tirto.id - Bebras Natcho atau Bibras Natkho adalah sosok yang unik. Gelandang yang kini berusia 32 tahun ini adalah pesepakbola muslim pertama yang pernah menjabat sebagai kapten Timnas Israel.
Bagi sebagian orang, barangkali akan terasa janggal melihat ada pemain beragama Islam di skuad Israel, dipercaya menjadi kapten tim pula. Israel sudah terlalu lekat sebagai negaranya orang Yahudi.
Menurut data hingga tahun 2019, sebesar 74 persen penduduk Israel beragama Yahudi, 18 persen memeluk agama Islam, dan sisanya adalah kaum minoritas seperti umat Kristen, juga penganut ajaran Druze.
Bangga Jadi Kapten Israel
Kemunculan Natkho sebagai sosok muslim yang mengemban jabatan kapten di Timnas Israel sempat menimbulkan pro dan kontra. Sang pemain sendiri tidak mempedulikan itu. Ia sejatinya memang orang asli Israel yang kebetulan memeluk Islam.
“Adalah kebanggaan besar bagi saya bisa menjadi kapten tim nasional [Israel]. Hal tersebut sebenarnya juga merupakan keinginan dari ayah saya,” kata Natkho kepada The Independent.
Jiwa kepemimpinan Natkho bahkan sudah dimulai saat ia menjabat kapten di Timnas Israel 19. Oleh karena itu, adalah hal yang wajar ketika Natkho diberi tugas serupa di skuad senior, dan ia pun tidak merasa canggung.
“Ayah saya bangga ketika saya bisa menjadi kapten di tim nasional kelompok umur [Timnas U19]. Pengalaman itu membantu saya ketika menjadi pemimpin lagi di tim senior," beber Natkho.
"Ayah saya sejak dulu sangat yakin saya bisa menjadi pemimpin di manapun saya bermain, tak hanya sebagai seorang pemain saja,” lanjut eks gelandang Hapoel Tel Aviv, Rubin Kazan, CSKA Moscow, Olympiakos, dan kini bermain untuk FK Partizan ini.
Meruntuhkan Perbedaan
Bibras Natkho lahir tanggal 18 Februari 1988 dan tumbuh besar di Kfar Kama, Israel Utara. Ia merupakan etnis Circassian yang sebenarnya banyak tinggal di Rusia dan Turki. Tapi ada pula orang-orang etnis ini yang menetap di kawasan Timur Tengah, juga Israel.
Natkho menyadari bahwa tidak akan mudah bagi dirinya ketika berada dalam kelompok minoritas di negara seperti Israel. Maka, ketika mendapatkan kesempatan menjadi kapten Timnas Israel, ia sadar benar peranan seperti apa yang sedang dilakoninya.
Sebagai pesepakbola muslim pertama yang menjadi kapten Timnas Israel, Natkho berharap bisa memberikan dampak positif, terutama dalam memecah dinding pembatas antara warga muslim yang hidup di tengah-tengah mayoritas kaum Zionis di Israel.
“Saya tidak tahu apa yang ada dalam benak orang lain [ketika ditunjuk menjadi kapten Timnas Israel). Yang pasti, sejarah telah tercipta," tandas Natkho.
"Tapi pagar pembatas itu telah runtuh. Saya yakin bahwa mereka yang ingin hidup damai akan senang melihat kenyataan ini, entah mereka yang Yahudi, Muslim, Kristen, atau yang lain," imbuh pengemas 66 caps untuk Timnas Israel ini.
“Di tim nasional, kami adalah satu kelompok. Tak ada tekanan terkait perbedaan agama di antara kami. Rekan-rekan setim saya kompak mengucapkan selamat pada saya dan berharap yang terbaik," lanjutnya.
Natkho & Lagu Kebangsaan
Pastinya, ditunjuknya Bibras Natkho sebagai kapten di Timnas Israel memunculkan pro dan kontra.
Terlebih, pemain yang dikenal sebagai muslim taat ini tampaknya enggan ikut menyanyikan lagu kebangsaan Israel yang diperdengarkan setiap kali jelang pertandingan.
Natkho tentunya punya alasan mengapa ia seolah-olah enggan menyanyikan lagu kebangsaan tanah kelahirannya. "Ketika muda dulu, saya menyanyikan lagu tersebut. Tapi saya tidak mengerti apa arti dan maknanya," kata Natcho, dilansir Ynetnews.
Eks pemain West Ham United dan Celtic yang juga mantan pemain Timnas Israel, Eyal Berkovic, muncul dengan kritik terhadap Natkho. Bagi Berkovic, tidak elok jika kapten tim tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan negaranya.
Lantas bagaimana tanggapan Natkho?
“Orang-orang seperti itu tidak bisa menyakiti saya. Mereka hanya membuat klaim seperti itu untuk mendapatkan perhatian saja," tandasnya.
"Mereka tidak akan bisa menghancurkan negara kami yang indah ini. Setiap orang bebas berkata apa saja tapi kita boleh untuk tidak mendengarnya," tambah Natkho.
Untungnya, Natkho juga mendapatkan pembelaan, yakni dari Eran Zahavi, mantan gelandang kenamaan Israel yang pernah membela Palermo dan Maccabi Tel Aviv.
Menurut Zahavi, menjadi hak bagi Natkho jika memang ia tidak ingin menyanyikan lagu kebangsaan Israel. Terlebih, lirik lagu berjudul "Hatikvah" (yang berarti "Harapan") itu tidak sesuai dengan keyakinan umat Islam.
Zahavi menegaskan bahwa Israel sebagai negara bukan hanya milik orang yang beragama Yahudi saja, melainkan juga kepunyaan warga yang memeluk agama lain, termasuk muslim seperti Nathko.
Penulis: Wan Faizal
Editor: Iswara N Raditya