Menuju konten utama

Benarkah Kritik Jusuf Kalla Soal LRT Terkait Klaim Prabowo Dulu?

Keduanya memang menyebut biaya LRT mahal, tetapi inti argumennya berbeda.

Benarkah Kritik Jusuf Kalla Soal LRT Terkait Klaim Prabowo Dulu?
Header Periksa Fakta. tirto.id/Quita

tirto.id - Pemberitaan media dan percakapan masa media sosial kembali riuh dengan persoalan harga proyek light rail transit (LRT) karena Wakil Presiden RI Jusuf Kalla melontarkan kritik terhadap pembangunan LRT Jabotadebek. Hal itu disampaikan Kalla saat memberi Pembukaan Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO), 9 Januari 2019.

Kalla mempertanyakan besarnya harga per kilometer proyek itu yang mencapai kira-kira Rp 500 miliar per kilometernya. Bukan hanya soal harga, Kalla turut mempertanyakan mengapa proyek tersebut bermodelkan elevated (layang). Baginya, model elevated bisa diganti dengan model lain yang lebih murah.

Kabar yang Diperiksa

Banyak ragam respons atas kritik Kalla ramai. Salah satunya mencoba menghubungkan kritik tersebut dengan klaim Prabowo Subianto pada 21 Juni 2018 di Palembang, Sumatera Selatan. Pada saat itu, dia mempertanyakan besarnya harga proyek LRT di Indonesia.

Dengan menyebutkan angka indeks harga proyek LRT termahal di dunia, Prabowo mencoba membandingkan dengan biaya proyek serupa di Indonesia. Secara tersirat, ia mengkritik adanya dugaan mark-up atas proyek-proyek itu.

Sebuah artikel dari portal online menulis dengan judul “JK Marah-marah Biaya Bangun LRT 1 Kilometer Rp 500 Miliar, Dulu Prabowo Membongkar Mark-Up LRT Malah Dibully, Sekarang Terbukti”. Juga sebuah video yang menuliskan keterangan “Mulut Prabowo Bertuah - JK Marah Biaya LRT Sampai Rp 500 Milyar”.

Fact Check kritik JK soal LRT berasal dari klaim Prabowo?

Fact Check kritik JK soal LRT berasal dari klaim Prabowo?. FOTO/Portal islam

Soal Klaim Prabowo Dahulu

Tirto telah melakukan pemeriksaan fakta (fact-check) atas klaim Prabowo pada 21 Juni 2018 dahulu. Melalui artikel berjudul “Memeriksa Klaim Prabowo Soal Biaya LRT Termahal” yang terbit pada 24 Juni 2018.

Temuan pada waktu itu adalah klaim Prabowo yang menyebut “indeks termahal LRT di dunia 1 kilometer adalah 8 juta dolar.” Penelusuran kami mendapatkan bahwa sampai 23 Juni 2018 pukul 14.30 WIB, belum didapat informasi yang bisa membenarkan pernyataan tersebut. Beberapa studi pembanding untuk menjelaskan konteks itu kami sertakan dalam artikel.

Kami hanya menemukan kemungkinan bahwa nominal yang Prabowo sebutkan mendekati biaya proyek bus rapid transit (BRT), bukan LRT (lihat bagian Hasil Studi dalam artikel tersebut).

Pernyataan Jusuf Kalla

Dalam pemeriksaan fakta kali ini, kami melihat arsip video sambutan Kalla pada acara yang dimaksud. Kami melihat secara utuh pidato Kalla di Istana Wakil Presiden itu lewat akun resmi Wakil Presiden RI di YouTube. Kalla berbicara dalam konteks pentingnya teknologi dan sistem kemampuan konsultasi yang baik. Pembaca dapat melihat arsip video mulai menit 7:57.

Kalla mengatakan: “[...] Jangan asal membangun saja. Saya kasih contoh, membangun LRT ke arah Bogor ini elevated, ya. Buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol? Tapi, lho, kok bangunan di situ? Itu menurut siapa? Konsultannya ini yang membikin [sehingga elevated] ini, sehingga biayanya Rp500 miliar per kilometer.”

Kalla menyampaikan kritik itu dalam konteks memperdebatkan model elevated yang dibangun di daerah tidak padat penduduk. “[...K]alau ke luar kota [Jakarta], lahan masih murah, kok, dan penduduk tidak ada. Kenapa mesti [membangun LRT] elevated di luar kota? Kecuali kalau wilayahnya sudah betul-betul sangat padat. Begitu, kan?” lanjutnya.

Berapa Biaya Membangun LRT di Bagian Dunia Lain?

Sekalipun argumen antara Kalla dan Prabowo berbeda dalam mengkritik mahalnya proyek LRT, penyebutan harga proyek LRT Jabodetabek sebesar Rp500 miliar/kilometer mendekati benar.

Klaim Kalla dapat diuji dengan menghitung total nilai kontrak dibagi dengan target panjang pembangunan rel yang akan dikerjakan (Rp23,3 triliun untuk pembangunan Tahap I sepanjang 43,3 KM). Data yang sama dapat ditemukan dalam Annual Report 2016 PT. Adhi Karya halaman 16. PT Adhi Karya adalah pelaksana proyek tersebut. Didapat bahwa rataan harga proyek per kilometer proyek LRT Jabodetabek Rp538,10 miliar.

Perbandingan dengan proyek LRT di negara lain memang menunjukkan bahwa harga rata-rata per kilometernya di atas puluhan juta dolar AS. Pembaca dapat melihat makalah penelitian ringkas berjudul “Analysis of Regional Differences in Global Rail Projects by Cost, Length and Project Stage” dari Linus Grob dan Nick Craven (pdf). Perlu dicatat bahwa angka dalam studi ini merupakan proyek yang direncanakan pada Juli 2017.

Harga paling rendah muncul dari regional Amerika Selatan dengan nilai 18,5 juta dolar AS per kilometer atau sekitar Rp268,2 miliar (kurs Rp14.500/dolar AS). Harga tertinggi muncul dari regional Amerika Utara dengan nilai 99,7 juta dolar AS per kilometer atau setara Rp1,4 triliun.

Sementara itu, untuk regional Asia, ditemukan informasi bahwa harga rata-rata proyek light rail per kilometernya adalah 69,7 juta dolar AS atau sekitar Rp1,01 triliun. Namun, dalam studi tersebut tak dijelaskan secara rinci apakah proyek tersebut dibangun dengan jalur layang, di atas permukaan tanah, atau di bawah permukaan tanah.

Terkait kritik Kalla, PT Adhi Karya Tbk sendiri telah menanggapi dan menganggap wajar kritik tersebut. Sementara itu, alasan mengapa LRT Jabodetabek dibangun secara elevated pun disebutkan pada FAQ di laman resmi proyek tersebut. (lihat bagian Mengapa LRT Jabodetabek dibangun secara elevated)

Kesimpulan

Hasil pemeriksaan fakta menemukan hasil bahwa mengaitkan kritik Kalla dengan klaim yang Prabowo pernah lontarkan soal proyek LRT adalah dua hal yang berbeda. Keduanya sama-sama mengkritik biaya LRT yang mahal, tetapi inti argumennya berbeda.

Argumen yang Prabowo lontarkan adalah bahwa indeks termahal LRT di dunia per kilometer adalah 8 juta dolar (jauh di bawah biaya pembangunan LRT kita). Sementara itu, Kalla mengemukakan biaya proyek LRT mahal karena yang dibangun adalah LRT elevated yang diasumsikan membutuhkan biaya lebih mahal.

Klaim Prabowo sendiri pada waktu itu bermasalah karena penelusuran kami tak menemukan bahwa angka yang disebutnya sesuai dengan biaya pembangunan LRT di bagian dunia lain. Angka yang Prabowo sebutkan lebih mendekati biaya pembangunan BRT.

Di banyak negara dunia, biaya pembangunan LRT bermacam-macam, ada dalam rentang antara (rata-rata regional) Rp268,2 miliar hingga Rp1,4 triliun per kilometer. Biaya proyek LRT Jabodetabek, Rp538,10 miliar, masih ada dalam rentang tersebut.

Kritik Kalla masuk akal ketika diletakkan dalam konteks penentuan kebijakan mengapa LRT Jabodetabek mesti elevated. Jika tak memakai elevated, bisa jadi biayanya bisa ditekan hingga ke level terendah dari rentang tersebut.

===========

Tirto mendapat akses aplikasi CrowdTangle yang menunjukkan sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukan Tirto sebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta Facebook.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Frendy Kurniawan

tirto.id - Politik
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Maulida Sri Handayani