tirto.id - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memastikan tidak ada cuaca signifikan pada saat pesawat Lion Air 610 dari Bandara Seokarno Hatta lepas landas, Senin (29/10/2018) pagi. Sampai pesawat hilang kontak pada pukul 06.33 wib, cuaca masih terpantau normal.
"Kondisi cuaca saat take off, kami sampaikan tidak ada cuaca signifikan, artinya tidak ada kondisi cuaca yang membahayakan penerbangan," kata Dwikorita, hari ini.
Menurut pantauan BMKG, pada ketinggian di atas 5.000 meter, kecepatan angin hanya 5 knot dari arah barat laut. Kecepatan angin ini masih dalam kategori kecepatan lemah, sehingga tidak membahayakan. Selain itu tidak ada juga tanda-tanda adanya awan Cumulonimbus atau awan Cb.
"Saya rasa demikian, tidak ada awan Cb, awan yang membahayakan, kalau ada kondisi cuaca signfikan, kami akan memberikan peringatan untuk mendelay penerbangan," ujar Dwikorita.
Sementara itu untuk cuaca di lokasi titik evaluasi jatuhnya pesawat, BMKG masih terus melakukan pemantauan. Bila cuaca publik akan buruk untuk evakuasi, pihak BMKG akan melaporkannya dalam waktu 3 sampai 6 jam sebelumya.
"Silakan saja terus monitor di info BMKG, lewat website, mobile dan sosial media BMKG," katanya.
Pesawat Lion Air GT 610 dikabarkan jatuh di perarian Tajung Kawarang. Puing-puing pesawat dan beberapa barang milik penumpang sudah ditemukan oleh Basarnas.
Dalam keterangan tertulis Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro menyampaikan, pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 610 dengan rute penerbangan Cengkareng menuju Pangkalpinang mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta pukul 06:20 WIB. Setelah 13 menit mengudara pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” atau di sekitar Karawang.
Danang menyampaikan pesawat mengangkut 178 penumpang dewasa satu penumpang anak-anak dan dua penumpang bayi, termasuk dalam penerbangan ini ada tiga pramugari sedang pelatihan dan satu teknisi.
Pesawat tersebut diterbangkan Kapten Bhavye Suneja dengan copilot Harvino bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula. Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan copilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang
Lion Air juga memastikan pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP jenis Boieng 737 MAX 8 buatan 2018. Pesawat baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018 dan dinyatakan laik beroperasi.
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Agung DH