tirto.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserve (The Fed) bakal menempuh kebijakan penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) hingga dua kali pada 2024. Penurunan itu dinilai akan dilakukan pada September dan November atau Desember dengan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
Kemudian, penurunan akan berlanjut pada tahun depan, yakni sebanyak tiga kali. Sekali pada triwulan I 2025 dan dua kali pada triwulan II 2025.
“Baseline skenario dengan probabilitas di atas 75 persen, Fed Fund Rate akan turun dua kali tahun ini. September 25 bps dan kembali kemungkinan November atau paling lambat itu Desember 25 bps. Tahun depan itu turun tiga kali, masing-masing 25, 25, 25 (bps). Kemungkinan sebagian penurunan di triwulan I dan mungkin sebagian kecil di triwulan II,” jelas Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024, Rabu (21/8/2024).
Perry juga melihat skenario potensial risiko (potential risk) dengan probabilitas 50-75 persen. Berdasarkan skenario ini, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada 2024 ini dan dua kali pada 2025. Dengan perkiraan waktu pada September dan November atau Desember serta pada triwulan I dan triwulan II pada 2025.
“Dua skenario itu yang kami takar-takar adalah seperti itu,” imbuhnya.
BI membuat perkiraan-perkiraan itu berdasarkan pertumbuhan ekonomi AS yang diramal bakal melemah pada semester II 2024, peningkatan tingkat pengangguran, hingga inflasi AS yang rendah bahkan mengarah pada sasaran jangka panjangnya, yakni di kisaran 2 persen.
Selain itu, BI melihat analisis settlement The Federal Open Market Committee (FOMC) dan juga rapat-rapat yang diadakan oleh The Fed.
Seiring dengan penurunan suku bunga acuan The Fed, BI juga membuka ruang penurunan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) pada triwulan IV 2024. Hal ini dilakukan sembari menunggu nilai tukar rupiah semakin stabil dan kejelasan kondisi perekonomian sekaligus geopolitik global.
“Kondisi global itu apa? Satu, kejelasan Fed Fund Rate. Kedua tentu saja adalah bagaimana implikasi terhadap US Treasury baik yang dua tahun maupun 10 tahun. Ketiga adalah tentu saja kecenderungan mata uang dolar,” sambungnya.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi