Menuju konten utama

BMKG Deteksi 55 Titik Panas di Sumatera

Satelit telah mendeteksi adanya 55 titik panas di Sumatera. Terdapat tujuh provinsi dari total 10 provinsi yang menyumbang titik panas tersebut. Titik panas tersebut paling banyak ditemukan di provinsi Sumatera Barat dengan 16 titik dan Sumatera Selatan dengan 14 titik panas.

BMKG Deteksi 55 Titik Panas di Sumatera
Petugas dari Manggala Agni memadamkan sisa api yang membakar perkebunan kelapa sawit di Sungai Aur, Muaro Jambi, sabtu (12/9). Antara Foto/Wahyu Putro A.

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan bahwa 55 titik panas telah terdeteksi oleh satelit. Hal ini mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen di Sumatera.

"Sensor modis terpasang di satelit Terra maupun Aqua, hari ini terpantau total 55 titik panas di daratan Sumatera," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Sabtu (6/8/2016).

Dia menjelaskan puluhan titik panas tersebut tersebar pada tujuh provinsi dari total 10 provinsi di pulau terbesar ketiga di Indonesia yang memiliki luas 473.481 kilometer persegi tersebut.

Sugarin merinci tujuh provinsi penyumbang titik panas tersebut diantaranya adalah Sumatera Barat dengan 16 titik dan di Sumatera Selatan terdeteksi 14 titik panas.

Selanjutnya Lampung dan Riau masing-masing menyumbang sembilan titik panas, Bangka Belitung tiga titik, serta Bengkulu dan Sumatera Utara masing-masing dua titik panas.

"Sembilan titik panas di Riau, terpantau satelit berada tiga Kabupaten yakni Kampar lima titik, Kuantan Singingi dan Rokan Hulu masing-masing dua titik panas," katanya.

Dari sembilan titik panas yang terpantau Satelit pukul 06.00 WIB tersebut, empat titik diantaranya dipastikan sebagai titik api yang mengindikasi adanya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Ke empat titik api tersebut terpantau di Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu masing-masing dua titik.

Di Kampar, titik api tersebar di Kecamatan XIII Koto Kampar sementara di Rokan Hulu terkonsentrasi di Kecamatan Bagan Pura.

Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan yang berlaku enam bulan atau sejak Juni hingga 30 November 2016.

Komandan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Riau Brigjen TNI Nurendi mengatakan perpanjangan status itu sebagai upaya untuk memaksimalkan pencegahan penanggulangan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) karena setiap tahun terus terjadi, terutama dalam 18 tahun terakhir.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei sebelumnya telah memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar tetap meningkatkan pemadaman dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

"Bagi masyarakat diimbau untuk tidak membakar, terutama saat membuka lahan sebab, dampak kebakaran sangat luar biasa dan merugikan semua pihak. Pencegahan harus ditingkatkan karena lebih efektif daripada pemadaman," katanya.

Baca juga artikel terkait TITIK PANAS KARHUTLA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara