tirto.id - Uruguay, negara di Amerika Selatan tersebut akan menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan penjualan ganja di apotek. Penggunaan ganja di Uruguay sudah dilegalkan sejak 1974, tapi tidak untuk diperjualbelikan. Herba ini digunakan untuk kebutuhan medis di Uruguay dan beberapa negara lainnya.
Namun, langkah untuk melegalkan ganja untuk diperdagangkan di apotek atau dibuka untuk umum mulai dilakukan sejak 2012 di bawah pemerintahan Presiden Mujica.
Pada bulan Juni 2012, Presiden Jose Mujica merilis sebuah dokumen yang dikenal sebagai "Strategy for Life and Coexistence," yang mencakup 15 poin proposal untuk melegalkan dan mengendalikan penjualan ganja. Proposal Mujica yang disusun dalam sebuah rancangan singkat yang diajukan di Kongres tersebut adalah untuk menciptakan monopoli negara terhadap produksi dan distribusi ganja.
Akhirnya, pada Desember 2013, pemerintah Uruguay menetapkan untuk melegalkan penanaman, penjualan dan konsumsi ganja. Dalam penerapannya, masih ada beberapa regulasi yang masih didiskusikan seperti penjualan ganja di apotek.
Setelah tiga tahun berlalu, pada akhirnya di bulan Juli mendatang secara resmi ganja akan dapat dibeli di apotek di Uruguay. Namun berdasarkan regulasi yang sudah ditetapkan, pembeli harus melakukan registrasi terlebih dahulu pada Institute of Regulation and Control of Cannabis (IRCCA) dan hanya berlaku bagi mereka yang sudah berusia di atas 18 tahun.
Langkah ini diambil tentu untuk menghindari penggunaan ganja bagi anak di bawah umur. Selain itu, warga Uruguay juga hanya diperbolehkan membeli maksimal 40 gram ganja per bulan. Bahkan ganja yang dijual berasal dari ladang yang diawasi pemerintah.
Apotek yang menjual ganja pun harus mendaftarkan diri ke IRCCA agar mudah dikontrol oleh pemerintah. Hingga dengan saat ini, sudah ada 16 apotek yang terdaftar di pemerintah Uruguay untuk menjual ganja untuk tujuan rekreasi. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 30 dalam beberapa bulan ke depan, menurut Kepada badan Obat Nasional Uruguay, Juan Roballo.
Namun sayangnya, ganja ini hanya bisa dibeli oleh warga Uruguay atau mereka yang menetap di negara tersebut. Bagi mereka yang hanya berkunjung atau sebagai wisatawan, mereka tak diperbolehkan membeli ganja tersebut. Selain di apotek, pemerintah juga mengizinkan warganya untuk menanam mariyuana di rumah mereka. Namun hanya diperbolehkan maksimal enam pot. Selain itu ganja yang dijual di apotek juga akan ditanam oleh produsen yang diberi lisensi oleh negara.
Bagi individu atau apotek yang melanggar akan didenda antara 2 dolar AS hingga 87 dolar AS. Tanaman ganja mereka juga akan dihancurkan dan akan dihapus dari daftar pengguna ganja yang resmi. Sedangkan apotek yang melanggar akan ditutup, namun dalam aturan itu tidak disebutkan soal pemenjaraan bagi yang melanggar.
Tujuan Uruguay Legalkan Perdagangan Ganja
Setidaknya ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah Uruguay ketika melegalkan ganja untuk diperdagangkan serta digunakan di negara tersebut, menurut Goeoff Ramsey dalam laporan Getting Regulation Right Assessing Uruguay's Historic Cannabis Initiative yang dirilis Agustus 2016.
Tujuan pertama adalah mengurangi kekerasan yang terjadi akibat dari pengaruh obat-obatan terlarang atau juga kekerasan antar geng atau para penjual ganja ilegal yang dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan di Uruguay. Aturan ini juga bertujuan untuk merebut pasar ganja dari para “penjahat” obat-obatan terlarang yang bergerak secara ilegal. Bahkan harga ganja diturunkan agar dapat bersaing dengan penjual ganja di “pasar gelap”.
“Tujuan utama [kebijakan melegalkan ganja] bukan untuk memungut pajak, semuanya diarahkan untuk mengambil alih pasar gelap. Jadi kita harus memastikan harganya [ganja] rendah,” kata Felix Abadi, salah satu dalam tim pengembangan struktur pajak mariyuana Uruguay.
Alasan berikutnya adalah untuk melindungi, mempromosikan dan memperbaiki kesehatan masyarakat umum melalui kebijakan yang berorientasi. Hal itu bertujuan untuk meminimalkan risiko dan mengurangi bahaya penggunaan ganja, mempromosikan informasi, pendidikan dan pencegahan yang akurat. Serta menginformasikan konsekuensi dan dampak merusak yang terkait dengan konsumsi ganja hingga soal perawatan, rehabilitasi bagi pengguna.
Tujuan lainnya yakni untuk menghilangkan ketidakpastian yang diciptakan oleh undang-undang sebelumnya yang memberi hakim serta polisi keleluasaan serta sewenang-wenang mengenai hukum kepada para pengguna narkoba. Dengan adanya aturan soal ganja yang baru ini akan membuat hukum atau aturan yang jelas sehingga para pengguna ganja mengetahui dengan jelas dan tak mudah diintimidasi hakim atau polisi.
Ganja Selalu Kontroversi
Meski aturan yang dibuat dengan sistematis, tapi sebagian masyarakat masih ada yang menolak aturan tersebut. Dalam survei oleh Equipos Consultores, 58 persen warga Uruguay menentang rencana pemerintah tersebut. Para penentangnya mengatakan bahwa dibebaskannya mariyuana tak hanya akan meningkatkan konsumsi ganja di Uruguay tetapi juga akan membuka pintu bagi penggunaan obat-obatan lainnya di negara tersebut.
"Bersaing dengan bandar narkoba dengan menawarkan mariyuana harga murah hanya akan memperluas pasar narkoba yang berefek negatif bagi kesehatan publik," kata Senator Alfredo Solari.
Sedangkan para pendukung legalisasi ganja berdalih bahwa menghisap ganja tak begitu berpengaruh pada kesehatan, dibanding rokok dan alkohol. Ganja diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Di beberapa negara, ganja dilegalkan untuk medis, misalnya Rumania, Perancis, Belanda, dan Ceko.
Namun, masih banyak juga negara yang menentang ganja yang dianggap sebagai obat-obatan terlarang dan harus dimusnahkan. Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan beberapa negara lainnya di Asia termasuk yang paling keras menentang ganja, bahkan untuk kebutuhan di bidang medis.
Beberapa waktu lalu, sempat viral Fidelis Arie Sudarwoto warga Kalimantan Barat yang ditangkap oleh oleh aparat polisi karena menanam ganja. Fidelis terpaksa menanam tanaman terlarang itu guna mengobati sang istri yang mengidap penyakit Syringomyelia. Meski tujuannya adalah untuk pengobatan, Fidelis tetap dianggap melanggar hukum.
Ganja memang selalu kontroversial. Namun terlepas dari berbagai kontroversinya, dengan mengesahkan perdagangan ganja, Uruguay sesungguhnya sedang melakukan perubahan paradigma soal ganja di tingkat internasional, menurut Pablo Galain, seorang peneliti senior di Germany's Max Planck Institute for International Criminal Law.
Hasil dari pengesahan kebijakan ini dapat berupa kegagalan besar, kesuksesan besar atau kebijakan ini akan diadopsi oleh negara lain bahkan mungkin oleh Indonesia. Namun, semuanya belum terlihat karena baru akan dimulai Juli nanti.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Maulida Sri Handayani