tirto.id - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah sampai dengan 19 Oktober 2022 depresiasi atau melemah sebesar 8,03 persen secara year to date (ytd) terhadap dolar AS. Belakangan ini nilai tukar terus bergerak melemah di kisaran level Rp15.000-an per dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, depresiasi tersebut sejalan dengan menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Hal itu akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara.
"Terutama AS untuk merespons tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global, di tengah persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif," kata Perry dalam Konferensi Pers Pengumuman Hasil RDG Oktober 2022 di Jakarta, Kamis (20/10/2022).
Kendati demikian, Perry mengklaim Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Misalnya, India depresiasi sudah 10,42 persen, Malaysia 11,75 persen, dan Thailand 12,55 persen.
Dia melanjutkan, ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.
Untuk diketahui, dalam perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 73 poin ke level Rp15.571 per dolar AS. Sebelumnya mata uang Garuda juga sempat melemah 80 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.498 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, pelemahan rupiah saat ini masih relatif terbatas dan saat ini masih dalam angka under value. Artinya kondisi saat ini lebih sangat dipengaruhi faktor sentimen.
Menurutnya penguatan dolar yang terjadi saat ini, bukan hanya terjadi terhadap nilai tukar rupiah, tapi juga mata uang negara lainnya. Dia pun meminta agar pemerintah dan Bank Indonesia tidak usah panik dalam menyikapi pelemahan mata uang rupiah ini.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang