Menuju konten utama

BNPT Sebut Banyak Perempuan ke Suriah karena Dibohongi ISIS

Banyak anak-anak dan perempuan asal Indonesia yang berangkat ke Suriah karena terbuai janji ISIS

BNPT Sebut Banyak Perempuan ke Suriah karena Dibohongi ISIS
Kelompok ISIS. FOTO/IStimewa.

tirto.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius mengatakan banyak anak-anak dan perempuan asal Indonesia yang berangkat ke Suriah karena terbuai janji ISIS. Mereka diiming-imingi untuk hidup di negara Islam yang menjadi cita-cita ideologis.

"Itu ternyata mereka dibohongi juga. Artinya propaganda semacam iming-iming janji itu tidak sesuai dengan diharapkan. Mereka keluar pun susah," ujar Suhardi Alius di Kantor BNPT, Bogor, Jawa Barat, Senin (17/7/2017).

Suhardi melanjutkan, saat ini BNPT bersama Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berusaha membebaskan warga negara Indonesia (WNI) yang masih tertahan di perbatasan Turki-Syria dengan cara meminta Pemerintah Turki memberikan penerbangan langsung dari Turki ke Indonesia bagi WNI yang akan dipulangkan dari perbatasan.

Setelah tiba, lanjut dia, mereka akan langsung dibawa ke Bambu Apus untuk dideradikalisasi selama 1 bulan. Mereka pun melibatkan ulama dan psikolog untuk menghilangkan pandangan radikal korban ISIS.

Setelah satu bulan, kata dia, BNPT pun meminta kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk membantu mengawasi para mantan ISIS itu.

Ia mengaku, pemerintah perlu memantau tindakan mereka agar tidak kembali melakukan radikal, apalagi penanaman sikap radikal sering muncul secara jangka panjang. Suhardi pun mencontohkan salah seorang pelaku pengeboman Cicendo, Bandung yang menjadi radikal setelah terpapar sejak tahun 1999-2008.

Selain itu, Suhardi juga menjelaskan bahwa BNPT akan memasukkan 5 poin penting dalam revisi UU Terorisme. Pertama, mereka ingin agar penginisiasi teror bisa dikenakan pidana. Kedua, mereka meminta agar aparat bisa menindaklanjuti orang-orang yang ikut pelatihan terorisme. Ketiga, BNPT ingin agar orang-orang yang kembali dari aksi Suriah tidak mendapat ruang atau stateless. Keempat, mereka berharap agar aplikasi-aplikasi yang melibatkan terorisme untuk bisa ditutup.

"Kelima nanti adalah organisasi-organisasi terlarang. Enak sekali kita ngomong ini berbaiat ini, ini berbaiat itu tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ini harus kita pikirkan ke depan," kata Suhardi.

Sebelumnya, pemerintah Turki merilis data jumlah militan ISIS yang berada di Turki. Dari 4.957 militan asing kelompok Islamic State atau ISIS yang ditangkap di Turki, sekitar 804 warga negara Rusia, angka ini sekaligus menjadikan Rusia berada diurutan pertama. Indonesia di urutan kedua dengan 435 orang yang ditangkap. Setelah Indonesia, Tajikistan berada di peringkat 3, Irak di peringkat Keempat. Sementara Perancis di peringkat kelima.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto