjang bulan itu. Kemudian keterlambatan paling parah kedua dilakukan pada Bulan Juli. Sepanjang bulan itu, ada 8 keterlambatan dilakukan Lion Air.

Di balik keterlambatan itu, banyak hal belum terungkap ke publik. Lion Air telah menyalahi aturan ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan. Menurut AN, keterlambatan itu memang bermuara dari pengelolaan manajemen operasional yang salah. “Sebenarnya kalau mau kita tarik ke belakang, pengelolaan manajemen yang baru ini, sebetulnya mereka tidak mau mengakui jika pilot itu kurang. Tidak sesuai dengan kebutuhan pesawatnya,” ujar AN. Dia pun menegaskan jika keterbatasan pilot itu berpengaruh kepada keselamatan penerbangan.

Sebagai contoh AN menjelaskan jika dalam penerbangan Lion Air, misal hanya ada 50 penumpang, maka pemberangkatan pada jam sesuai dibeli penumpang tertera dalam tiket akan dialihkan. Jadwal penerbangan itu pun ditutup dan penumpang akan dikabari oleh pihak Lion Air untuk pindah jam penerbangan. Begitu juga jika penerbangan itu melebihi kapasitas pesawat, Lion Air kemudian akan membuka penerbangan baru untuk menampung para penumpang. Tujuannya menurut AN adalah menekan biaya pengeluaran. Namun menurut dia, hanya Lion Air yang berani melakukan itu.

Karena jadwal dadakan itu juga, kemudian para pilot terpaksa harus menerbangkan pesawat meski itu bukan merupakan waktunya dia untuk terbang. “Kemudian juga soal keselamatan penerbangan dan schedule para pilot, tidak nyaman bagi pilot karena jam 2 atau jam 3 bisa ditelepon dadakan,” tutur AN.

Demi Keuntungan

Menurut AN, pemenuhan melayani penumpang sejatinya hanya melihat keuntungan dan bukan keselamatan. Dia pun mengatakan, orientasi dengan cara mengganti jadwal penerbangan kepada penumpang yang telah membeli tiket sesuai jadwal yang diinginkan membuat kondisi makin carut marut. Jadi jangan kaget jika Lion Air sering mengalami keterlambatan parah untuk beberapa tujuan yang memang memiliki slot penerbangan padat.

Keterlambatan itu sepertinya tidak menjadi perhatian serius bagi Lion Air untuk memperbaiki layanan mereka di bidang jasa angkutan. Selain itu, pembelian pesawat dilakukan Lion Air rupanya juga tidak diimbangi dengan penambahan sumber daya pilot. Dengan dalih memiliki training bagi para pilot, Lion Air seolah percaya diri jika nantinya pesawat-pesawat itu dapat diterbangkan untuk mengangkut penumpang. Kenyataannya, menurut AN, pilot-pilot yang tersedia lah kemudian disuruh buat menerbangkan pesawat-pesawat itu. “Nah kalau Lion, bagaimana datengin pesawat soal krunya nanti belakangan,” ujar AN.

Karena kekurangan pilot itu juga Kementerian Perhubungan pernah menegur Lion Air. “Sebenarnya ini bukan rahasia umum. Perhubungan pun tahu, ketika pilot dipanggil kementerian perhubungan pun pilot-pilot sudah paham bener kondisinya,” kata AN. Karena menyalahi aturan ini juga kemudian banyak maskapai tidak bisa ekspansi seperti yang dilakukan Lion Air.

“Kenapa maskapai lain tidak bisa ekspansi, karena apa, mereka benar-benar menaati peraturan perhubungan. Kamu tidak boleh menambah pesawat kalau tidak ada krunya. Seharusnya kan seperti itu,” ujarnya.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Hemi Pamuraharjo saat dikonfirmasi mengenai buruknya manajemen Lion Air mengenai operasional dan jam terbang yang berlebih para pilot belum bisa berkomentar. Menurut Hemi, soal laporan itu akan dievaluasi.

“Ini yang menjadi evaluasi kita juga. Benar enggak pengaduan itu nanti kita cek log book mereka. Log book itu dikirim ke kita dan tidak serta merta dipercaya. Ada enggak buktinya. kita enggak bisa dong kalau evaluasi hanya ngomong, enggak ada bukti asal ngomong. Dari manajemen kirim log book-nya jam kerjanya pilot dan dikirim kepada kita,” kata Hemi saat ditemui kantornya, Kamis kemarin.

Baca juga artikel terkait LION AIR atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Bisnis
Reporter: Arbi Sumandoyo
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti