tirto.id - Dalam upayanya menata wajah kota dan mengurai carut marut lalu lintas, membangun trotoar bagi pedestrian yang nyaman menjadi salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, seiring dengan keterbatasan infrastruktur jalan dan mobilisasi kendaraan yang terus bertambah dari waktu ke waktu.
Seperti dikutip dari kantor berita Antara, pada pertengahan Juni 2016, pembangunan proyek trotoar di seputar Kebun Raya Bogor dan Istana Presiden dimulai. Proyek ini mendapat bantuan pendanaan dari pemerintah pusat tersebut dijadwalkan selesai 22 Desember ini.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meyakini, pembangunan trotoar seputar Kebun Raya dan Istana Bogor merupakan trotoar terluas yang ada di tengah kota, pertama di Indonesia.
"Bertahap Bogor menuju ke arah transportasi ramah lingkungan, mendorong masyarakat berjalan kaki, bersepeda dan menggunakan angkutan umum," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, beberapa waktu lalu.
Pemkot Bogor kemudian menunjuk PT Wiraloka Sejati sebagai kontraktor pelaksana untuk membangun proyek senilai Rp32,4 miliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) infrastruktur publik daerah pedestrian.
Selain pembangunan trotoar, pelebaran jembatan juga dilakukan. Salah satunya adalah Jembatan Otista II yang mengalami pelebaran sepanjang 12 meter dengan lebar enam meter terbagi dua meter ke kiri dan empat meter ke kanan. Ada pula pembangunan turap (TPT) sepanjang 100 meter dengan tinggi 3,5 meter.
Terakhir ada peningkatan 'overlay' di Jl Otista sepanjang 700 meter dengan lebar 15 meter.
Menurut Bima, pejalan kaki merupakan prioritas, hirarki pertama dalam transportasi sehingga kehadiran fasilitas pedestrian menjadikan Bogor sebagai surga bagi pejalan kaki, dan Pemkot mendorong masyarakat mau berjalan kaki.
City Walk Bogor
Upaya untuk mendorong masyarakat Kota Bogor untuk berjalan kaki sesungguhnya telah dimulai sejak Desember 2012 di era kepemimpinan Wali Kota Diani Budiarto yang meresmikan fasilitas pedestrian di Jl Nyi Raja Permas. "Mari bersama-sama kita jadikan pedestrian di Jl Nyi Raja Permas ini sebagai awal dari 'City Walk-nya Kota Bogor," kata Wali Kota Diani Budiarto kala itu.
Fasilitas pedestrian yang dibangun oleh Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tersebut menghubungkan layanan kereta api Stasiun Bogor dan Terminal Angkutan Kota, sehingga penumpang dari kereta dapat melanjutkan perjalanan menggunakan moda transportasi angkutan umum, dengan berjalan kaki dari stasiun ke terminal yang ada di Taman Topi.
Pembangunan fasilitas pedestrian di Jl Nyi Raja Permas melalui proses yang sangat panjang. Dahulu kawasan tersebut dikenal cukup padat dan kerap terjadi kemacetan karena menjadi titik perputaran angkot untuk mengambil penumpang dari Stasiun Bogor. Selain itu, aktivitas pedagang sepatu dan bongkar-muat barang dari toko-toko sepatu menambah padat jalur yang terkendala dengan kemacetannya. Hingga akhirnya Pemerintah Kota Bogor mengambil kebijakan tepat dengan membangun pedestrian dan menghilangkan salah satu titik kemacetan di kawasan itu. Rute angkot pun mengalami penyesuaian.
Bagi Bima Arya, Kota Bogor sangat memungkinkan dirancang menjadi surga bagi pejalan kaki. Pejalan kaki juga terkait erat dengan konsep penataan transportasi masa depan, yakni Bogor Trasportation (B-TOP) yang ramah lingkungan dan warga menggunakan fasilitas transportasi umum serta berjalan kaki.
"Jangan sampai, trotoar ini jadi surganya PKL, harus menyiapkan sistem untuk mengawasi, rencana tambah personel Satpol PP berkoordinasi dengan DKP dan DLLAJ agar tidak ada titik yang luput harus bersih dari PKL," kata Bima.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara