tirto.id - Perang antara Rusia-Ukraina masih berkecamuk. Menurut berita terkini, kapal perang milik Rusia dihantam oleh Ukraina dan meledak di Laut Hitam pada Rabu malam sehingga menyebabkan kebakaran.
Seperti dilaporkan The Guardian, Kementerian Pertahanan Rusia mengaku, seluruh awak kapal perang Moskva itu sudah dievakuasi.
“Kapal penjelajah Moskva dari Armada Laut Hitam rusak parah akibat ledakan amunisi yang terjadi akibat kebakaran, awaknya dievakuasi,” tulis media pemerintah Rusia TASS , mengutip kementerian pertahanan Rusia.
Seorang pejabat Ukraina mengatakan, kapal Moskow telah dihantam oleh dua rudal, tetapi dia tidak memberikan bukti apa pun. Kapal itu berbobot 12.500 ton dan memiliki awak sekitar 500 orang.
Di sisi lain, Moskow mengklaim, lebih dari 1.000 marinir Ukraina yang mempertahankan kota pelabuhan Mariupol sudah menyerahkan diri.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pada hari Rabu, sekitar 1.026 tentara dari Brigade Marinir ke-36 Ukraina, termasuk 162 perwira, telah “secara sukarela meletakkan senjata mereka” di dekat pabrik besi dan baja kota Ilyich. Namun klaim itu masih belum bisa dikonfirmasi.
Al Jazeera melaporkan, siaran klip televisi Rusia menunjukkan orang-orang tidak bersenjata dengan seragam militer sedang berjalan dengan tangan, dalam apa yang dikatakan sebagai penyerahan diri di pelabuhan Mariupol yang terkepung.
Rusia juga dilaporkan sedang meningkatkan kekuatan dalam serangan baru di wilayah Donbas. Sedangkan menurut walikota Kharkiv, pengeboman telah meningkat secara signifikan di kota terbesar kedua di Ukraina itu.
Rusia sudah berkali-kali membantah kalau serangan mereka menargetkan warga sipil di Ukraina, tetapi para ahli Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa menemukan bukti kejahatan perang terhadap kemanusiaan.
Kepala polisi distrik Kyiv mengatakan, sekitar 765 mayat warga sipil, termasuk 30 anak-anak telah ditemukan di sekitar ibu kota.
Sedangkan terkait dengan sanksi yang diberikan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, negaranya bisa dengan mudah mengalihkan ekspor energi dari Barat ke negara-negara yang benar-benar membutuhkan, sambil meningkatkan konsumsi minyak, gas dan batu bara dalam negeri.
Editor: Iswara N Raditya